Intip Keuangan Maskapai Garuda Sepanjang 2021: Punya Utang Jumbo Tembus Rp189,81 Triliun

Rabu, 13 Juli 2022 - 12:22 WIB
loading...
Intip Keuangan Maskapai...
Maskapai Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan entitas anak membukukan rugi bersih sebesar USD4,15 miliar atau setara dengan Rp61,98 triliun dengan kurs saat ini. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan entitas anak membukukan rugi bersih sebesar USD4,15 miliar atau setara dengan Rp61,98 triliun (Kurs Rp14,936 per USD) pada tahun 2021. Rugi maskapai penerbangan nasional itu membengkak 70,25% dibandingkan tahun 2020 sebesar USD2,44 miliar atau Rp34,85 triliun.

Demikian dikutip dari laporan keuangan GIAA di keterbukaan informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (13/7/2022). Peningkatan rugi seiring dengan merosotnya pendapatan usaha perseroan tahun 2021 sebesar USD1,33 miliar atau Rp19,07 triliun. Realisasi itu anjlok 10,43% dibandingkan tahun 2020 sebesar USD1,49 miliar.



Secara rinci, pemasukan GIAA tahun lalu berasal dari segmen penerbangan berjadwal USD1,04 miliar, penerbangan tidak berjadwal USD88,05 juta, dan lainnya USD207,47 juta.

GIAA terlihat mampu memangkas beban usaha jika dibandingkan tahun 2020, baik dari sisi operasional penerbangan, pemeliharaan dan perbaikan, umum-administrasi, bandara, tiket penjualan, promosi, pelayanan penumpang, dan operasional lain.

Namun demikian, pos beban usaha lainnya tampak membengkak. Hal itu bisa dilihat dari bertambahnya penurunan nilai aset non-keuangan, adanya penghentian dini kontrak sewa, dan beban lain-lain-neto.

Lebih detil, penurunan nilai aset non-keuangan berasal dari turunnya nilai hak penggunaan pesawat sewa yang akan dihentikan dan aset pemeliharannya sebesar USD1,35 miliar. Selanjutnya penurunan nilai uang muka pemeliharaan mesin pesawat sebanyak USD70,31 juta, dan penurunan nilai uang muka pembelian pesawat sebesar USD32,16 juta.

Sementara biaya penghentian dini kontrak sewa yakni sebesar USD887,92 juta merupakan penghapusan sisa nilai buku dari aset hak guna pesawat yang telah dikembalikan kepada lessors pada tahun 2021. Beban lain-lain yang membengkak datang dari biaya terminasi, biaya pinalti, denda hukum, dan keterlambatan pembayaran, yakni total sebesar USD367,86 juta.



Kondisi keuangan tersebut membuat rugi per saham dasar GIAA membengkak dari semula USD0,094, menjadi USD0,16.

Per 31 Desember 2021, GIAA memiliki total aset sebesar USD7,19 miliar atau setara Rp102,63 triliun, terdiri dari aset lancar USD305,72 juta, dan aset tidak lancar USD6,88 miliar. Posisi aset tahun 2021 lebih rendah 33,33% dibandingkan tahun 2020 senilai USD10,78 miliar atau Rp153,96 triliun.

Adapun kewajiban pembayaran utang atau liabilitas perseroan juga membengkak 4,47% menjadi USD13,30 miliar atau setara Rp189,81 triliun, dibandingkan tahun 2020 sebanyak USD12,73 miliar atau Rp181,68 triliun.

Sedangkan defisit modal atau ekuitas GIAA juga bertambah dari semula USD1,94 miliar, menjadi USD6,11 miliar atau Rp87,18 triliun. Akhir 2021, perseroan mengantongi kas dan setara kas sebesar USD54,42 juta atau setara Rp776,55 miliar. Posisi itu lebih rendah dibandingkan tahun 2020 sebesar USD199,13 juta atau Rp2,84 triliun.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2106 seconds (0.1#10.140)