Perlindungan Alam di Asia Tenggara Berpotensi Tumbuhkan Ekonomi

Kamis, 23 Juni 2022 - 17:27 WIB
loading...
Perlindungan Alam di...
Studi terbaru bahwa Asia Tenggara memiliki alam dan keanekaragaman hayati yang berpotensi menumbuhkan perekonomian hingga USD2,19 triliun. Foto/Dok
A A A
KUALA LUMPUR - Studi terbaru dari Academy of Sciences Malaysia yang dilakukan di seluruh wilayah ASEAN diketahui bahwa Asia Tenggara memiliki alam dan keanekaragaman hayati yang berpotensi menumbuhkan perekonomian hingga USD2,19 triliun. Bahkan, bisa lebih dari angka tersebut apabila negara-negara di kawasan Asia Tenggara memprioritaskan konservasi dan restorasi.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perlindungan alam di kawasan ini saling terkait, dan bahwa konservasi bisa menjadi dasar bagi aktivitas ekonomi di kawasan yang menghasilkan kekayaan, lapangan pekerjaan, serta keamanan pangan.



Studi itu bertajuk The Nexus of Biodiversity Conservation and Sustainable Socioeconomic Development in Southeast Asia. "Asia Tenggara memiliki penduduk yang terus bertambah, serta semakin menekan sumber daya alam yang melimpah di kawasan ini," ungkap Academy of Sciences Malaysia, Dr. Helen Nair dalam keterangan persnya, Kamis (23/6/2022).

"Laporan ini mengungkapkan bahwa kawasan ASEAN tidak mesti mengikuti jalur pembangunan yang membahayakan alam; alih-alih, kita dapat membuat perlindungan alam menjadi landasan bagi keberhasilan strategi ekonomi," jelasnya.

Menurut laporan itu, keanekaragaman hayati yang kaya dan luas di Asia Tenggara, bentangan alam yang utuh, termasuk hutan tropis, hutan bakau, serta ekosistem lainnya, dapat menempatkan kawasan ini menjadi sebuah contoh tentang bagaimana memperoleh dan mengambil nilai dari alam.

Studi ini juga menunjukkan studi kasus yang berhasil dilakukan di kawasan ASEAN yang mengungkapkan bagaimana perlindungan alam telah berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi kawasan ini serta memberi nilai tambah bagi masyarakat setempat.

Beberapa di antaranya, seperti Proyek Rimba Raya Biodiversity Reserve di Indonesia, rumah elang Filipina yang terancam punah di the Mt. Kitanglad Range Natural Park (MKRNP). Kemudian, taman laut di Tun Mustapha Park (TMP), Malaysia.

Ada juga proyek yang di Laos dan Vietnam yang berupaya melindungi 200.000 hektare hutan di sepanjang deretan pegunungan Annam dari aktivitas ilegal. Sedangkan Thailand, sukses memulihkan hutan bakau yang terdegradasi, sumber pangan penting, seperti madu dan kepiting.

"Laporan ini memberi kejelasan bahwa Asia Tenggara merupakan suatu harta karun yang kaya dengan keanekaragaman hayati yang tidak ada bandingannya di atas bumi ini," ujar Mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, Komite Pengarah Global, Campaign for Nature, Dr. Emil Salim.

"Jelas bahwa para pemimpin di kawasan ini dapat menggunakan keanekaragaman hayati ini sebagai keunggulan ekonominya. Kawasan ASEAN dapat dan harus menjadi contoh bagi negara-negara lainnya di dunia dalam hal menumbuhkan ekonomi secara berkelanjutan," jelasnya.



Sementara itu, penerbitan makalah ini dilakukan bersamaan dengan berbagai negara di seluruh dunia, termasuk semua negara anggota ASEAN, menegosiasikan strategi global untuk melestarikan alam melalui Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati atau United Nations Convention on Biological Diversity (CBD).

Unsur inti dari strategi global yang berkembang adalah usulan berbasis sains untuk melindungi atau melestarikan sekurangnya 30% dari tanah dan samudera planet ini di tahun 2030, yang dikenal sebagai 30x30.

"Hampir 100 negara di dunia sudah bergabung dalam suatu koalisi negara yang mengkampanyekan target global untuk melindungi 30% lahan dan samudra dunia planet bumi di tahun 2030," tutur Komite Pengarah Global, Campaign for Nature, Dr. Zakri Hamid.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1441 seconds (0.1#10.140)