Harga CPO Merosot 11,70 Persen Pekan Lalu, Bagaimana Nasib Minggu Ini?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah / crude palm oil (CPO) tercatat mengalami penurunan 11,70% sepanjang pekan lalu. Bursa berjangka Malaysia sedang tutup pada awal pekan ini, dan akan dibuka kembali pada esok hari, Selasa 12 Juli 2022.
Data Investing Jumat (8/7), menunjukkan kontrak CPO c3 Malaysia ditutup naik 0,41% di MYR4.157 per ton. Jika dihitung sejak level tertingginya pada 9 Maret 2022 di MYR7.268 per ton, maka harganya telah anjlok 42,8%.
Penurunan harga komoditas andalan Indonesia itu terjadi seiring dengan melimpahnya produksi dan persediaan. Pemerintah RI terus menggenjot perusahaan untuk memaksimalkan ekspor dengan harapan tangki-tangki minyak dapat tersalurkan.
Pada awal Juli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, bahwa perusahaan yang telah memenuhi penjualan dalam negeri dapat mengekspor 7 kali lipat jumlah penjualan domestik yang mulai berlaku pada 1 Juli.
Dikutip dari Reuters, Senin (11/7/2022), tingginya persediaan telah membebani harga tandan buah segar (TBS), yang menuai kritik dari petani di tengah puncak musim panen.
Meskipun sedang aktif mendorong ekspor, Indonesia bakal meningkatkan konsumsi dalam negeri dengan meningkatkan kandungan bahan bakar berbasis minyak sawit ke dalam biodiesel menjadi 35% dari yang semula 30%, atau yang dikenal sebagai B35.
Pejabat senior Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menuturkan, kebijakan itu akan diberlakukan mulai 20 Juli 2022, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dari sisi permintaan, India, sebagai salah satu konsumen CPO terbesar dunia menyatakan, tetap membutuhkan pasokan dari Indonesia di tengah persaingan minyak nabati sejenis.
“Kapal tanker minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia membutuhkan waktu 8-10 hari untuk tiba di India. Demikian pula minyak kedelai dari Argentina dan Brazil adalah 40-45 hari. Mengingat penurunan harga minyak sawit internasional, dan lebih sedikit waktu untuk membawa kargo, wajar jika harga minyak sawit menjadi lebih murah terlebih dahulu sebelum minyak lainnya,” kata BV Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors' Association of India (SEA).
Data Investing Jumat (8/7), menunjukkan kontrak CPO c3 Malaysia ditutup naik 0,41% di MYR4.157 per ton. Jika dihitung sejak level tertingginya pada 9 Maret 2022 di MYR7.268 per ton, maka harganya telah anjlok 42,8%.
Penurunan harga komoditas andalan Indonesia itu terjadi seiring dengan melimpahnya produksi dan persediaan. Pemerintah RI terus menggenjot perusahaan untuk memaksimalkan ekspor dengan harapan tangki-tangki minyak dapat tersalurkan.
Pada awal Juli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, bahwa perusahaan yang telah memenuhi penjualan dalam negeri dapat mengekspor 7 kali lipat jumlah penjualan domestik yang mulai berlaku pada 1 Juli.
Dikutip dari Reuters, Senin (11/7/2022), tingginya persediaan telah membebani harga tandan buah segar (TBS), yang menuai kritik dari petani di tengah puncak musim panen.
Meskipun sedang aktif mendorong ekspor, Indonesia bakal meningkatkan konsumsi dalam negeri dengan meningkatkan kandungan bahan bakar berbasis minyak sawit ke dalam biodiesel menjadi 35% dari yang semula 30%, atau yang dikenal sebagai B35.
Pejabat senior Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menuturkan, kebijakan itu akan diberlakukan mulai 20 Juli 2022, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dari sisi permintaan, India, sebagai salah satu konsumen CPO terbesar dunia menyatakan, tetap membutuhkan pasokan dari Indonesia di tengah persaingan minyak nabati sejenis.
“Kapal tanker minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia membutuhkan waktu 8-10 hari untuk tiba di India. Demikian pula minyak kedelai dari Argentina dan Brazil adalah 40-45 hari. Mengingat penurunan harga minyak sawit internasional, dan lebih sedikit waktu untuk membawa kargo, wajar jika harga minyak sawit menjadi lebih murah terlebih dahulu sebelum minyak lainnya,” kata BV Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors' Association of India (SEA).
(akr)