Babak Belur Dihantam Perang, Ukraina Sibuk Cari Pinjaman ke IMF

Jum'at, 29 Juli 2022 - 08:43 WIB
loading...
Babak Belur Dihantam Perang, Ukraina Sibuk Cari Pinjaman ke IMF
Ukraina sedang mencari kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pinjaman senilai USD15 hingga 20 miliar atau setara dengan Rp297,4 triliun (Kurs Rp14.873 per USD) sebelum akhir tahun. Foto/Dok
A A A
LONDON - Ukraina sedang mencari kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pinjaman senilai USD15 hingga 20 miliar atau setara dengan Rp297,4 triliun (Kurs Rp14.873 per USD) sebelum akhir tahun, sebagai upaya menopang ekonominya usai dihantam perang. Hal ini disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral Ukraina , Kyrylo Shevchenko kepada Reuters.



Babak belur oleh invasi Rusia yang diluncurkan pada 24 Februari, Ukraina menghadapi kontraksi ekonomi 35% sampai dengan 45% pada tahun 2022 dan kekurangan fiskal bulanan sebesar USD5 miliar. Dimana Ukraina sangat bergantung pada pembiayaan asing dari mitra Barat-nya.

Shevchenko (49 tahun), berbicara selama kunjungannya ke London juga mengatakan, dirinya berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Bank of England "dalam beberapa minggu", meskipun dia tidak merinci jumlahnya.

Kiev telah mengajukan proposal kepada IMF, seperti disampaikan gubernur, dan sekarang sedang berkonsultasi atas pembiayaan baru yang dia harapkan akan memberikan dana sebesar USD20 miliar selama dua atau tiga tahun dalam bentuk Pengaturan Siaga (SBA) atau Fasilitas Dana Yang Diperpanjang (EFF).

Ini pertama kalinya Ukraina mencari pembiayaan baru yang dibutuhkannya dari pemberi pinjaman yang berbasis di Washington. Program senilai USD20 miliar akan menjadi pinjaman aktif terbesar kedua saat ini dari IMF setelah Argentina.

"IMF selalu bertindak sebagai mitra Ukraina selama perang. Harapan saya program ini akan dimulai tahun ini.," kata Shevchenko kepada Reuters.

Bos bank sentral mengatakan, program baru harus memberikan langkah-langkah yang akan membantu menstabilkan ekonomi. Sehingga dapat memastikan kembalinya kondisi sebelum perang, seperti nilai tukar yang fleksibel, tidak ada batasan di pasar mata uang, penurunan kredit bermasalah di sektor perbankan dan kebijakan fiskal yang seimbang.

Pinjaman terbaru IMF ke Ukraina adalah dukungan pembiayaan darurat senilai USD1,4 miliar yang disepakati pada bulan Maret - setara dengan 50% dari kuota negara dalam dana tersebut.

Secara terpisah, Kiev saat ini juga sedang dalam pembicaraan dengan kreditor internasionalnya mengenai pembekuan pembayaran utang untuk meredakan krisis likuiditasnya. Pada hari Selasa, perusahaan energi Ukraina Naftogaz telah menjadi entitas pemerintah pertama di negara itu yang gagal bayar sejak dimulainya invasi Rusia.

"Saya berharap Naftogaz, bersama dengan kementerian keuangan Ukraina, bahwa mereka akan menemukan solusi. Konsekuensi (dari default) semata-mata berkaitan dengan Naftogaz," kata Shevchenko.

Kesepakatan Biji-bijian

Bank sentral Ukraina sudah memiliki kesepakatan USD1 miliar dengan bank sentral Polandia.

Beberapa keringanan pada pendapatan devisa dan likuiditas juga akan datang dari kesepakatan yang disepakati minggu lalu antara Moskow dan Kiev yang memungkinkan perjalanan aman untuk pengiriman biji-bijian masuk dan keluar dari pelabuhan Ukraina, yang diblokade oleh Rusia sejak invasi.



Namun peningkatan pendapatan dan pengiriman diperkirakan baru akan terasa tahun depan, ketika di bawah perkiraan "konservatif" bank sentral, ekspor dapat mencapai 5 juta ton per bulan dan menghasilkan sekitar USD5 miliar pada tahun 2023, kata Shevchenko.

Berbicara tentang intervensi bank sentral di pasar mata uang serta program pembelian obligasinya, Shevchenko mengatakan keduanya akan berlanjut untuk saat ini, di antaranya baru akan berhenti segera setelah perang usai.

"Kami melihat (ini) sebagai salah satu ketidakpastian terbesar. Sampai akhir perang, kita dan Kementerian Keuangan harus bekerja sama untuk mengatasi semua tantangan ini, menggunakan keuangan moneter dan pasar utang internal," paparnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1012 seconds (0.1#10.140)