Dapat Dukungan Kementan, Petani Milenial Asal Tanah Laut Sukses Budidaya Melon

Sabtu, 07 Mei 2022 - 21:30 WIB
loading...
Dapat Dukungan Kementan, Petani Milenial Asal Tanah Laut Sukses Budidaya Melon
Hairul Effendi, pemuda Desa Ujung Batu, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) fokus pada peningkatan dan kualitas SDM Pertanian. Pasalnya regenerasi petani merupakan salah satu prioritas Kementan untuk keberlanjutan pembangunan pertanian di Indonesia.

“Indonesia harus menjalankan pertanian secara efektif, efisien dan transparan melalui pengembangan pertanian maju, mandiri dan modern yang dimotori oleh petani milenial,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/5/2022).

Menurutnya, melalui sinergi dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD), Kementan berupaya meningkatkan regenerasi melalui pengembangan petani milenial.

(Baca juga:Duta Petani Milenial Jadi Magnet Generasi Milenial)

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengungkapkan harapannya melalui Program YESS akan terwujud regenerasi pertanian, meningkatnya kompetensi SDM dari perdesaan, meningkatnya jumlah wirausaha muda di bidang pertanian.

“Pertanian akan menjadi lapangan kerja menarik, prospektif dan menguntungkan yang berdampak pada penurunan angka pengangguran serta urbanisasi,” katanya.

Menurut Dedi, Program YESS sangat mendukung dalam pengembangan SDM pertanian, dengan memberdayakan para pemuda tani untuk memanfaatkan sumberdaya alam pertanian di perdesaan, secara optimal, profesional, menguntungkan dan berkelanjutan. “Tentunya mereka ini akan siap menghadapi era milenial,” katanya.

(Baca juga:Electrifying Agriculture Tarik Minat Petani Milenial)

Adalah Hairul Effendi, seorang pemuda dari Desa Ujung Batu RT 13 di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan yang sukses mengembangkan usaha budidaya melon, yang semula hanya 2.000 tanaman, kini menjadi 5.000 tanaman.

Petani milenial berusia 29 tahun ini mengaku mulai menggeluti budidaya melon sejak 2018. Hal ini ia lakukan karena budidaya melon lebih menguntungkan.

“Saya memilih melon karena harganya stabil, jarang jatuh seperti tanaman lainnya. Sebelum budidaya melon, saya juga pernah budidaya timun, pare, dan cabai. Tapi sejak 2018, saya mulai fokus pada komoditas melon saja,” kata Hairul saat dikunjungi Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Kalsel di Pelaihari, baru-baru ini.

Keberhasilan Hairul tidak lepas dari peran Program Youth Entrepreunership and Employment Support Service (YESS) dari Kementan yang mampu menambah luasan lahan yang semula hanya seperempat hektare (ha). Populasinya 2.000 tanaman melon dengan tonase sekitar enam ton. Kini, Hairul menanam 5.000 tanaman melon di lahan seluas 1 ha, tonasenya 15 ton.

Hairul tak perlu susah payah memasarkan hasil panennya, karena para pembeli biasanya datang langsung ke tempatnya. Pembeli pun datang dari berbagai kota di Kalsel seperti Martapura dan Banjarbaru.

Kendati demikian, Hairul tetap berharap dapat terus dibimbing dan didampingi. Salah satunya dari segi pemasarannya. Bagaimana agar bisa menjual hasil panen ke pasar modern, sehingga harganya lebih baik.

Dalam perjalanan usahanya, kendala utama Hairul adalah kondisi cuaca. Curah hujan dan intensitas terlalu tinggi mengganggu kulitas hasil panennya, sehingga ke depan, dia berencana menerapkan smart farming.

“Harapannya, program tersebut akan selalu ada, karena sangat membantu dari segi permodalan dan menambah skala usaha. Selain itu, program ini juga meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Hairul.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3919 seconds (0.1#10.140)