Ternyata Tidak Mudah Menjadi Generasi Kedua Crazy Rich, Ini Tantangannya

Rabu, 25 Mei 2022 - 06:27 WIB
loading...
Ternyata Tidak Mudah...
Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tanjung (tengah). Foto/MPI/Viola Triamanda
A A A
JAKARTA - Fenomena crazy rich di Indonesia membetot perhatian publik dalam setahun terakhir. Terlebih, rata-rata mereka masih usia muda.

Crazy rich mengacu kepada orang yang sangat kaya atau bahkan super kaya. Di Industri jasa keuangan dikenal sebagai high net worth individual (HNWI) dan ultra HNWI.

Mengutip data Knight Frank, jumlah populasi HNWI atau individu dengan jumlah kekayaan mencapai USD1 juta ke atas di Indonesia mencapai 82.012 orang pada 2021.

Bagi anak muda yang terlahir dari keluarga sangat kaya tentunya sebagai generasi penerus memiliki peluang besar untuk terus mengembangkan kekayaan dari orangtua atau pendahulunya. Namun, terdapat tantangan yang harus dihadapi.



Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tanjung mengatakan, berdasarkan data kualitatif Wunderman Thompson di 2021 terlihat bahwa generasi muda HNWI memiliki karakter yang berbeda-beda.

Pertama adalah Business Inheritor atau mereka yang mewarisi bisnis keluarganya. Kedua, Passion Pathfinder yaitu mereka yang memiliki usaha atau entrepreneur sesuai passion mereka sehingga menjalani bisnis yang berbeda dari bisnis orang tua.

“Dan yang terakhir adalah Career Climber atau mereka yang tetap dijalur profesional sebagai karyawan namun merupakan bagian dari keluarga HNWI," ujarnya dalam jumpa pers, dikutip Rabu (25/5/2022).

Menurut dia, ketiga golongan HNWI menghadapi kesulitan yang sama. Kesulitan yang dimaksud adalah tekanan parameter kesuksesan generasi sebelumnya serta kebutuhan menjaga dan mengoptimalkan semua yang telah diraih.

"Tekanan yang mereka alami semakin berat karena hanya 9,8% HNWI generasi muda yang memiliki literasi finansial untuk memilah data dan informasi dalam pengambilan keputusan finansial," tuturnya.



Selain itu, beberapa HNWI juga mengalami penurunan harta kekayaan yang diakibatkan oleh berbagai hal. "Menurut data Williams Group Wealth Consultant, kekayaan keluarga mengalami penurunan lebih dari 50% di generasi berikutnya disebabkan perselisihan keluarga (60%), kurangnya persiapan ahli waris (25%), dan penyebab lain seperti pajak dan legal (15%),” bebernya.

Lebih lanjut, terkait potensi pasar, studi Wundurman Thompson juga menyebut bahwa 48% HNWI di Indonesia berusia di bawah 40 tahun.



Guna menangkap peluang tersebut, sambung Rudy, DBS menciptakan produk yang dapat membantu HNWI muda dalam mengelola aset kekayaan serta bisnisnya.

"DBS Treasure Private Client memiliki peran penting sebagai mitra manajemen kekayaanuntuk mendukung nasabah menavigasi kompleksitas pasar agar selalu terdepan," tuturnya.

Selain itu, untuk memaksimalkan persiapkan golongan muda HNWI, DBS juga mengadakan acara networking nasabah bersama komunitas HNWI untuk menjalin koneksi maupun mengeksplorasi bidang baru yang sedang berkembang dan memberikan kesempatan untuk belajar langsung dari pakar yang bersangkutan.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2132 seconds (0.1#10.140)