Hadapi New Normal, Dunia Usaha Harus Lakukan Strategi 'Tiga R'
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kalangan dunia usaha harus bertindak cepat mengubah strategi bisnis dalam menghadapi dampak Covid-19. Mereka dituntut mengkaji lagi relevansi bisnis, termasuk model bisnis dan strategi bisnisnya.
Pengamat pemasaran dari Inventure, Yuswohadi, mengatakan pandemi Covid-19 telah mengubah wajah dunia, menghasilkan perubahan terbesar dalam sejarah umat manusia modern.
Ekonomi dunia di ambang resesi, de-globalisasi membalik arah perdagangan global, serta banyak industri yang tumbang berguguran. Namun di sisi lain, ada pula industri yang justru menggeliat memanfaatkan momentum saat ini.
"Kita akan berada di New Normal dengan lanskap bisnis yang sama sekali berbeda dari sebelum pandemi. Salah satunya karena perilaku konsumen berubah ekstrim serta tuntutan protokol kesehatan yang ketat," ujarnya pada konferensi pers virtual Indonesia Brand Forum (IBF) 2020, di Jakarta, Kamis (25/6/2020).
Menurut dia, di tengah situasi seperti ini, perusahaan harus bertindak strategis mengkaji ke dalam internal bisnisnya. Sementara dari sisi eksternal, mereka perlu mengkaji kembali ekosistem, perubahan consumer behaviour, rantai pasok, dan kepentingan stakeholders lainnya.
"Intinya, mereka dipaksa untuk survival, taktis melakukan recovery, dan akhirnya menciptakan growth momentum kembali. Salah satu yang dikaji adalah melihat kembali satu kekuatan asetnya, yaitu brand," jelasnya.
Yuswohadi melanjutkan, dalam kondisi VUCA semacam ini, brand menjadi harta karun paling berharga yang bisa menyelamatkan dan membangun kembali brand di kenormalan baru. ( Baca:Hadapi New Normal, Perubahan Model Usaha Jadi Jurus Saat Pandemi )
"Untuk sukses mengarungi New Normal, ada tiga langkah strategis yang harus dilakukan perusahaan, bangkit (REBOUND), merombak total DNA dan model bisnis (REBOOT), dan kemudian terlahir kembali (REBORN) menjadi brand baru yang fresh dan relevan dengan situasi baru," ungkapnya.
Guna membedah lebih lengkap tiga langkah strategi di atas, digelarlah Indonesia Brand Forum (IBF) 2020. Ini adalah ajang bertemunya para pemilik brand untuk saling berbagi best practices di industrinya masing-masing. Sekaligus juga mendengarkan paparan para ahli serta pengamat dunia pemasaran mengenai tren-tren bisnis dan pemasaran yang wajib dicermati.
Digelar pada 30 Juni sd 2 Juli 2020, IBF 2020 adalah pelaksanaan IBF yang keempat. Berbeda dengan acara sebelumnya, IBF kali ini digelar secara webinar.
Dibuka oleh Arief Yahya, mantan Menteri Pariwisata sebagai keynote speaker, acara ini menghadirkan 36 pembicara yang datang dari beragam industri, mayoritas adalah pemimpin perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, ajang ini sangat penting dan sayang buat dilewatkan.
"IBF 2020 akan menjadi panduan bagi brand dalam melakukan REBOUND-REBOOT-REBORN untuk sukses di kenormalan baru. Ini merupakan branding conference paling komprehensif di masa pandemi yang membahas 40+ branding topics dan industry comeback di era New Normal ," tutur Yuswohady sekaligus Chairman IBF 2020.
Pengamat pemasaran dari Inventure, Yuswohadi, mengatakan pandemi Covid-19 telah mengubah wajah dunia, menghasilkan perubahan terbesar dalam sejarah umat manusia modern.
Ekonomi dunia di ambang resesi, de-globalisasi membalik arah perdagangan global, serta banyak industri yang tumbang berguguran. Namun di sisi lain, ada pula industri yang justru menggeliat memanfaatkan momentum saat ini.
"Kita akan berada di New Normal dengan lanskap bisnis yang sama sekali berbeda dari sebelum pandemi. Salah satunya karena perilaku konsumen berubah ekstrim serta tuntutan protokol kesehatan yang ketat," ujarnya pada konferensi pers virtual Indonesia Brand Forum (IBF) 2020, di Jakarta, Kamis (25/6/2020).
Menurut dia, di tengah situasi seperti ini, perusahaan harus bertindak strategis mengkaji ke dalam internal bisnisnya. Sementara dari sisi eksternal, mereka perlu mengkaji kembali ekosistem, perubahan consumer behaviour, rantai pasok, dan kepentingan stakeholders lainnya.
"Intinya, mereka dipaksa untuk survival, taktis melakukan recovery, dan akhirnya menciptakan growth momentum kembali. Salah satu yang dikaji adalah melihat kembali satu kekuatan asetnya, yaitu brand," jelasnya.
Yuswohadi melanjutkan, dalam kondisi VUCA semacam ini, brand menjadi harta karun paling berharga yang bisa menyelamatkan dan membangun kembali brand di kenormalan baru. ( Baca:Hadapi New Normal, Perubahan Model Usaha Jadi Jurus Saat Pandemi )
"Untuk sukses mengarungi New Normal, ada tiga langkah strategis yang harus dilakukan perusahaan, bangkit (REBOUND), merombak total DNA dan model bisnis (REBOOT), dan kemudian terlahir kembali (REBORN) menjadi brand baru yang fresh dan relevan dengan situasi baru," ungkapnya.
Guna membedah lebih lengkap tiga langkah strategi di atas, digelarlah Indonesia Brand Forum (IBF) 2020. Ini adalah ajang bertemunya para pemilik brand untuk saling berbagi best practices di industrinya masing-masing. Sekaligus juga mendengarkan paparan para ahli serta pengamat dunia pemasaran mengenai tren-tren bisnis dan pemasaran yang wajib dicermati.
Digelar pada 30 Juni sd 2 Juli 2020, IBF 2020 adalah pelaksanaan IBF yang keempat. Berbeda dengan acara sebelumnya, IBF kali ini digelar secara webinar.
Dibuka oleh Arief Yahya, mantan Menteri Pariwisata sebagai keynote speaker, acara ini menghadirkan 36 pembicara yang datang dari beragam industri, mayoritas adalah pemimpin perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, ajang ini sangat penting dan sayang buat dilewatkan.
"IBF 2020 akan menjadi panduan bagi brand dalam melakukan REBOUND-REBOOT-REBORN untuk sukses di kenormalan baru. Ini merupakan branding conference paling komprehensif di masa pandemi yang membahas 40+ branding topics dan industry comeback di era New Normal ," tutur Yuswohady sekaligus Chairman IBF 2020.
(uka)