India Larang Ekspor Gandum, Harga Pangan Global Bakal Mendidih

Kamis, 19 Mei 2022 - 07:54 WIB
loading...
India Larang Ekspor...
Saat dunia terhuyung-huyung dari penurunan pasokan gandum secara mendadak ketika Rusia dan Ukraina terlibat perang. Giliran India yang melarang ekpor, dimana diyakini bakal membuat harca pangan global makin melonjak. Foto/Dok
A A A
NEW DELHI - Pada bulan April lalu, menteri perdagangan dan industri India membuat pengumuman heroik. Saat dunia terhuyung-huyung dari penurunan pasokan gandum secara mendadak ketika Rusia dan Ukraina , dua eksportir gandum terbesar di dunia, membatasi ekspor mereka karena perang. Tetapi India akan turun tangan untuk mengisi kekurangan.

"Petani India memberi makan dunia. Petani kami telah memastikan lumbungnya meluap dan kami siap melayani dunia.," kata Piyush Goyal, menteri India di Twitter.



Namun kemudian kurang dari sebulan atau tepatnya 13 Mei 2022, India membalikkan posisinya dengan melarang ekspor gandum setelah harga melonjak naik dan gelombang panas merusak tanaman.

India sendiri dikenal sebagai produsen gandum terbesar kedua di dunia, dan yang terbaru ada lebih dari selusin negara yang mengumumkan larangan ekspor makanan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Negara-negara pengimpor sedang berjuang untuk mengatasi gelombang larangan ekspor. Mesir, yang mengimpor 80% gandumnya dari Rusia dan Ukraina beralih ke India ketika pasokan menurun.

Kesepakatan itu mungkin masih berjalan, tetapi banyak negara harus berebut untuk pembelian berikutnya karena larangan ekspor terus menyebar.

Menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah organisasi yang berbasis di Washington DC, pembatasan ekspor telah mempengaruhi 17% dari pangan dunia , yang diukur dengan jumlah kalori yang diperdagangkan, pada awal April. Jumlah tersebut akan meningkat secara substansial dengan larangan ekspor gandum India.

"Saat perang berlanjut, ada kemungkinan yang berkembang bahwa kekurangan makanan, terutama biji-bijian dan minyak nabati, akan menjadi akut. Kondisi ini menyebabkan lebih banyak negara beralih ke pembatasan perdagangan," kata IFPRI dalam laporannya.

Harga Pangan Melonjak

Harga gandum mencapai rekor tertinggi pada Maret 2022, hanya dalam waktu seminggu setelah invasi Rusia ke Ukraina. Dari pertengahan Februari hingga 17 Mei, harga telah meningkat 60%.

Kazakhstan, Kirgistan, Mesir, Serbia, Lebanon, antara lain, juga telah melarang ekspor gandum dan biji-bijian lainnya, menurut pelacak pembatasan ekspor makanan IFPRI.

Saat pasokan seret, China justru telah banyak membeli gandum yang menurut beberapa orang merupakan aksi penimbunan karena kekhawatiran panen yang buruk di negaranya.

Selain itu harga minyak goreng juga meningkat seiring pandemi dan juga naik tajam ketika perang memaksa Ukraina, pengekspor minyak biji bunga matahari terbesar di dunia, untuk menghentikan pengiriman. Lonjakan harga juga merembet ke minyak mentah.

Pada bulan April, Indonesia yang mengekspor 30 juta ton minyak nabati, atau paling banyak di dunia, menerapkan larangan beberapa jenis ekspor minyak sawit. Kazakhstan, Mesir, Kosovo dan Turki juga telah melarang ekspor minyak nabati.

Sementara Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan mengusulkan pengurangan pajak ekspor sebanyak setengahnya. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu mengisi kekurangan pasokan minyak sawit global.

Kenaikan harga gandum, tepung bunga matahari (produk sampingan dari minyak bunga matahari), kedelai, dan jagung, juga telah membuat harga untuk ayam, babi dan sapi lebih mahal, menaikkan harga unggas hingga daging.



Di sisi lain Argentina melarang ekspor daging sapi bahkan sebelum perang untuk mengendalikan inflasi yang meningkat. Harga melonjak di India dan Thailand, dan di Inggris, harga ayam naik begitu cepat, sedangkan harga daging sapi semakin mahal.

Sementara itu, harga pupuk yang juga ada larangan ekspor dari China, Kirgistan, Rusia, dan Ukraina, telah meningkat 30% sejak awal 2022, di atas kenaikan 80% pada tahun 2021, menurut Bank Dunia. Ini akan terus menaikkan harga makanan di seluruh dunia.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0991 seconds (0.1#10.140)