MNC Energy Investments (IATA) Tambah Modal Melalui HMETD dengan Nominal Rp50 per Saham
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) berencana menambah modal melalui penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan menerbitkan 14,8 miliar saham dan waran seri I.
Penambahan modal tersebut juga telah disetujui pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung hari ini.
Wakil Presiden Direktur IATA Agustinus Wishnu Handoyono mengatakan, terkait penambahan modal dengan HMETD, IATA akan menerbitkan dan menawarkan maksimal sebanyak 14.840.555.748 saham seri B dengan nilai nominal Rp50. Selain itu juga disertai dengan penerbitan Waran Seri I sebanyak-banyaknya sejumlah 2.968.111.149 saham seri B sebagai insentif.
"Sehingga perseroan perlu meningkatkan modal dasar untuk memenuhi kebutuhan peningkatan tambahan modal dengan memberikan HMETD dan Waran Seri I tersebut," kata Wishnu dalam RUPSLB IATA, Rabu (18/5/2022).
Dengan demikian, pada RUPSLB tersebut telah disetujui penambahan modal dasar dari semula Rp1,3 miliar menjadi Rp7,1 triliun, yang terbagi atas 136,9 miliar saham dengan meningkatkan 117,1 miliar saham seri B dengan nominal Rp50 per saham.
HMETD dilakukan untuk menyelesaikan hak tagih PT MNC Investama Tbk (BHIT) terhadap Perseroan berdasarkan surat sanggup yang diterbitkan oleh Perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Selain untuk penyelesaian pembelian BCR, dana dari hasil HMETD akan digunakan untuk modal kerja untuk peningkatan produksi batu bara dan ekspansi di sektor energi.
Seperti diketahui, Perseroan telah mengakuisisi 99,33% saham BCR, pemilik 9 Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan batu bara yang memiliki wilayah kerja di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Upaya pengembangan bisnis IATA dan anak-anak perusahaannya masih terus dilakukan. Secara organik, BCR tetap fokus untuk meningkatkan produksi pada IUP yang telah beroperasi dan memulai produksi di IUP baru.
Hal ini dilakukan semaksimal mungkin memanfaatkan momentum harga batu bara yang masih sangat tinggi.
Secara inorganik, IATA giat mengejar peluang akuisisi tambang baru, baik batu bara maupun mineral lainnya seperti emas dan nikel serta menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan.
Selain itu, IATA terus berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini bisnis. Perseroan berencana untuk terjun di usaha kontraktor, logistik & transportasi, trading, dan lain sebagainya.
Penambahan modal tersebut juga telah disetujui pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung hari ini.
Wakil Presiden Direktur IATA Agustinus Wishnu Handoyono mengatakan, terkait penambahan modal dengan HMETD, IATA akan menerbitkan dan menawarkan maksimal sebanyak 14.840.555.748 saham seri B dengan nilai nominal Rp50. Selain itu juga disertai dengan penerbitan Waran Seri I sebanyak-banyaknya sejumlah 2.968.111.149 saham seri B sebagai insentif.
"Sehingga perseroan perlu meningkatkan modal dasar untuk memenuhi kebutuhan peningkatan tambahan modal dengan memberikan HMETD dan Waran Seri I tersebut," kata Wishnu dalam RUPSLB IATA, Rabu (18/5/2022).
Dengan demikian, pada RUPSLB tersebut telah disetujui penambahan modal dasar dari semula Rp1,3 miliar menjadi Rp7,1 triliun, yang terbagi atas 136,9 miliar saham dengan meningkatkan 117,1 miliar saham seri B dengan nominal Rp50 per saham.
HMETD dilakukan untuk menyelesaikan hak tagih PT MNC Investama Tbk (BHIT) terhadap Perseroan berdasarkan surat sanggup yang diterbitkan oleh Perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Selain untuk penyelesaian pembelian BCR, dana dari hasil HMETD akan digunakan untuk modal kerja untuk peningkatan produksi batu bara dan ekspansi di sektor energi.
Seperti diketahui, Perseroan telah mengakuisisi 99,33% saham BCR, pemilik 9 Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan batu bara yang memiliki wilayah kerja di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Upaya pengembangan bisnis IATA dan anak-anak perusahaannya masih terus dilakukan. Secara organik, BCR tetap fokus untuk meningkatkan produksi pada IUP yang telah beroperasi dan memulai produksi di IUP baru.
Hal ini dilakukan semaksimal mungkin memanfaatkan momentum harga batu bara yang masih sangat tinggi.
Secara inorganik, IATA giat mengejar peluang akuisisi tambang baru, baik batu bara maupun mineral lainnya seperti emas dan nikel serta menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan.
Selain itu, IATA terus berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini bisnis. Perseroan berencana untuk terjun di usaha kontraktor, logistik & transportasi, trading, dan lain sebagainya.
(ind)