Ramalan Sri Mulyani Terbukti, Harga Pangan Mulai Tak Terkendali

Kamis, 17 Februari 2022 - 12:53 WIB
loading...
Ramalan Sri Mulyani...
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan risiko ketimpangan pemulihan ekonomi global. FOTO/ANTARA
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan munculnya peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron yang melanda berbagai negara termasuk Indonesia semakin meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

Hal tersebut disampaikan dalam pidato pembukaan pertemuan pertama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) dalam rangkaian forum G20 yang diselenggarakan hari ini.

"Varian Omicron mendorong peningkatan ketidakpastian ekonomi global. Seperti juga varian sebelumnya yang mempengaruhi setiap negara di waktu yang berbeda," kata Sri Mulyani saat membuka 1st FMCBG G20, Kamis (17/2/2022).



Menurut dia tidak meratanya distribusi vaksin menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi global. Sebab itu, mengarahkan vaksin ke tempat yang paling membutuhkan sangat penting agar pemulihan ekonomi bisa berjalan bersama.

"Pemulihan ekonomi yang tidak merata ini menimbulkan berbagai risiko. Seperti risiko inflasi menjadi condong ke atas didorong gangguan rantai pasok. Belum lagi terkait tekanan upah, pasar tenaga kerja yang belum pulih hingga melonjaknya harga energi," kata dia.

Dia mengatakan pemulihan ekonomi global yang tidak merata menyebabkan inflasi global terus meningkat akan berpengaruh tehadap tingginya harga pangan dunia termasuk Indonesia. Meskipun inflasi jangka panjang relatif terkendali akan tetapi perlu dipantau dengan ketat. "Ini perlu dipantau secara ketat untuk menghindari risiko inflasi yang lepas kendali," kata dia.

Tidak hanya itu, tidak meratanya pemulihan ekonomi global akan menciptakan kondisi keuangan global yang lebih ketat. Risiko lainnya yang muncul yakni mulai terbatasnya ruang fiskal untuk mendorong perekonomian.



"Oleh karena itu, diperlukan kebijakan fiskal yang lebih terencana, lantaran kebijakan ekonomi makro domestik suatu negara juga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi perekonomian lain dalam hal ini kebijakan normalisasi kebijakan bank sentral di negara maju," kata dia.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1968 seconds (0.1#10.140)