Gawat! Dunia Bisa Alami Krisis Energi Seperti Tahun 1970-an

Jum'at, 04 Maret 2022 - 13:47 WIB
loading...
A A A
Perusahaan minyak besar, seperti BP dan Exxon Mobil telah mengatakan mereka keluar dari usaha Rusia. Harga minyak mentah Ural Rusia telah turun tajam, dibandingkan dengan patokan minyak mentah Brent internasional.

"Apa yang belum pernah kami lihat sebelumnya adalah masalah reputasi besar juga, perusahaan yang tidak ingin berbisnis dengan Rusia," kata Yergin. Perusahaan minyak melepaskan investasi besar, di mana mereka mungkin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengembangkan operasi dan mempekerjakan ratusan orang di Rusia.

Yergin mengatakan gangguan akan datang ketika pasar sudah dipasok dengan ketat. OPEC+, aliansi antara OPEC, Rusia dan sejumlah negara lainnya, memutuskan untuk melanjutkan rencana produksi mereka saat ini. Mereka mengembalikan sekitar 400.000 barel per hari ke pasar setiap bulan sampai mereka mencapai target pada bulan Juni.

Hal lain yang akan menambah derita negara konsumen energi Rusia adalah lonjakan harga gas alam. Eropa tercatat adalah pelanggan terbesar untuk minyak dan gas Rusia.

Harga minyak sudah naik ketika Rusia mengirimkan tanknya ke Ukraina pekan lalu. Brent sempat diperdagangkan di atas USD116 per barel sebelum mundur di tengah spekulasi bahwa Iran dapat mencapai kesepakatan untuk memasuki kembali kesepakatan nuklirnya yang akan membawa 1 juta barel minyak Iran kembali ke pasar.



Analis industri mengatakan sulit untuk mengatakan berapa banyak pasokan minyak Rusia akan terpengaruh. Gedung Putih mengatakan sementara ini tidak ada sanksi terhadap produk energi Rusia.

IHS Markit menjadi tuan rumah konferensi energi tahunan CERAWeek di Houston minggu depan di mana para eksekutif dari banyak perusahaan energi, termasuk Chevron, Exxon Mobil, Total, Occidental Petroleum dan ConocoPhillips, akan berbicara. Topik utama pada konferensi tersebut diharapkan adalah bagaimana pasokan minyak Rusia bisa diganti.

"Saya pikir Anda berbicara tentang kehilangan 2 hingga 3 juta barel per hari," kata John Kilduff, mitra di Again Capital. Bank of America memperkirakan bahwa untuk setiap juta barel yang hilang dari pasar, harga Brent bisa naik USD20 per barel.

"Kali ini kami memotong (pasokan) minyak sendiri. Ini adalah embargo yang ditimbulkan sendiri. Kali ini pemogokan pembeli, bukan pemasok yang bertindak. Jika Anda tidak dapat membiayainya dan Anda tidak dapat membayarnya, tidak mungkin Rusia akan menjualnya," kata dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1712 seconds (0.1#10.140)