Visa dan Mastercard Stop Beroperasi di Rusia Imbas Invasi Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Visa, Mastercard dan American Express telah mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan semua operasional di Rusia sebagai protes atas invasi Ukraina. Tetapi bank-bank besar Rusia telah meremehkan dampak langkah ini terhadap konsumen.
Pembeli masih dapat menggunakan kartu untuk pembelian di Rusia sampai mereka mencapai tanggal kedaluwarsa. Tetapi kartu Visa, Mastercard atau American Express yang dikeluarkan di luar negeri tidak akan lagi berfungsi di toko-toko atau ATM di Rusia.
Klien tidak akan lagi dapat menggunakan kartu keluaran Rusia di luar negeri atau untuk pembayaran internasional secara online. Visa dan Mastercard sendiri mengendalikan sekitar 90% pembayaran kredit dan debit di dunia, di luar China.
Sebelumnya, bank sentral Rusia bersikeras bahwa semua kartu bank Visa dan Mastercard yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia akan terus beroperasi secara normal di wilayah Rusia. Hal itu karena pembayaran domestik di Rusia dilakukan melalui sistem nasional dan tidak bergantung pada sistem asing.
Bank terbesar yang didukung pemerintah Rusia, Sberbank mengatakan, kartu-kartu yang mereka terbitkan dipastikan masih bisa berfungsi "untuk menarik uang tunai, melakukan transfer menggunakan nomor kartu, dan untuk pembayaran secara offline maupun di toko-toko online Rusia".
Sejak 2015, pemerintah Rusia telah mewajibkan semua transaksi pembayaran domestik di negara itu diproses di dalam negeri. Hal ini setelah adanya penangguhan operasi serupa oleh Visa dan Mastercard di Krimea, setelah aneksasinya.
Beberapa bank Rusia menyarankan, bahwa mereka akan mulai mengeluarkan kartu yang menggunakan sistem UnionPay China, ditambah dengan jaringan pembayaran Mir Rusia, untuk menghindari dampak bagi konsumen.
Sekarang ribuan orang, termasuk wartawan, aktivis oposisi dan bahkan orang-orang biasa yang takut rezim Putin dan memutuskan untuk melarikan diri dari perang maka uang mereka akan dipotong. "Dan yang menyedihkan adalah inilah yang diinginkan Putin."
Baik Visa dan Mastercard telah mengumumkan bahwa mereka akan mematuhi sanksi yang diterapkan oleh negara-negara Barat sejak awal konflik Rusia Ukraina.
"Perang ini menjadi ancaman berkelanjutan terhadap perdamaian dan stabilitas, serta menuntut kami merespons sesuai dengan nilai-nilai kami," kata bos Visa Al Kelly.
Dalam sebuah pernyataan, Mastercard juga menggambarkan, invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina sebagai sesuatu yang "mengejutkan dan menghancurkan". Perusahaan kartu ini telah beroperasi di Rusia selama lebih dari 25 tahun. Ia menegaskan, bahwa mereka akan terus membayar upah 200 stafnya di sana.
"Kami menyesalkan dampak dari langkah yang kami ambil terhadap klien, mitra, merchant dan para pemegang kartu yang kami layani di Rusia," sambung pernyataan dari Visa.
Pihak perusahaan tidak mengungkapkan berapa banyak kartu Visa yang beroperasi di Rusia. American Express menyebut serangan Rusia terhadap Ukraina "tidak dapat dibenarkan" dan mengatakan pihaknya juga mengakhiri semua operasi bisnis di Belarus.
Presiden AS Joe Biden "menyambut baik keputusan itu" selama panggilan telepon dengan pemimpin Ukraina, Volodymyr Zelensky, menurut Gedung Putih.
Menambah Gejolak Keuangan
Susannah Streeter, analis pasar senior di Hargreaves Lansdown menerangkan, bahwa langkah itu terjadi setelah pemutusan bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift dan penurunan dramatis rubel.
"Nasabah bank di Rusia mungkin dapat terus menggunakan kartu sampai durasi kedaluwarsa berakhir, tetapi boikot membuat orang Rusia di luar negeri akan menghadapi pembayaran mereka ditolak," katanya.
Dia menambahkan, bahwa UnionPay China kemungkinan akan menjadi ' sistem pembayaran pilihan' alternatif bagi bank-bank Rusia karena sudah diterima di seluruh dunia, meskipun tidak seluas Visa dan Mastercard.
"Tapi hal itu akan memakan waktu yang sangat panjang untuk mengeluarkan kembali jutaan kartu, dan akan menambah gejolak keuangan di negara ini," jelasnya.
Aksi raksasa pembayaran tersebut dilakukan di tengah meluasnya reaksi keras yang dimbil perusahaan dunia terhadap tindakan Rusia di Ukraina. Pemilik Inditex Zara dan rumah mode Prancis LVMH, Kering dan Chanel semuanya mengatakan, dalam beberapa hari terakhir mereka akan menghentikan penjualan secara sementara di Rusia.
