Eropa Terpecah Soal Sanksi Embargo Minyak dan Gas Rusia

Selasa, 22 Maret 2022 - 06:59 WIB
loading...
Eropa Terpecah Soal...
Para pemimpin Uni Eropa (UE) menemui jalan buntu mengenai apakah mereka bakal menjatuhkan sanksi sektor energi kepada Rusia ketika tekanan untuk memberikan respons atas invasi ke Ukraina semakin berat. Foto/Dok
A A A
BRUSSEL - Para pemimpin Uni Eropa (UE) menemui jalan buntu mengenai apakah mereka bakal menjatuhkan sanksi sektor energi kepada Rusia ketika tekanan untuk memberikan respons atas invasi Kremlin ke Ukraina semakin berat. Seperti diketahui Amerika Serikat (AS) telah lebih dulu menerapkan embargo minyak Rusia yang diharapkan bakal diikuti oleh sekutunya negara Eropa.

Sikap AS itu mendongkrak harga minyak mentah dunia menjadi hampir USD115 per barel pada perdagangan, hari Senin (21/3) kemarin saat para diplomat mulai melakukan dorongan terbaru agar UE ikut mengembargo ekspor minyak Moskow.



Prancis, Irlandia dan negara-negara Baltik seperti Lithuania mengisyaratkan dukungan untuk memberikan sanksi lebih berat kepada Rusia dengan membatasi impor minyak mereka. Tetapi langkah ini menghadapi tentangan dari negara-negara termasuk Jerman dan Hungaria.

Sebelumnya Uni Eropa dan sekutu baratnya telah menjatuhkan sanksi keuangan terhadap bank, bisnis, serta individu Rusia yang terhubung dengan presiden Vladimir Putin, untuk menjadi pukulan besar bagi ekonomi Beruang Merah -julukan negara Rusia-.

Tetapi ketika perang terus berlanjut dan laporan mengejutkan tentang pengepungan dan pemboman Mariupol terus muncul, tekanan terhadap Eropa terus tumbuh untuk melangkah lebih jauh. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell dan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan, tindakan Kremlin sama dengan kejahatan perang.

Namun, Uni Eropa belum mengikuti Inggris dan AS dalam memberlakukan larangan impor minyak Rusia. Hal ini mendorong Simon Coveney, menteri luar negeri Irlandia, untuk memperingatkan bahwa posisi itu menjadi semakin tidak dapat dipertahankan.

Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis juga mengatakan, sangat penting untuk menjaga tekanan kepada Putin. Dalam intervensi signifikan lainnya, Prancis yang memegang kepresidenan Uni Eropa, menyarankan untuk menargetkan minyak dan gas Rusia. Namun, membuang ekspor Rusia bisa berdampak secara politis, karena berpotensi membuat harga lebih tinggi dan menimbulkan lebih banyak kerugian.

Sejauh mana ketergantungan negara-negara Uni Eropa kepada Rusia berbeda-beda dan juga sangat bervariasi. Jerman dan Hongaria, yang masing-masing mengimpor setidaknya 30% minyak mereka dari Rusia, termasuk di antara negara-negara yang telah menolak seruan untuk melakukan embargo. Belanda juga dilaporkan mengungkapkan, embargo minyak akan melewati "garis merah".

"Pertanyaan tentang embargo minyak bukanlah pertanyaan apakah kita ingin atau tidak menginginkannya, tetapi pertanyaan tentang seberapa besar kita bergantung pada minyak," ucap Menteri Luar Negeri Jerman, Baerbock.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1662 seconds (0.1#10.140)