Takut Rusia Stop Pasokan Gas, Menteri-menteri Energi UE Gelar Pertemuan Darurat

Senin, 02 Mei 2022 - 09:54 WIB
loading...
Takut Rusia Stop Pasokan Gas, Menteri-menteri Energi UE Gelar Pertemuan Darurat
Menteri-menteri energi UE hari ini mengadakan rapat darurat membahas tindakan terkait krisis gas Rusia. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
BRUSSELS - Para menteri energi dari negara-negara Uni Eropa (UE) hari ini mengadakan pembicaraan darurat untuk mencari tanggapan terpadu terhadap permintaan Moskow agar pembeli Eropa membayar gas Rusia dalam rubel atau menghadapi pemutusan pasokan.

Seperti dikutip dari Reuters, Senin (2/5/2022), ada kekhawatiran di antara negara-negara Uni Eropa bahwa mereka akan menjadi sasaran penyetopan pasokan gas berikutnya oleh Rusia. Diketahui, Rusia baru-baru ini telah menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia setelah kedua negara itu menolak memenuhi permintaannya untuk membayar secara efektif dalam rubel.


Negara-negara tersebut sudah berencana untuk berhenti menggunakan gas Rusia tahun ini dan mengatakan mereka dapat mengatasi penghentian tersebut. Akan tetapi, hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara Uni Eropa lainnya, termasuk Jerman yang ekonominya bergantung pada gas, akan menjadi sasaran berikutnya.

Tuntutan Moskow tersebut juga menimbulkan ancaman akan memecahkan front persatuan UE melawan Rusia di tengah ketidaksepakatan tentang tindakan yang tepat atas permintaan tersebut.

Dengan banyak perusahaan Eropa menghadapi tenggat waktu pembayaran gas akhir bulan ini, negara-negara Uni Eropa memiliki kebutuhan mendesak untuk mengklarifikasi apakah perusahaan dapat terus membeli bahan bakar tanpa melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.

Moskow menegaskan bahwa negara-negara tak bersahabat harus menyetor euro atau dolar ke rekening di bank swasta Rusia Gazprombank, yang akan mengubahnya menjadi rubel, untuk membayar pasokan gas dari negara tersebut.

Komisi Eropa telah memberi tahu negara-negara anggotanya bahwa mematuhi skema Rusia dapat melanggar sanksi UE, sementara juga menyarankan negara-negara dapat melakukan pembayaran yang sesuai dengan sanksi jika mereka menyatakan pembayaran selesai setelah dilakukan dalam euro dan sebelum dikonversi menjadi rubel. Setelah Bulgaria, Denmark, Yunani, Polandia, Slovakia, dan lainnya pekan lalu mendesak saran yang lebih jelas, Brussels menyusun panduan ekstra.

Rusia pada hari Jumat mengatakan tidak melihat masalah dengan keputusannya, yang menganggap kewajiban pembeli dipenuhi hanya setelah mata uang keras telah dikonversi ke rubel.

Sementara Bulgaria dan Polandia menolak untuk terlibat dengan skema Moskow, Jerman telah menggemakan solusi Komisi untuk mengizinkan perusahaan membayar, dan Hongaria mengatakan pembeli dapat terlibat dengan mekanisme Rusia. Baca selengkapnya

Pembayaran dalam rubel dapat membantu melindungi ekonomi Rusia dari dampak sanksi, sementara pendapatan bahan bakar dapat membantu membiayai apa yang disebutnya operasi militer khusus.

Negara-negara Uni Eropa telah membayar lebih dari 45 miliar euro (sekitar USD47,43 miliar atau sekira Rp678,3 triliun) ke Rusia untuk gas dan minyak sejak konflik negara itu dengan Ukraina pada 24 Februari, menurut organisasi penelitian Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.

Rusia memasok 40% gas UE dan 26% impor minyaknya, ketergantungan yang berarti Jerman dan negara lain sejauh ini menolak seruan untuk penghentian tiba-tiba impor bahan bakar Rusia karena khawatir akan kerusakan ekonomi.



Seorang diplomat mengatakan, Uni Eropa sedang menuju larangan impor minyak Rusia pada akhir tahun, setelah pembicaraan antara Komisi dan negara-negara Uni Eropa pada akhir pekan menjelang pertemuan minggu ini.

Para duta besar akan membahas pada pertemuan pada hari Rabu paket keenam sanksi Uni Eropa terhadap Moskow yang sedang disusun oleh Komisi. Para menteri pada hari ini juga akan membahas kebutuhan untuk segera mengamankan pasokan gas non-Rusia dan mengisi penyimpanan, karena negara-negara bersiap menghadapi guncangan pasokan.

Ketergantungan pada gas Rusia bervariasi antarnegara, tetapi analis mengatakan penghentian total gas Rusia akan menjerumuskan negara-negara, termasuk Jerman, ke dalam resesi dan memerlukan tindakan darurat seperti penutupan pabrik untuk mengatasinya. Austria, Hungaria, Italia dan Slovakia juga memiliki keberatan selama akhir pekan tentang gagasan embargo minyak.

Komisi akhir bulan ini akan mengungkap rencana untuk mengakhiri ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027, termasuk dengan memperluas energi terbarukan dan merenovasi bangunan untuk mengkonsumsi lebih sedikit.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1018 seconds (0.1#10.140)