Penelitian: Ekosistem Grab Ciptakan Ekonomi Baru di Dalam dan Luar Platform

Kamis, 25 Juni 2020 - 14:41 WIB
loading...
Penelitian: Ekosistem Grab Ciptakan Ekonomi Baru di Dalam dan Luar Platform
Penelitian CSIS dan Tenggara Strategics menunjukkan bahwa perekonomian pekerja lepas dengan dukungan teknologi Grab mampu memperkuat daya tahan dan daya lenting ekonomi Indonesia. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Penelitian terbaru oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics menemukan bahwa perekonomian pekerja lepas (gig worker) dengan dukungan teknologi Grab mampu memperkuat daya tahan dan daya lenting ekonomi Indonesia.

Mitra GrabBike, GrabCar, GrabFood, dan agen GrabKios yang disurvei di 12 kota melaporkan bahwa Grab tidak hanya menyediakan kesempatan kerja yang lebih baik bagi pekerja informal, yang berjumlah 56,5% dari angkatan kerja, tapi juga mendorong pertumbuhan UMKM serta menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, bahkan di luar platform Grab.

Gig worker di empat layanan yakni GrabBike, GrabCar, GrabFood, dan GrabKios secara keseluruhan berkontribusi sebesar Rp77,4 triliun pada perekonomian Indonesia di tahun 2019, atau meningkat 58,3% dari Rp48,9 triliun di 2018. Mitra Grab yang disurvei juga melaporkan adanya peningkatan signifikan pada kualitas hidup mereka setelah bergabung dengan Grab.

Studi ini mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif melalui survei secara langsung (face-to-face) dengan 5.008 mitra GrabBike, GrabCar, GrabFood, dan GrabKios di 12 kota: Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Bandar Lampung, Balikpapan, dan Manado.

"Sektor gig economy melalui platform digital seperti Grab memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi negara secara lebih luas. Studi kami juga menunjukkan bahwa selain memberikan pekerja informal kesempatan pendapatan yang lebih baik, pertumbuhan pada platform Grab juga menciptakan lebih banyak kesempatan ekonomi dalam ekosistem Grab dan juga dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan di luar ekosistem," ungkap Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri, dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (25/6/2020).

Sebagai contoh, dia melanjutkan, CSIS menemukan bahwa GrabFood telah membantu merchant dalam mendirikan bisnis baru dan mempekerjakan lebih banyak karyawan saat bisnis mereka bertumbuh. Gig work melalui platform Grab juga telah meningkatkan kualitas hidup pekerja sektor informal dan meningkatkan inklusi keuangan mereka. Ini adalah faktor penting yang akan berkontribusi pada kemajuan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

(Baca Juga: Kabar Baik Buat UMKM, Sekarang Ada Grab Merchant Untuk Bantu Penjualan)

Grab Indonesia pada awalnya hadir dengan layanan ride hailing seperti GrabBike dan GrabCar, lalu berkembang secara eksponensial dengan kehadiran layanan pengiriman kuliner GrabFood, serta layanan offline-to-online (O2O) melalui GrabKios (sebelumnya dikenal sebagai Kudo).

Seluruh layanan ini membangun ekosistem yang saling menguatkan di mana pertumbuhan dalam satu vertikal bisnis juga mendorong pertumbuhan di bisnis lainnya. Hasilnya, kontribusi pada perekonomian Indonesia dapat tumbuh secara signifikan di tahun 2019, dibandingkan tahun sebelumnya.

Studi ini mengungkapkan bahwa kontribusi mitra merchant GrabFood terhadap perekonomian Indonesia melonjak sebesar 79% ke Rp37,3 triliun di 2019 dari Rp20,8 triliun di 2018 yang membuatnya sebagai kontributor ekonomi terbesar sejak tahun lalu.
Seiring itu, kontribusi mitra pengemudi GrabBike tumbuh 67% ke Rp26,2 triliun dari Rp15,6 triliun; kontribusi mitra GrabCar tumbuh 11% ke Rp10,8 triliun dari Rp9,7 triliun; dan kontribusi mitra GrabKios meningkat sebesar 17% ke Rp3,1 triliun dari Rp2,7 triliun.

Penelitian ini menemukan bahwa mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios melihat adanya peningkatan penjualan masing-masing sebesar 35% dan 17% setelah bergabung dengan Grab. Platform GrabFood yang memiliki basis armada pengantaran dan pelanggan yang luas telah mendorong banyak pengusaha baru untuk memulai bisnis kuliner. Sebanyak 12% dari mitra merchant GrabFood mengatakan mereka menjadikan GrabFood sebagai alasan utama memulai bisnis kuliner mereka, sedangkan 16% mengatakan mereka bergabung dengan platform GrabFood sejak hari pertama mereka memulai bisnisnya.

Seiring dengan pertumbuhan bisnis mitra merchant GrabFood, mitra pengemudi GrabBike melihat adanya kesempatan pendapatan yang lebih tinggi dari besarnya permintaan layanan pengantaran makanan. Rata-rata 37% perjalanan (trip) mitra pengemudi GrabBike merupakan layanan pengantaran GrabFood.

Survei ini menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan pendapatan bulanan mitra pengemudi GrabBike tumbuh sebesar 124% dari Rp2,1 juta ke Rp4,6 juta setelah bergabung dengan Grab. Sebagai perbandingan, rata-rata upah minimum secara nasional di tahun 2019 berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja adalah Rp2,5 juta per bulan.

