3 Orang Kaya Indonesia yang Punya Bisnis Penerbangan Komersial
loading...
A
A
A
Rusdi Kirana sendiri merupakan pemilik maskapai Lion Air, maskapai terbesar di Indonesia. Dibantu sang kakak, Kusnan Kirana, Rusdi membesut Lion Air pada 1999 dengan modal USD10 juta. Dia menggebrak dunia penerbangan dengan konsep pesawat berbiaya murah.
Ketika Garuda saat ini tengah terkapar akibat ditindih utang ratusan triliun, Lion Air masih bisa mengaum di udara dengan jumlah pesawat lebih dari 140 unit. Sedangkan Garuda hanya menyisakan sekitar 35 pesawat belaka.
Dengan jumlah pesawat sebanyak itu, Lion Air memiliki lebih dari 36 destinasi dan mengoperasikan hingga 226 penerbangan setiap hari. Lion Air ingin menasbihkan dirinya sebagai maskapai yang tak cuma jago kandang, tapi juga mulai "memangsa" pasar regional Asia. Saat ini Lion Air tercatat memiliki setidaknya 6 anak perusahaan yang juga merupakan maskapai penerbangan yang berserak di Indonesia, Malaysia, hingga Thailand.
Tak cukup puas berkecimpung di dunia bisnis penerbangan, Rusdi kemudian masuk gelanggang politik. Pada tahun 2014, Rusdi memutukan bergabung dengan PKB. Di partainya Cak Imin ini, Rusdi sempat menjabat sebagai wakil ketua umum partai. Namun pada 2019 Rusdi mundur dari PKB karena diangkat menjadi Dubes Malaysia. Rusdi menjabat dubes sejak 2017. Sebelumnya, pada 2015 Rusdi dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Pada 2019, Rusdi Kirana sempat masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Nilai kekayaannya disebut mencapai USD835 juta atau Rp11,6 triliun (kurs Rp14.000) dan menempati posisi ke-38 dari 50 jajaran orang terkaya di Indonesia. Namun pada 2020, gara-gara pandemi, Rusdi terlempar dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
3. Chandra Lie
Sriwijaya Air merupakan salah satu maskapai penerbangan di Indoensia. Maskapai itu dimiliki oleh pengusaha Chandra Lie. Sebelum bisnis penerbangan, Chandra Lie memulai bisnisnya dari usaha garmen.
Namun pada tahun 2000, dia mulai coba-coba memasuki bisnis penerbangan. Sehingga pada 2003 didirikanlah Sriwijaya Air. Saat mendirikan pesawat itu, Chandra tak sendirian. Dia dibantu keluarganya Hendry Lie Johannes Bundjamin dan Andy Halim.
Saat ini Sriwijaya Air adalah Maskapai Penerbangan terbesar ketiga di Indonesia dan sejak tahun 2007 hingga saat ini tercatat sebagai salah satu Maskapai Penerbangan Nasional yang memiliki standar keamanan kategori 1 di Indonesia.
Ketika Garuda saat ini tengah terkapar akibat ditindih utang ratusan triliun, Lion Air masih bisa mengaum di udara dengan jumlah pesawat lebih dari 140 unit. Sedangkan Garuda hanya menyisakan sekitar 35 pesawat belaka.
Dengan jumlah pesawat sebanyak itu, Lion Air memiliki lebih dari 36 destinasi dan mengoperasikan hingga 226 penerbangan setiap hari. Lion Air ingin menasbihkan dirinya sebagai maskapai yang tak cuma jago kandang, tapi juga mulai "memangsa" pasar regional Asia. Saat ini Lion Air tercatat memiliki setidaknya 6 anak perusahaan yang juga merupakan maskapai penerbangan yang berserak di Indonesia, Malaysia, hingga Thailand.
Tak cukup puas berkecimpung di dunia bisnis penerbangan, Rusdi kemudian masuk gelanggang politik. Pada tahun 2014, Rusdi memutukan bergabung dengan PKB. Di partainya Cak Imin ini, Rusdi sempat menjabat sebagai wakil ketua umum partai. Namun pada 2019 Rusdi mundur dari PKB karena diangkat menjadi Dubes Malaysia. Rusdi menjabat dubes sejak 2017. Sebelumnya, pada 2015 Rusdi dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Pada 2019, Rusdi Kirana sempat masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Nilai kekayaannya disebut mencapai USD835 juta atau Rp11,6 triliun (kurs Rp14.000) dan menempati posisi ke-38 dari 50 jajaran orang terkaya di Indonesia. Namun pada 2020, gara-gara pandemi, Rusdi terlempar dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
3. Chandra Lie
Sriwijaya Air merupakan salah satu maskapai penerbangan di Indoensia. Maskapai itu dimiliki oleh pengusaha Chandra Lie. Sebelum bisnis penerbangan, Chandra Lie memulai bisnisnya dari usaha garmen.
Namun pada tahun 2000, dia mulai coba-coba memasuki bisnis penerbangan. Sehingga pada 2003 didirikanlah Sriwijaya Air. Saat mendirikan pesawat itu, Chandra tak sendirian. Dia dibantu keluarganya Hendry Lie Johannes Bundjamin dan Andy Halim.
Saat ini Sriwijaya Air adalah Maskapai Penerbangan terbesar ketiga di Indonesia dan sejak tahun 2007 hingga saat ini tercatat sebagai salah satu Maskapai Penerbangan Nasional yang memiliki standar keamanan kategori 1 di Indonesia.