Siasat Penjual Online Menghadapi Efek Sosial Media
loading...
A
A
A
TUBAN - Pengguna internet di Indonesia terus meningkat yang tercatat jumlahnya mencapai 73,7% dari total penduduk. Mayoritas memanfaatkan internet untuk aktif di media sosial .
Media sosial menjadi teknologi interaktif yang memungkinkan penciptaan, berbagi/pertukaran informasi, ide, minat, karier, dan bentuk ekspresi lainnya melalui komunitas dan jaringan virtual. Pada perkembangannya, masyarakat sekarang ini kerap menggunakan media sosial untuk meraih cuan atau keuntungan.
Setiap kesuksesan yang diraih tentu tidak hanyak mendapat apresiasi, tapi juga ada komentar negatif pada akun media sosial penjual . CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick punya dua cara mengatasi situasi ini.
Menurut Theo, ada dua situasi yang dihadapi penjual. “Pertama orang yang nyinyir, tapi tidak sampai menggiring opini dan orang yang memang nyinyir sehingga menggiring opini,” ujarnya saat Webinar Makin Cakap Digital 2022.
Penanganan kedua situasi ini berbeda. Theo menjelaskan, penjual bisa membalasnya dengan respons positif dan apresiasi kepada orang yang nyinyir tanpa menggiring opini. Langkah ini juga dilakukannya ketika mengembangkan Coffee Meets Stocks.
“Orang lain bisa lihat dan membedakan mana yang negatif dan positif. Feedback kita nantinya justru menjadi penilaian lebih. Cara ini sudah saya terapkan, ternyata follower saya banyak yang memperhatikannya,” kata Theo.
Sebaliknya, penjual tidak perlu ragu bersikap tegas menghadapi komentar negatif dan provokatif dari orang yang nyinyir atas keberhasilannya. Penjual bisa langsung menghapus atau bahkan melakukan blok kepada akun tersebut.
“Efek sosial media itu snowball banget. Kalau memang provokatif, mending langsung dieliminasi sejak awal,” ujarnya.
Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan SiberKreasi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya. Paparan CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick menjadi pembuka webinar, dilanjutkan penyampaian materi oleh Wakil Ketua RTIK Kabupeten Blitar, Subana. Diskusi ditutup Ketua Relawan TIK Surabaya Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom.
Dalam pemaparannya, Wakil Ketua RTIK Kabupeten Blitar Subana mengingatkan pentingnya rekam jejak di dunia digital. Dia juga mendorong orangtua berperan aktif mengedukasi anak-anaknya mengenai etika di dunia digital.
“Umumnya, teman-teman yang tanda kutip tidak memiliki etika dan moral, ketika kita tangani, permasalahan mereka adalah kurangnya komunikasi dengan orangtua. Mereka tidak ada saluran atau teman ngobrol,” kata Subana.
Media sosial menjadi teknologi interaktif yang memungkinkan penciptaan, berbagi/pertukaran informasi, ide, minat, karier, dan bentuk ekspresi lainnya melalui komunitas dan jaringan virtual. Pada perkembangannya, masyarakat sekarang ini kerap menggunakan media sosial untuk meraih cuan atau keuntungan.
Baca Juga
Setiap kesuksesan yang diraih tentu tidak hanyak mendapat apresiasi, tapi juga ada komentar negatif pada akun media sosial penjual . CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick punya dua cara mengatasi situasi ini.
Menurut Theo, ada dua situasi yang dihadapi penjual. “Pertama orang yang nyinyir, tapi tidak sampai menggiring opini dan orang yang memang nyinyir sehingga menggiring opini,” ujarnya saat Webinar Makin Cakap Digital 2022.
Penanganan kedua situasi ini berbeda. Theo menjelaskan, penjual bisa membalasnya dengan respons positif dan apresiasi kepada orang yang nyinyir tanpa menggiring opini. Langkah ini juga dilakukannya ketika mengembangkan Coffee Meets Stocks.
“Orang lain bisa lihat dan membedakan mana yang negatif dan positif. Feedback kita nantinya justru menjadi penilaian lebih. Cara ini sudah saya terapkan, ternyata follower saya banyak yang memperhatikannya,” kata Theo.
Sebaliknya, penjual tidak perlu ragu bersikap tegas menghadapi komentar negatif dan provokatif dari orang yang nyinyir atas keberhasilannya. Penjual bisa langsung menghapus atau bahkan melakukan blok kepada akun tersebut.
“Efek sosial media itu snowball banget. Kalau memang provokatif, mending langsung dieliminasi sejak awal,” ujarnya.
Webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk Kelompok Masyarakat Wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan SiberKreasi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya. Paparan CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick menjadi pembuka webinar, dilanjutkan penyampaian materi oleh Wakil Ketua RTIK Kabupeten Blitar, Subana. Diskusi ditutup Ketua Relawan TIK Surabaya Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom.
Dalam pemaparannya, Wakil Ketua RTIK Kabupeten Blitar Subana mengingatkan pentingnya rekam jejak di dunia digital. Dia juga mendorong orangtua berperan aktif mengedukasi anak-anaknya mengenai etika di dunia digital.
“Umumnya, teman-teman yang tanda kutip tidak memiliki etika dan moral, ketika kita tangani, permasalahan mereka adalah kurangnya komunikasi dengan orangtua. Mereka tidak ada saluran atau teman ngobrol,” kata Subana.
(akr)