Aset Perusahaan Barat yang Kabur dari Rusia Disita Putin, Ini Daftarnya

Jum'at, 22 Juli 2022 - 09:40 WIB
loading...
Aset Perusahaan Barat...
Saat perang Ukraina memasuki bulan keenam, penelitian terbaru merilis data tentang 47 perusahaan terbesar di dunia, yang dikatakan asetnya berisiko disita Kremlin. Foto/Dok MarketWatch
A A A
MOSKOW - Aset perusahaan raksasa Barat yang berada di Rusia dapat disita oleh Kremlin di tengah dampak perang Rusia Ukraina . Saat perang di Ukraina memasuki bulan keenam, Moral Rating Agency merilis data baru tentang 47 perusahaan terbesar di dunia, yang dikatakan asetnya berisiko.



Moral Rating Agency dibentuk untuk memeriksa apakah janji perusahaan untuk keluar dari Rusia segera direalisasikan, dan penelitiannya mencakup perusahaan asal Amerika Serikat (AS) maupun dari luar negeri.

Founder Moral Rating Agency, Mark Dixon melihat langkah Kremlin baru-baru ini yang memperketat cengkeramannya pada proyek minyak dan gas (migas) Sakhalin-2 sebagai bukti mereka gencar mengambil alih aset perusahaan asing.

Presiden Rusia, Vladimir Putin belum lama ini menandatangani dekrit yang memerintahkan Perusahaan Investasi Energi Sakhalin untuk dipindahkan ke entitas Rusia baru. Keputusan itu berarti bahwa Kremlin sekarang memiliki hak veto yang efektif di mana investor asing akan diizinkan untuk mempertahankan saham mereka dalam proyek tersebut.

Sekitar 50% dari Sakhalin Energy dimiliki oleh perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom (GAZP) yang akan diizinkan untuk mempertahankan sahamnya. Shell SHEL, + 2,00% mengatakan akan menjual 27,5% sahamnya di Sakhalin Energy. Mitsui Jepang, + 2,26% dan Mitsubishi, + 2,47% masing-masing memegang 12,5% dan 10% saham.

"Dekrit itu menunjukkan bahwa Rusia tidak hanya bersedia mengambil alih aset , tetapi juga memposisikan dirinya untuk terlibat dalam 'pemerasan pengambilalihan'," kata Dixon.

Di antara perusahaan yang dipantau, The Moral Rating Agency mengidentifikasi, ada General Electric Co. GE, + 4,81%, PepsiCo Inc PEP, + 1,07% dan Boeing Co. BA, + 5,69% dimana asetnya berisiko diambil alih.

Produsen perawatan kesehatan, General Electric di Rusia bisa menjadi target selanjutnya Kremlin, seperti disampaikan Badan itu. Sebagai tanggapan, GE memberikan sinyal tetap berkontribusi meski telah keluar dari Rusia sejak bulan Maret.

"Kami menangguhkan operasi kami di Rusia, dengan pengecualian menyediakan peralatan medis penting dan mendukung layanan listrik yang ada kepada orang-orang di kawasan itu," katanya, pada saat itu.

"Kami terus bekerja sama dengan pihak berwenang yang tepat untuk memastikan kepatuhan terhadap sanksi serta semua undang-undang dan peraturan," bebernya.



Moral Rating Agency juga menyoroti fasilitas makanan ringan milik PepsiCo di Novosibirsk dan pabrik susu di Moskow sebagai aset berisiko.

Pada bulan Maret, PepsiCo menangguhkan produksi dan penjualan Pepsi Cola dan merek minuman global lainnya, termasuk 7-Up dan Mirinda, di Rusia. Raksasa makanan dan minuman itu juga menangguhkan investasi modal dan semua kegiatan periklanan dan promosi di Rusia.

Mengutip juru bicara PepsiCo, dari situs web Just Food kemudian melaporkan bahwa PepsiCo telah menangguhkan investasi lebih lanjut di pabrik Novosibirsk yang baru dibuka.

