Perang Rusia Ukraina Telah Berubah Menjadi Bencana Ekonomi Bagi India

Jum'at, 25 Maret 2022 - 06:38 WIB
loading...
A A A
Diketahui India mengimpor lebih dari 85% minyak yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya dan Morgan Stanley menyatakan, bahwa "lonjakan harga minyak 25% baru-baru ini akan memperluas defisit transaksi berjalan India sebesar 75 basis poin dan inflasi sebesar 100 basis poin secara tahunan."

Sejak 1 Februari, ketika Menteri Keuangan India mengasumsikan harga minyak global sekitar USD75 per barel dalam perhitungan anggaran pemerintah periodes 2022-2023. Kenaikan tak terduga harga minyak global dan depresiasi rupee India telah menyebabkan kenaikan tagihan impor yang tak terduga, yang mengarah ke peningkatan defisit fiskal negara itu.

Di sisi lain pendapatan pemerintah juga berkurang apabila dibandingkan dengan pengeluarannya. Invasi Rusia ke Ukraina bisa berdampak USD23 miliar pada rekening pemerintah. Dampaknya terhadap anggaran pemerintah telah menjadi bencana besar.

Karena harga saham menukik, pemerintah India berpikir untuk menunda IPO Life Insurance Corporation (LIC), penawaran mega terbesar di India, yang merupakan bagian terbesar dari program penjualan aset senilai USD10,4 miliar di negara itu yang bertujuan untuk menghentikan defisit anggaran untuk tahun keuangan yang berakhir pada 31 Maret.

Pemerintah juga menghadapi dilema kebijakan apakah akan menaikkan harga bahan bakar dalam negeri (bensin, solar, LPG), dimana bila hal itu dilakukan akan memberikan efek ganda. Bak bola salju, hal itu selanjutnya akan meningkatkan biaya transportasi dan biaya operasional untuk bisnis.



Di sisi lain, pemerintah dapat mengurangi pajak atau memotong bea cukai atas impor minyak untuk melindungi konsumen dan bisnis dalam negeri. Tetapi dengan demikian, pendapatannya akan turun yang mengharuskannya menyeimbangkan penurunan pendapatan dengan mengambil langkah-langkah untuk membatasi pengeluaran, termasuk langkah-langkah kebijakan yang telah diusulkan untuk merangsang pertumbuhan.

Karena kebuntuan kebijakan yang tak terhindarkan ini, pemerintah India berjuang dengan sedikit ruang untuk bermanuver dalam memastikan profitabilitas bisnis, mendapatkan pendapatan mata uang asing dan untuk mencegah permintaan domestik terpukul.

Saat ini di Asia, India telah menjadi negara yang paling terpukul, di mana inflasi telah meningkat menjadi lebih dari 13%, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan turun dari 8,2% menjadi 7,8%. Ditambah ada kekhawatiran stagflasi yang sangat ditakuti dalam ekonominya, karena tekanan inflasi global dari perang ini.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2099 seconds (0.1#10.140)