PayPal juga mengatakan, pada hari Sabtu bahwa mereka telah menutup layanan di Rusia tetapi akan mendukung penarikan "untuk jangka waktu tertentu".
Pembeli masih dapat menggunakan kartu untuk pembelian di Rusia sampai mereka mencapai tanggal kedaluwarsa. Tetapi kartu Visa, Mastercard atau American Express yang dikeluarkan di luar negeri tidak akan lagi berfungsi di toko-toko atau ATM di Rusia.
Klien tidak akan lagi dapat menggunakan kartu keluaran Rusia di luar negeri atau untuk pembayaran internasional secara online. Visa dan Mastercard sendiri mengendalikan sekitar 90% pembayaran kredit dan debit di dunia, di luar China.
Sebelumnya, bank sentral Rusia bersikeras bahwa semua kartu bank Visa dan Mastercard yang dikeluarkan oleh bank-bank Rusia akan terus beroperasi secara normal di wilayah Rusia. Hal itu karena pembayaran domestik di Rusia dilakukan melalui sistem nasional dan tidak bergantung pada sistem asing.
Bank terbesar yang didukung pemerintah Rusia, Sberbank mengatakan, kartu-kartu yang mereka terbitkan dipastikan masih bisa berfungsi "untuk menarik uang tunai, melakukan transfer menggunakan nomor kartu, dan untuk pembayaran secara offline maupun di toko-toko online Rusia".
Sejak 2015, pemerintah Rusia telah mewajibkan semua transaksi pembayaran domestik di negara itu diproses di dalam negeri. Hal ini setelah adanya penangguhan operasi serupa oleh Visa dan Mastercard di Krimea, setelah aneksasinya.
Beberapa bank Rusia menyarankan, bahwa mereka akan mulai mengeluarkan kartu yang menggunakan sistem UnionPay China, ditambah dengan jaringan pembayaran Mir Rusia, untuk menghindari dampak bagi konsumen.
Sekarang ribuan orang, termasuk wartawan, aktivis oposisi dan bahkan orang-orang biasa yang takut rezim Putin dan memutuskan untuk melarikan diri dari perang maka uang mereka akan dipotong. "Dan yang menyedihkan adalah inilah yang diinginkan Putin."
Baik Visa dan Mastercard telah mengumumkan bahwa mereka akan mematuhi sanksi yang diterapkan oleh negara-negara Barat sejak awal konflik Rusia Ukraina.
"Perang ini menjadi ancaman berkelanjutan terhadap perdamaian dan stabilitas, serta menuntut kami merespons sesuai dengan nilai-nilai kami," kata bos Visa Al Kelly.
Dalam sebuah pernyataan, Mastercard juga menggambarkan, invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina sebagai sesuatu yang "mengejutkan dan menghancurkan". Perusahaan kartu ini telah beroperasi di Rusia selama lebih dari 25 tahun. Ia menegaskan, bahwa mereka akan terus membayar upah 200 stafnya di sana.
"Kami menyesalkan dampak dari langkah yang kami ambil terhadap klien, mitra, merchant dan para pemegang kartu yang kami layani di Rusia," sambung pernyataan dari Visa.
Pihak perusahaan tidak mengungkapkan berapa banyak kartu Visa yang beroperasi di Rusia. American Express menyebut serangan Rusia terhadap Ukraina "tidak dapat dibenarkan" dan mengatakan pihaknya juga mengakhiri semua operasi bisnis di Belarus.
Presiden AS Joe Biden "menyambut baik keputusan itu" selama panggilan telepon dengan pemimpin Ukraina, Volodymyr Zelensky, menurut Gedung Putih.
Menambah Gejolak Keuangan
Susannah Streeter, analis pasar senior di Hargreaves Lansdown menerangkan, bahwa langkah itu terjadi setelah pemutusan bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift dan penurunan dramatis rubel.
"Nasabah bank di Rusia mungkin dapat terus menggunakan kartu sampai durasi kedaluwarsa berakhir, tetapi boikot membuat orang Rusia di luar negeri akan menghadapi pembayaran mereka ditolak," katanya.
Dia menambahkan, bahwa UnionPay China kemungkinan akan menjadi ' sistem pembayaran pilihan' alternatif bagi bank-bank Rusia karena sudah diterima di seluruh dunia, meskipun tidak seluas Visa dan Mastercard.
"Tapi hal itu akan memakan waktu yang sangat panjang untuk mengeluarkan kembali jutaan kartu, dan akan menambah gejolak keuangan di negara ini," jelasnya.
Aksi raksasa pembayaran tersebut dilakukan di tengah meluasnya reaksi keras yang dimbil perusahaan dunia terhadap tindakan Rusia di Ukraina. Pemilik Inditex Zara dan rumah mode Prancis LVMH, Kering dan Chanel semuanya mengatakan, dalam beberapa hari terakhir mereka akan menghentikan penjualan secara sementara di Rusia.
PayPal juga mengatakan, pada hari Sabtu bahwa mereka telah menutup layanan di Rusia tetapi akan mendukung penarikan "untuk jangka waktu tertentu".
(akr)