Laporan tahunan PepsiCo 2021 mencantumkan pabrik susu di Moskow dan juga pabrik makanan di Kashira, yang berada di wilayah Moskow. PepsiCo belum menanggapi permintaan komentar dari MarketWatch tentang penelitian Moral Ratings Agency.

Aset Boeing juga diidentifikasi oleh Badan tersebut sebagai kemungkinan target Kremlin. Dalam penelitiannya, Moral Rating Agency menunjuk "anak perusahaan Boeing, fasilitas R&D, dan usaha patungan," berisiko ada pengambilalihan.

Menyusul pecahnya Perang Rusia Ukraina, Boeing menangguhkan operasinya di Moskow, serta berhenti memberikan dukungan suku cadang dan pemeliharaan untuk maskapai Rusia. Seattle Times melaporkan, bahwa Pusat Desain Boeing di Moskow mempekerjakan lebih dari 1.000 insinyur.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Bitcoin Lampaui Google...
Bitcoin Lampaui Google dan Amazon, Masuk 5 Besar Aset Global
Rusia Genjot Ekspor...
Rusia Genjot Ekspor Gandum ke Afrika, Awal Tahun Tembus 11,8 Juta Ton
Putin Kena Imbas Perang...
Putin Kena Imbas Perang Dagang, Seret Minyak Rusia ke Jalur Neraka
Rusia Derita Kerugian...
Rusia Derita Kerugian Rp6.745 Triliun, Putin Hadapi Tekanan Berat
Sebut AS Merusak Perdagangan...
Sebut AS Merusak Perdagangan Bilateral, Rusia Tak Akan Pernah Minta Keringanan Sanksi
32 Perusahaan Antre...
32 Perusahaan Antre IPO, 12 Beraset Jumbo
Rusia Masih Jadi Ancaman,...
Rusia Masih Jadi Ancaman, Trump Perpanjang Sanksi AS Selama 12 Bulan
Rusia Tuntut Raksasa...
Rusia Tuntut Raksasa Energi Inggris Bayar Ganti Rugi Rp26,3 Triliun
Sinyal Kuat AS Cabut...
Sinyal Kuat AS Cabut Sanksi Rusia demi Hidupkan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam
Rekomendasi
BPKB Tak Dikasih, Anak...
BPKB Tak Dikasih, Anak di OKU Bakar Mobil Ibunya
6 Hotel Keluarga Untuk...
6 Hotel Keluarga Untuk Staycation di Bali
Luna Maya Ungkap Persiapan...
Luna Maya Ungkap Persiapan Menikah dengan Maxime Bouttier, Pastikan Berjalan Lancar
Berita Terkini
Kelabui AS, China Gunakan...
Kelabui AS, China Gunakan Label Palsu 'Made in Korea' Agar Lolos ke Amerika
16 menit yang lalu
Negosiasi Tarif, Airlangga...
Negosiasi Tarif, Airlangga Sebut AS Apresiasi Proposal dari Indonesia
1 jam yang lalu
Jakarta jadi Kota Ketiga...
Jakarta jadi Kota Ketiga Emirates Travel Store di Asia
1 jam yang lalu
PHR Kembangkan Desa...
PHR Kembangkan Desa Energi di Riau, Ubah Limbah Ternak Jadi Biogas
1 jam yang lalu
Dorong Ekonomi Kerakyatan,...
Dorong Ekonomi Kerakyatan, BRI Salurkan KUR Rp42,23 Triliun hingga Maret 2025
3 jam yang lalu
Perkuat Ketahanan Pangan...
Perkuat Ketahanan Pangan Nasional, Perum BULOG Siap Dukung Koperasi Merah Putih
3 jam yang lalu
Infografis
Takut Rusia, Negara-negara...
Takut Rusia, Negara-negara NATO Mundur dari Perjanjian Ranjau
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved