Rupiah Tergelincir di Sesi Pagi, Pasar Uang Asia di Zona Merah

Rabu, 02 Februari 2022 - 09:57 WIB
loading...
Rupiah Tergelincir di Sesi Pagi, Pasar Uang Asia di Zona Merah
Rupiah pada perdagangan hari ini dibuka turun tipis. Foto/YorriFarli/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Mengawali hari perdana setelah libur Imlek, kurs rupiah di pasar spot tergelincir pada sesi pagi perdagangan, Rabu (2/2/2022). Hingga pukul 09:08 WIB, mata uang Garuda tergelincir 3 poin atau 0,02% di Rp14.334 per dolar .



Pasar uang di kawasan Asia Pasifik sebagian besar berada di zona merah atas dolar, seperti yuan China stagnan 0,00% di 6,3610, yen Jepang koreksi 0,02% di 114,74, dan baht Thailand turun 0,02% di 33,195. Dolar Hong Kong terpuruk 0,02% di 7,7951 dan dolar Australia menanjak 0,19% di 0,7139.

Adapun won Korea Selatan anjlok 0,10% di 1.203,63, ringgit Malaysia tak bergerak 0,00% di 4,1855, dan dolar Singapura tergelincir 0,03% di 1,3490. Peso Filipina turun 0,37% di 51,120, dan dolar Taiwan jatuh 0,08% di 27,807.

Kurs Asia tampak mengikuti jejak indeks dolar yang pagi ini tampak tertekan 0,13% di 96,25, setelah diombang-ambingkan isu kenaikan suku bunga Federal Reserve. Penurunan tersebut terjadi setelah reli ke level tertingginya hingga 97,44 baru-baru ini.



Di Eropa, mata uang Euro mendapat pemicu dari kenaikan yields obligasi, seperti yields tenor 10 tahun di Jerman yang menembus area tertingginya sejak medio 2019. Ini terjadi setelah pasar Eropa membaca dampak inflasi yang tinggi akan memicu spekulasi bahwa bank sentral Eropa kemungkinan akan memperketat kebijakan moneter lebih awal.

"Inflasi yang tinggi di Jerman memicu kenaikan ekspektasi suku bunga di Eropa," kata Ekonom Capital Economics, Jonas Goltermann, dilansir Reuters, Rabu (2/2/2022).

Demikian juga, yields 10 tahun di Inggris juga menanjak jelang kenaikan suku bunga dari Bank of England pekan ini. Hal itu membuat pound terdorong ke 1,3522 setelah tiga sesi sebelumnya naik.



Semua hal ini menunjukkan bahwa The Fed bukan satu-satunya bank sentral yang hawkish. Goltermann menilai pasar masih terus membaca seberapa besar kemampuan otoritas di AS dapat mengendalikan inflasi.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4222 seconds (0.1#10.140)