Atasi Kelangkaan, Mendag Segera Bentuk Lembaga Penyangga Stok Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ancaman krisis pangan global yang kian nyata harus diantisipasi. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, pihaknya bersama jajaran terkait tengah menyiapkan lembaga penyangga stok pangan (buffer stock). Langkah ini ditempuh guna meminimalisasi kelangkaan dan mengendalikan harga komoditas pangan.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dua sampai lima tahun kemudian. Jangankan sejauh itu, tahun depan aja kita tidak tahu. Oleh sebab itu kita mesti menjaga stok pangan kita dengan baik," ujar Mendag Lutfi saat berdialog di Kanal Youtube Asumsi, dikutip Senin (13/6/2022).
Lebih lanjut dia menyontohkan, di Indonesia banyak industri pangan swasta. Namun, kata dia, pemerintah tidak bisa bergantungan dengan pihak swasta.
Sebab, jika kondisi global tengah mengguncang harga pangan, industri swasta riskan untuk mengurangi stok pangan.
Maka dari itu, industri rakyat yang dikelola pemerintah perlu di genjot untuk melakukan mitigasi pada kesempatan pertama.
Dengan begini, kata Lutfi, pemerintah bisa memastikan stok pangan dengan baik dan tidak terjadi kelangkaan pada saat panceklik.
"Saya mengambil satu contoh, kemarin di Nusa Tenggara Timur para petani panen jagung di mana jagung ini sangat penting karena ini salah satunya adalah untuk pakan daripada industri peternakan terutama pada ayam. Nah kemarin itu mereka panen tapi karena memang situasinya sedang tidak menentu sekarang jadi nggak laku," bebernya.
"Maka dari itu, saya wanti-wanti kepada seluruh kementerian dan lembaga bahwa permasalahan ini mesti dimitigasi secepatnya," sambungnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan jika hal ini tidak cepat diatasi, para petani akan merugi atau bahkan harga pangan di dalam negeri tambah melejit.
"Ketika mereka (petani) tidak laku lagi panen, mereka akan seperti swasta akan sangat takut mengalami kerugian dan kerugian itu akan menjadi tambah besar kalau sampai kita tidak bisa mengatasinya," paparnya.
Mendag menyampaikan, mitigasi ini menjadi perhatian penting. Sebab, jika pada masa pancelik nanti tidak ada pasokan jagung, pemerintah akan sibuk melakukan impor. Sementara harga di luar negeri juga tidak bisa diprediksi. "Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita bisa bentuk lembaga buffer stok," pungkasnya.
Lihat Juga: Gandeng Sejumlah Perusahaan, YMPK Ajak Program Cetak 1.000 Sarjana Pertanian dan Bangun Kemandirian Pangan
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dua sampai lima tahun kemudian. Jangankan sejauh itu, tahun depan aja kita tidak tahu. Oleh sebab itu kita mesti menjaga stok pangan kita dengan baik," ujar Mendag Lutfi saat berdialog di Kanal Youtube Asumsi, dikutip Senin (13/6/2022).
Lebih lanjut dia menyontohkan, di Indonesia banyak industri pangan swasta. Namun, kata dia, pemerintah tidak bisa bergantungan dengan pihak swasta.
Sebab, jika kondisi global tengah mengguncang harga pangan, industri swasta riskan untuk mengurangi stok pangan.
Maka dari itu, industri rakyat yang dikelola pemerintah perlu di genjot untuk melakukan mitigasi pada kesempatan pertama.
Dengan begini, kata Lutfi, pemerintah bisa memastikan stok pangan dengan baik dan tidak terjadi kelangkaan pada saat panceklik.
"Saya mengambil satu contoh, kemarin di Nusa Tenggara Timur para petani panen jagung di mana jagung ini sangat penting karena ini salah satunya adalah untuk pakan daripada industri peternakan terutama pada ayam. Nah kemarin itu mereka panen tapi karena memang situasinya sedang tidak menentu sekarang jadi nggak laku," bebernya.
"Maka dari itu, saya wanti-wanti kepada seluruh kementerian dan lembaga bahwa permasalahan ini mesti dimitigasi secepatnya," sambungnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan jika hal ini tidak cepat diatasi, para petani akan merugi atau bahkan harga pangan di dalam negeri tambah melejit.
"Ketika mereka (petani) tidak laku lagi panen, mereka akan seperti swasta akan sangat takut mengalami kerugian dan kerugian itu akan menjadi tambah besar kalau sampai kita tidak bisa mengatasinya," paparnya.
Mendag menyampaikan, mitigasi ini menjadi perhatian penting. Sebab, jika pada masa pancelik nanti tidak ada pasokan jagung, pemerintah akan sibuk melakukan impor. Sementara harga di luar negeri juga tidak bisa diprediksi. "Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita bisa bentuk lembaga buffer stok," pungkasnya.
Lihat Juga: Gandeng Sejumlah Perusahaan, YMPK Ajak Program Cetak 1.000 Sarjana Pertanian dan Bangun Kemandirian Pangan
(ind)