Kemenperin Dorong Sektor Manufaktur Wujudkan Industri Hijau

Sabtu, 18 Juni 2022 - 06:37 WIB
loading...
A A A
Herman mengatakan, sudah menjadi tugasnya nanti untuk menentukan apakah standar yang telah dijalankan di PT Tata Metal Lestari bisa diacukan sebagai Standar Industri Hijau Nasional Baja Lapis atau tidak. Untuk itu kedatangannya kali ini adalah untuk merumuskan Standar Industri Hijau yang bisa diterapkan secara nasional.

“Kalau sebuah industri kita nilai sudah memakai konsep industri hijau dan sangat efektif diterapkan untuk semuanya, maka sudah menjadi tugas saya untuk menerapkan kepada semuanya. Karena Standar Industri Hijau (SIH) suatu saat akan diwajibkan. Menjadi wajib karena dianggap menguntungkan buat industri dalam negeri itu sendiri,” terang Herman lagi.

Di kesempatan yang sama, Vice President PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group), Stephanus Koeswandi sangat mengapresiasi langkah pemerintah sebagai regulator yang menaruh perhatian khusus pada perancangan dan penegakan Standar Industri Hijau untuk produk BJLAS dan BJLS yang saat ini tengah digodok.

Ia mengatakan, saat ini produk BJLAS sudah banyak digunakan dengan berbagai peruntukkan, seperti atap dan baja ringan. Karena itu, sektor industri ini juga harus sudah mulai memperhatikan dampak lingkungan yang timbul dalam proses produksinya.

“Dari sisi bisnisnya, produk yang sudah menerapkan Standar Industri Hijau akan dapat meningkatkan daya saingnya. Dapat digunakan di proyek-proyek strategis nasional, untuk perumahan, bahkan pasar global. Dari sisi kelestarian lingkungannya, Standar Industri Hijau yang tengah digodok pemerintah ini juga sejalan dengan program menuju 2050 Zero Carbon Emissions. Untuk itu kami sangat mengapresiasi pemerintah sebagai regulator yang sudah selangkah lebih maju dalam hal ini,” katanya.

Stephanus menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan perusahaan yang ia pimpin untuk menyokong target 2050 Zero Carbon Emissions melalui penerapan industri hijau. Langkah mendasar yang pertama dilakukan adalah dengan merubah Key Performance Indicator (KPI) perusahaannya.

“Yang pertama kami, PT Tata Metal Lestari dan Tatalogam Group lakukan adalah merubah KPI-nya. Yang tadinya hanya berfokus kepada 1 yaitu profit, kini kita rubah menjadi 3P yaitu People, Profit, Planet. Ini artinya perusahaan tidak hanya fokus mengejar keuntungan semata, namun juga menekankan pentingnya tanggung jawab kami terhadap lingkungan sekitar termasuk orang-orang yang terlibat dalam bisnis kami, dan tentunya terhadap planet bumi yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita nantinya,” ucapnya.



Stephanus menambahkan, dari perubahan KPI itu kemudian mulailah dilaksanakan program kerja nyata. Contohnya mulai mengganti energi listrik yang tadinya menggunakan sumber daya konvensional, menjadi energi listrik tenaga surya. Untuk pabrik yang sudah ada, penggunaan listrik tenaga surya ini diakuinya sudah menggantikan listrik tenaga konvensional hingga 5-10 persen. Efisiensi ini pun terus ditingkatkan di pabrik baru mereka yang terletak di Sadang, Purwakarta.

“Untuk pabrik kami yang ada di Cikarang kami sudah bisa menggantikan 5-10 % dari penggunaan listrik konvensional. Dan saat ini kami sedang melakukan investasi baru di Sadang, Purwakarta dimana nantinya pabrik ini akan bisa membangkitkan 1 Mega Watt listrik dari total semua solar panel yang dibangun," terangnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1435 seconds (0.1#10.140)