Rusia Resmi Gagal Bayar Utang, Apa Dampaknya untuk Indonesia?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rusia mengalami gagal bayar (default) atas utang luar negeri setelah melewati masa tenggang yakni 1 bulan setelah jatuh tempo pada 27 Mei 2022. Hal itu menunjukkan bahwa Rusia mungkin memasuki default utang luar negeri pertama sejak 1918.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal menyampaikan, bahwa gagal bayar Rusia tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia . Karena dari sisi hubungan perdagangan, maupun dari sisi pasar uang atau pasar modal jumlahnya kecil.
"Kalau perdagangan kita terbesar China kemudian Amerika dan beberapa negara tradisional market yang lain, Rusia tidak masuk yang dalam top 13," ungkapnya kepada MPI, Selasa (28/6/2022).
Ia menambahkan, dari sisi pasar modal atau pengaruh dari sisi sektor keuangan Indonesia terpengaruh sekali dengan kebijakan Amerika, tapi dengan Rusia sangat kecil.
"Jadi kalau Rusia gagal bayar untuk pinjaman luar negeri saya rasa tidak signifikan, hanya saja mungkin dari sisi bahwa kalau mereka gagal bayar berarti kan dari sisi demand global turun karena Rusia sebagai salah satu negara G20. Jadi artinya posisi perekonomiannya sebetulnya cukup signifikan terhadap global, jadi menurunkan demand global," jelasnya.
Ia menyampaikan, Rusia jadi salah satu penyumbang perlambatan ekonomi pada tahun ini dan juga kemungkinan besar tahun depan. Karena yang dikhawatirkan sekarang adalah terjadinya resesi yang terutama dipicu inflasi yang parah di Amerika.
Kemudian juga di Eropa, yang mana itu dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi yang kontraksi atau paling tidak sangat lamban dan inflasi yang sangat tinggi.
"Nah kalau Rusia gagal bayar berarti kan pertumbuhan ekonominya akan turun drastis, sebagai akibat dari konflik juga sebetulnya. Jadi kontraksinya akan tinggi, pertumbuhan ekonominya akan terkontraksi dan ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang artinya juga akan menurunkan permintaan dari Rusia untuk barang-barang ekspor Indonesia," paparnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal menyampaikan, bahwa gagal bayar Rusia tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia . Karena dari sisi hubungan perdagangan, maupun dari sisi pasar uang atau pasar modal jumlahnya kecil.
"Kalau perdagangan kita terbesar China kemudian Amerika dan beberapa negara tradisional market yang lain, Rusia tidak masuk yang dalam top 13," ungkapnya kepada MPI, Selasa (28/6/2022).
Ia menambahkan, dari sisi pasar modal atau pengaruh dari sisi sektor keuangan Indonesia terpengaruh sekali dengan kebijakan Amerika, tapi dengan Rusia sangat kecil.
"Jadi kalau Rusia gagal bayar untuk pinjaman luar negeri saya rasa tidak signifikan, hanya saja mungkin dari sisi bahwa kalau mereka gagal bayar berarti kan dari sisi demand global turun karena Rusia sebagai salah satu negara G20. Jadi artinya posisi perekonomiannya sebetulnya cukup signifikan terhadap global, jadi menurunkan demand global," jelasnya.
Ia menyampaikan, Rusia jadi salah satu penyumbang perlambatan ekonomi pada tahun ini dan juga kemungkinan besar tahun depan. Karena yang dikhawatirkan sekarang adalah terjadinya resesi yang terutama dipicu inflasi yang parah di Amerika.
Kemudian juga di Eropa, yang mana itu dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi yang kontraksi atau paling tidak sangat lamban dan inflasi yang sangat tinggi.
"Nah kalau Rusia gagal bayar berarti kan pertumbuhan ekonominya akan turun drastis, sebagai akibat dari konflik juga sebetulnya. Jadi kontraksinya akan tinggi, pertumbuhan ekonominya akan terkontraksi dan ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang artinya juga akan menurunkan permintaan dari Rusia untuk barang-barang ekspor Indonesia," paparnya.
(akr)