Deretan Investasi Rusia di Indonesia, Ada Kilang Tuban Senilai Rp211,9 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Serbuan militer Rusia ke Ukraina tak hanya jadi masalah geopolitik, namun juga ekonomi dan investasi. Langkah agresif Rusia dinilai bakal mempengaruhi kerjasamanya dengan sejumlah negara dalam jangka panjang.
Rusia sendiri sebenarnya cukup aktif melakukan transaksi perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Data Kementerian Investasi/BKPM menyebutkan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, investasi Rusia ke Indonesia mencapai USD46,82 juta setara Rp671,4 miliar (Kurs Rp14.341 per USD).
Investasi tersebut berada di 5 sektor yakni industri kimia dan farmasi, hotel dan restoran, real estates, perdagangan dan layanan dan lain-lain. Investasi Rusia ini tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar 57,3%, Sumatera 34%, Jawa 7,3% dan Kalimantan 2,4%.
Salah satu investasi Rusia di Indonesia ialah proyek kilang grass root refinery (GRR) di Tuban , Jawa Timur. Kilang ini dibangun atas kerjasama Pertamina dengan perusahaan bernama Rosneft, yang digabung ke dalam PT Pertamina Rosneft Pengolahan.
Kilang ini sempat menjadi perbincangan karena membuat warga setempat jadi miliarder karena ganti untung. Kilang ini memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari dan kualitas produksi gasoline hingga avtur dengan hasil berstandar Euro V, sehingga digadang-gadang bakal meningkatkan kemandirian energi dalam negeri.
Investasi proyek ini tercatat Rp211,9 triliun dan ditargetkan beroperasi 2026 mendatang. Baru-baru ini, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji memastikan, jika eskalasi konflik Rusia-Ukraina tidak berdampak pada investasi Rusia di Tuban.
"Kita belum melihat pengaruh ini terhadap proyek Rosneft di Tuban," ungkap Tutuka, Rabu (23/2/2022) lalu.
Selain kilang Tuban, Rusia juga telah menyepakati kerjasama pelaksanaan pameran industri INNOPROM: Industrial Exposition and Business Dialogue di Jakarta, 10-12 Maret 2022 mendatang.
Rencananya, pameran ini akan menghadirkan pelaku usaha dan industri dari Rusia, Indonesia, kawasan Eurasia dan kawasan Asia Tengah serta beberapa perusahaan dari kawasan Asia Tenggara lainnya. Namun, belum ada kabar lebih lanjut apakah pameran ini tetap berjalan sesuai jadwal.
Rusia sendiri sebenarnya cukup aktif melakukan transaksi perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Data Kementerian Investasi/BKPM menyebutkan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, investasi Rusia ke Indonesia mencapai USD46,82 juta setara Rp671,4 miliar (Kurs Rp14.341 per USD).
Investasi tersebut berada di 5 sektor yakni industri kimia dan farmasi, hotel dan restoran, real estates, perdagangan dan layanan dan lain-lain. Investasi Rusia ini tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar 57,3%, Sumatera 34%, Jawa 7,3% dan Kalimantan 2,4%.
Salah satu investasi Rusia di Indonesia ialah proyek kilang grass root refinery (GRR) di Tuban , Jawa Timur. Kilang ini dibangun atas kerjasama Pertamina dengan perusahaan bernama Rosneft, yang digabung ke dalam PT Pertamina Rosneft Pengolahan.
Kilang ini sempat menjadi perbincangan karena membuat warga setempat jadi miliarder karena ganti untung. Kilang ini memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari dan kualitas produksi gasoline hingga avtur dengan hasil berstandar Euro V, sehingga digadang-gadang bakal meningkatkan kemandirian energi dalam negeri.
Investasi proyek ini tercatat Rp211,9 triliun dan ditargetkan beroperasi 2026 mendatang. Baru-baru ini, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji memastikan, jika eskalasi konflik Rusia-Ukraina tidak berdampak pada investasi Rusia di Tuban.
"Kita belum melihat pengaruh ini terhadap proyek Rosneft di Tuban," ungkap Tutuka, Rabu (23/2/2022) lalu.
Baca Juga
Selain kilang Tuban, Rusia juga telah menyepakati kerjasama pelaksanaan pameran industri INNOPROM: Industrial Exposition and Business Dialogue di Jakarta, 10-12 Maret 2022 mendatang.
Rencananya, pameran ini akan menghadirkan pelaku usaha dan industri dari Rusia, Indonesia, kawasan Eurasia dan kawasan Asia Tengah serta beberapa perusahaan dari kawasan Asia Tenggara lainnya. Namun, belum ada kabar lebih lanjut apakah pameran ini tetap berjalan sesuai jadwal.
(akr)