160 Juta Orang Jatuh Miskin Akibat Pandemi, Tapi Harta Orang Kaya Naik 2 Kali Lipat
loading...
A
A
A
Secara kolektif kekayaan mereka tumbuh dari USD700 miliar menjadi USD1,5 triliun antara periode Maret 2020 dan November 2021. Ada variasi yang signifikan di antara mereka, dengan kekayaan Musk tumbuh lebih dari 1.000%, sementara Gates naik 30%.
Laporan Oxfam, yang juga didasarkan pada data dari Bank Dunia, mengatakan kurangnya akses ke perawatan kesehatan, kelaparan, kekerasan berbasis gender dan kerusakan iklim berkontribusi pada satu kematian setiap empat detik.
Dikatakan juga 160 juta orang lebih menjaga hidup mereka dengan pendapatan kurang dari USD5,50 per hari atau setara Rp71.431 (Kurs Rp14,286 per USD) yang merupakan dampak dari Pandemi. Bank Dunia menggunakan pastokan penghasilan USD5,50 per hari sebagai ukuran kemiskinan di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.
Dalam laporan Oxfam tersebut juga mengatakan: Pandemi memaksa negara-negara berkembang untuk memangkas pengeluaran sosial karena utang nasional meningkat.
Kesetaraan gender digencarkan kembali, ketika wanita yang bekerja saat ini lebih sedikit 13 juta orang dibandingkan tahun 2019. Lalu lebih dari 20 juta anak perempuan berisiko tidak pernah kembali ke sekolah.
Kelompok etnis minoritas paling terpukul oleh Covid, termasuk warga Bangladesh Inggris dan populasi kulit hitam AS.
"Bahkan selama krisis global, sistem ekonomi kita yang tidak adil berhasil memberikan rezeki nomplok yang menggiurkan bagi orang terkaya tetapi gagal melindungi yang termiskin," kata Sriskandarajah.
Dia mengatakan para pemimpin politik sekarang memiliki kesempatan bersejarah untuk mendukung strategi ekonomi yang lebih berani untuk "mengubah arah mematikan yang sedang kita hadapi".
Menurutnya hal itu harus mencakup rezim pajak yang lebih progresif, yang memberlakukan pungutan lebih tinggi pada modal dan kekayaan. Lalu dengan pendapatan yang dihabiskan untuk "perawatan kesehatan universal yang berkualitas dan perlindungan sosial untuk semua," kata Sriskandarajah.
Laporan Oxfam, yang juga didasarkan pada data dari Bank Dunia, mengatakan kurangnya akses ke perawatan kesehatan, kelaparan, kekerasan berbasis gender dan kerusakan iklim berkontribusi pada satu kematian setiap empat detik.
Dikatakan juga 160 juta orang lebih menjaga hidup mereka dengan pendapatan kurang dari USD5,50 per hari atau setara Rp71.431 (Kurs Rp14,286 per USD) yang merupakan dampak dari Pandemi. Bank Dunia menggunakan pastokan penghasilan USD5,50 per hari sebagai ukuran kemiskinan di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.
Dalam laporan Oxfam tersebut juga mengatakan: Pandemi memaksa negara-negara berkembang untuk memangkas pengeluaran sosial karena utang nasional meningkat.
Kesetaraan gender digencarkan kembali, ketika wanita yang bekerja saat ini lebih sedikit 13 juta orang dibandingkan tahun 2019. Lalu lebih dari 20 juta anak perempuan berisiko tidak pernah kembali ke sekolah.
Kelompok etnis minoritas paling terpukul oleh Covid, termasuk warga Bangladesh Inggris dan populasi kulit hitam AS.
"Bahkan selama krisis global, sistem ekonomi kita yang tidak adil berhasil memberikan rezeki nomplok yang menggiurkan bagi orang terkaya tetapi gagal melindungi yang termiskin," kata Sriskandarajah.
Dia mengatakan para pemimpin politik sekarang memiliki kesempatan bersejarah untuk mendukung strategi ekonomi yang lebih berani untuk "mengubah arah mematikan yang sedang kita hadapi".
Menurutnya hal itu harus mencakup rezim pajak yang lebih progresif, yang memberlakukan pungutan lebih tinggi pada modal dan kekayaan. Lalu dengan pendapatan yang dihabiskan untuk "perawatan kesehatan universal yang berkualitas dan perlindungan sosial untuk semua," kata Sriskandarajah.