Rendah Emisi Karbon, Pemanfaatan Kayu Jadi Solusi Masalah Perubahan Iklim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tingkat ramah lingkungan bangunan dapat dinilai dari desain, materi, energi yang digunakan dalam bangunan, proses pembangunan, hingga asal sumber materi bahan bangunan tersebut. Kayu merupakan salah satu materi bahan bangunan yang paling ramah lingkungan. Selain memiliki emisi karbon yang rendah, pengolahannya hemat energi. Kayu pun dapat menyimpan karbon dalam waktu yang lama.
FSC Indonesia yang ikut serta dalam Expo ARCH:ID 2024 memanfaatkan momentum itu untuk mengadakan seminar arsitektur. Acara mengundang para arsitek dan stakeholder dengan tema Kayu Ramah Lingkungan Dalam Bangunan Residensial di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan.
"FSC Indonesia melihat selama ini bangunan residensial di Indonesia masih banyak yang menggunakan material selain kayu. Kayu digunakan hanya sebatas untuk desain interior dan facade, sedangkan untuk desain bangunan secara keseluruhan masih menggunakan berupa material beton dan baja ringan," ujar Technical Director FSC Indonesia Hartono Prabowo.
Menurut dia, tantangan bagi arsitek adalah mendapatkan informasi dan sumber bahan baku yang sesuai untuk membangun bangunan dari kayu yang estetik, tahan lama, dan berkelanjutan dari sisi kelestarian hutan.
”Kami mengadakan acara ini untuk memberikan informasi terkait standar sertifikasi FSC yang dikembangkan Forest Stewardship Council menjamin material kayu yang sudah bersertifikasi FSC berasal dari sumber yang berkelanjutan. Sehingga, penggunaan kayu untuk bahan bangunan berkontribusi pada keberlanjutan hutan di dunia,” terang Hartono Prabowo.
Salah satu contoh bangunan residensial dari kayu lanjut dia, Microlibrary di Semarang bernama Warak Kayu. Seluruhnya menggunakan kayu yang bersertifikasi FSC. Sehingga, selain proses pembuatannya ramah lingkungan, kayu juga berasal dari pengelolaan hutan yang berkelanjutan berstandar FSC.
"Kami berharap seminar ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan pemahaman komunitas arsitek, produsen kayu dan stakeholder terkait teknologi dan material kayu untuk bangunan residensial yang selain estetik, kuat, tahan lama, namun tetap menjaga kelestarian hutan dunia," ujar Hartono Prabowo.
Menurut dia, hal itu sejalan dengan tema Expo ARCH:ID 2024 yaitu Placemaking: Tolerance. FSC ikut ambil bagian mempromosikan kayu bersertifikasi di ARCH:ID 2024 bersama dengan beberapa mitra FSC certificate holders.
Kepala Sub Direktorat Perencanaan Teknis Direktorat Rumah Susun Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Yuri Hermawan Prasetyo menjelaskan, pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 31,98 persen dengan usaha sendiri dan 43,2 persen dengan bantuan internasional pada 2030. Komitmen tersebut telah diratifikasi menjadi kebijakan nasional melalui undang-undang.
FSC Indonesia yang ikut serta dalam Expo ARCH:ID 2024 memanfaatkan momentum itu untuk mengadakan seminar arsitektur. Acara mengundang para arsitek dan stakeholder dengan tema Kayu Ramah Lingkungan Dalam Bangunan Residensial di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan.
"FSC Indonesia melihat selama ini bangunan residensial di Indonesia masih banyak yang menggunakan material selain kayu. Kayu digunakan hanya sebatas untuk desain interior dan facade, sedangkan untuk desain bangunan secara keseluruhan masih menggunakan berupa material beton dan baja ringan," ujar Technical Director FSC Indonesia Hartono Prabowo.
Menurut dia, tantangan bagi arsitek adalah mendapatkan informasi dan sumber bahan baku yang sesuai untuk membangun bangunan dari kayu yang estetik, tahan lama, dan berkelanjutan dari sisi kelestarian hutan.
”Kami mengadakan acara ini untuk memberikan informasi terkait standar sertifikasi FSC yang dikembangkan Forest Stewardship Council menjamin material kayu yang sudah bersertifikasi FSC berasal dari sumber yang berkelanjutan. Sehingga, penggunaan kayu untuk bahan bangunan berkontribusi pada keberlanjutan hutan di dunia,” terang Hartono Prabowo.
Salah satu contoh bangunan residensial dari kayu lanjut dia, Microlibrary di Semarang bernama Warak Kayu. Seluruhnya menggunakan kayu yang bersertifikasi FSC. Sehingga, selain proses pembuatannya ramah lingkungan, kayu juga berasal dari pengelolaan hutan yang berkelanjutan berstandar FSC.
"Kami berharap seminar ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan pemahaman komunitas arsitek, produsen kayu dan stakeholder terkait teknologi dan material kayu untuk bangunan residensial yang selain estetik, kuat, tahan lama, namun tetap menjaga kelestarian hutan dunia," ujar Hartono Prabowo.
Menurut dia, hal itu sejalan dengan tema Expo ARCH:ID 2024 yaitu Placemaking: Tolerance. FSC ikut ambil bagian mempromosikan kayu bersertifikasi di ARCH:ID 2024 bersama dengan beberapa mitra FSC certificate holders.
Kepala Sub Direktorat Perencanaan Teknis Direktorat Rumah Susun Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Yuri Hermawan Prasetyo menjelaskan, pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 31,98 persen dengan usaha sendiri dan 43,2 persen dengan bantuan internasional pada 2030. Komitmen tersebut telah diratifikasi menjadi kebijakan nasional melalui undang-undang.