Bergerak Sideways, Investor Disarankan Akumulasi Saham Bervaluasi Murah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Investor optimistis pasar saham yang bergerak sideways dan penurunan harga-harga saham di masa pandemi virus corona (Covid-19) memicu peluang muncul untuk berinvestasi dan melakukan aksi jual-beli (trading) saham dalam jangka pendek di saham-saham yang salah harga atau undervalued. Pada fase new normal ini, pasar saham mengindikasikan pertumbuhan positif seiring dengan sentimen positif dari dalam negeri dan global pasca pelonggaran Pembatasan Skala Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pelaku pasar modal Kanya Lakshmi Sidarta mengaku mengakumulasi beli saham-saham yang bisnisnya diuntungkan oleh pandemi Covid-19. Dia mencontohkan saham emiten makanan, barang-barang konsumsi yang salah satu produknya berupa produk sanitasi, perbankan, dan telekomunikasi. “Investor juga perlu melirik saham perkebunan,“ ujar Kanya, yang juga pemerhati masalah sawit di Jakarta, kemarin. (Baca: IHSG Dibuka Merayap Tipis saat Bursa Asia Flat)
Menurut Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) tersebut, dirinya rutin mengakumulasi beli secara bertahap di saham-saham tersebut. Namun, dia menyarankan hanya untuk membeli saham-saham yang kinerja keuangannya diperkirakan naik ke depannya.
“Pekan ini merupakan salah satu momentum untuk membeli saham-saham yang harganya terdiskon, valuasinya murah, dan peluang harga saham melonjak dalam jangka pendek hingga menengah,” papar Kanya.
Dia mengaku telah mengalokasikan dana pembelian saham tersebut yang disesuaikan dengan anggaran dan target proporsional pada portofolio investasinya.
“Hal yang perlu diingat investor adalah berinvestasi ke saham yang dikenal karakter bisnisnya dan pertumbuhan fundamental keuangan terindikasi tumbuh di masa mendatang, misalnya, saham-saham yang produknya merupakan kebutuhan pokok konsumen dan penjualan produknya melonjak di masa pandemi ini,” ungkap Kanya. (Baca juga: Tentara Suriah Ditangkap karena Melamar Putri Presiden Assad)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan saham kemarin turun 0,8% ke level 4.879. Investor berpeluang mengakumulasi beli bertahap saham-saham yang likuiditasnya tinggi dan valuasinya relatif murah yang harganya berpotensi naik dalam jangka pendek di fase kenormalan baru ini.
Kanya menyarankan agar target imbal hasil tak meleset, strategi yang dia lakukan adalah melakukan aksi jual sahamnya dalam jangka pendek. Profit taking perlu dilakukan untuk menjaga-jaga risiko penurunan harga saham tatkala IHSG masih rawan terkoreksi. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
“Tatkala ada peluang profit, segera dieksekusi untuk memperoleh realized gain. Sisakan sebagian keuntungan menjual saham untuk mengoleksi saham-saham lainnya yang secara average melemah, namun masih aktif diperdagangkan,” ujar wanita yang pernah menjadi CEO IDX Channel ini.
Setelah profit taking, lanjut Kanya, dirinya akan menambah aset di pasar saham dengan membeli bertahap saham-saham yang masih prospektif. Sementara untuk memitigasi risiko dari kerugian, Kanya mencermati perkembangan ekonomi nasional dan global yang berdampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan bisnis emiten tersebut. (Rakhmat Baihaqi)
Pelaku pasar modal Kanya Lakshmi Sidarta mengaku mengakumulasi beli saham-saham yang bisnisnya diuntungkan oleh pandemi Covid-19. Dia mencontohkan saham emiten makanan, barang-barang konsumsi yang salah satu produknya berupa produk sanitasi, perbankan, dan telekomunikasi. “Investor juga perlu melirik saham perkebunan,“ ujar Kanya, yang juga pemerhati masalah sawit di Jakarta, kemarin. (Baca: IHSG Dibuka Merayap Tipis saat Bursa Asia Flat)
Menurut Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) tersebut, dirinya rutin mengakumulasi beli secara bertahap di saham-saham tersebut. Namun, dia menyarankan hanya untuk membeli saham-saham yang kinerja keuangannya diperkirakan naik ke depannya.
“Pekan ini merupakan salah satu momentum untuk membeli saham-saham yang harganya terdiskon, valuasinya murah, dan peluang harga saham melonjak dalam jangka pendek hingga menengah,” papar Kanya.
Dia mengaku telah mengalokasikan dana pembelian saham tersebut yang disesuaikan dengan anggaran dan target proporsional pada portofolio investasinya.
“Hal yang perlu diingat investor adalah berinvestasi ke saham yang dikenal karakter bisnisnya dan pertumbuhan fundamental keuangan terindikasi tumbuh di masa mendatang, misalnya, saham-saham yang produknya merupakan kebutuhan pokok konsumen dan penjualan produknya melonjak di masa pandemi ini,” ungkap Kanya. (Baca juga: Tentara Suriah Ditangkap karena Melamar Putri Presiden Assad)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan saham kemarin turun 0,8% ke level 4.879. Investor berpeluang mengakumulasi beli bertahap saham-saham yang likuiditasnya tinggi dan valuasinya relatif murah yang harganya berpotensi naik dalam jangka pendek di fase kenormalan baru ini.
Kanya menyarankan agar target imbal hasil tak meleset, strategi yang dia lakukan adalah melakukan aksi jual sahamnya dalam jangka pendek. Profit taking perlu dilakukan untuk menjaga-jaga risiko penurunan harga saham tatkala IHSG masih rawan terkoreksi. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
“Tatkala ada peluang profit, segera dieksekusi untuk memperoleh realized gain. Sisakan sebagian keuntungan menjual saham untuk mengoleksi saham-saham lainnya yang secara average melemah, namun masih aktif diperdagangkan,” ujar wanita yang pernah menjadi CEO IDX Channel ini.
Setelah profit taking, lanjut Kanya, dirinya akan menambah aset di pasar saham dengan membeli bertahap saham-saham yang masih prospektif. Sementara untuk memitigasi risiko dari kerugian, Kanya mencermati perkembangan ekonomi nasional dan global yang berdampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan bisnis emiten tersebut. (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)