Studi ini lebih lanjut menemukan bahwa pertumbuhan bisnis yang dirasakan merchant pada ekosistem Grab, juga memampukan mereka menciptakan lapangan pekerjaan di luar platform. Seiring dengan tumbuhnya bisnis mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios, mereka dapat merekrut lebih banyak pekerja dari lingkungan sekitarnya. Sebanyak 27% mitra merchant GrabFood
menambah pegawai baru sejak bergabung dengan Grab.

Mitra merchant GrabFood rata-rata menambah dua tambahan pegawai pada tahun 2019 saja. Sedangkan, 6% dari agen GrabKios merekrut pegawai baru sejak bergabung dengan Grab dan secara rata-rata menambah dua tambahan pegawai untuk dapat melayani permintaan konsumen yang meningkat.

Fleksibilitas bagi gig worker juga berarti bahwa Grab dapat menyediakan kesempatan pendapatan bagi mereka yang membutuhkan, misalnya seperti yang baru saja kehilangan pekerjaan di masa sulit. Studi ini menemukan bahwa di tahun 2019, 31% dari mitra pengemudi GrabBike dan 26% dari mitra pengemudi GrabCar tidak memiliki pendapatan sebelum bergabung dengan Grab. Agen Grabkios yang sebelumnya menganggur, kini bahkan dapat menghasilkan Rp10,4 juta dari penjualan per bulan setelah bergabung dengan Grab.

(Baca Juga: Pekerja Informal Terancam Dampak Corona, Penyaluran BLT Harus Segera)

Pada saat bersamaan, platform Grab mampu memberikan kestabilan pendapatan bagi gig worker yang menjadikan Grab sebagai pekerjaan utamanya. Studi ini mengungkapkan bahwa 65% dari mitra pengemudi GrabBike dan 73% dari mitra
pengemudi GrabCar menjadikan Grab sebagai profesi utamanya.

Berdasarkan pengukuran dari skala 10 poin untuk enam dimensi kesejahteraan, yakni sosial, psikologis, ekonomi, lingkungan, spiritual, dan fisik, mitra Grab di seluruh layanan secara umum menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup sebesar 13% setelah bergabung dengan Grab. Lebih spesifik, mitra pengemudi GrabBike melaporkan peningkatan paling tinggi pada kualitas hidupnya sebesar 21%, dari skala 6,3 ke 7,6. Sedangkan mitra merchant GrabFood melaporkan nilai kualitas hidup paling tinggi setelah bergabung dengan Grab yakni 8,0.

Mitra Grab melaporkan perbaikan kualitas hidup pada keenam dimensi yang diukur. Kesejahteraan sosial menjadi dimensi yang meningkat paling signifikan, berbanding terbalik dengan persepsi umum bahwa gig worker merupakan pekerja yang tidak sejahtera. Mitra Grab yang disurvei mengatakan bahwa mereka menghargai dan merasa senang dengan adanya komunitas antar mitra Grab yang saling mendukung satu sama lain di saat membutuhkan.

Survei ini juga menunjukkan bahwa dengan menjadi bagian dari ekosistem Grab juga meningkatkan akses mitra kepada layanan jasa keuangan. Sebesar 18% dari mitra pengemudi GrabBike dan 12% dari mitra pengemudi GrabCar membuka rekening tabungan pertama mereka ketika bergabung dengan Grab.

Lebih penting lagi, kesempatan pemasukan yang ditawarkan Grab telah memungkinkan lebih banyak mitra untuk menabung secara rutin. Sebanyak 75% mitra pengemudi GrabBike dan 69% mitra pengemudi GrabCar sekarang rutin menabung di bank dengan rata-rata tabungan masing-masing Rp890.000 hingga Rp1,4 juta.

Sebagai tambahan, 46% dari mitra pengemudi GrabBike, 34% mitra pengemudi GrabCar, dan 50% mitra merchant GrabFood mengatakan bahwa mereka dapat meminjam uang dengan lebih mudah setelah bergabung dengan Grab, karena penyedia jasa keuangan lebih memercayai mereka. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk mengajukan pinjaman agar dapat mengembangkan bisnisnya atau berinvestasi pada motor atau mobil baru.

Sebagai catatan, studi ini dilakukan di Januari 2020, sebelum pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia. Pandemi ini tentunya berdampak bagi banyak pekerja dan perekonomian secara makro, dan CSIS-Tenggara Strategics percaya bahwa temuan dari laporan ini menjelaskan bahwa gig economy yang didukung platform digital seperti Grab akan memiliki peranan penting dalam menopang pemulihan ekonomi di Indonesia pasca Covid-19.

"Saat Indonesia mulai beradaptasi untuk menyambut era pasca COVID-19, kami percaya bahwa platform seperti Grab dan sektor gig economy dapat mendukung Indonesia dalam perjalanannya menuju pemulihan ekonomi," jelas Direktur Eksekutif Tenggara Strategics Riyadi Suparno.

Dia menambahkan, kesiapan secara digital akan menjadi lebih penting dalam era new normal. Grab dapat membantu bisnis beradaptasi dengan beralih secara online menuju layanan seperti GrabFood dan GrabKios. Pihaknya juga melihat Grab merespons peningkatan permintaan pengiriman untuk meluncurkan layanan baru seperti GrabMart dan GrabAssistant, yang dapat membantu menciptakan lebih banyak peluang penghasilan bagi mitra pengemudi.

"Pada akhirnya, meskipun masih ada banyak ketidakpastian ekonomi di waktu yang akan datang, kami percaya gig economy akan memainkan peran penting dalam membantu mempertahankan mata pencaharian," tutupnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0918 seconds (0.1#10.140)