Imbas Serangan Rusia ke Ukraina: Kenaikan Harga Mi Instan dan Krisis Pangan Global

Jum'at, 29 Juli 2022 - 14:11 WIB
loading...
Imbas Serangan Rusia...
Serangan Rusia ke Ukraina membuat pasokan gandum dunia terganggu. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Harga mi instan melonjak di Indonesia karena perang Putin terhadap Ukraina . Banyak pedagang warung makanan berjuang untuk menyeimbangkan penghasilan dan pengeluaran, dan masyarakat Indonesia menghadapi terus meningkatnya harga-harga. Invasi Rusia yang tidak beralasan dan direncanakan terhadap Ukraina pada Februari lalu adalah penyebab salah satu kenaikan harga pangan dan energi yang paling dramatis dalam sejarah terkini.



Pada Jumat pekan lalu, 22 Juli 2022, hanya 24 jam setelah menyetujui kesepakatan untuk memungkinkan dimulainya kembali ekspor melalui perairan Ukraina di Laut Hitam, kita menyaksikan Rusia melanggar komitmennya dengan menyerang pelabuhan bersejarah Odesa. Dua rudal Rusia menghantam infrastruktur pelabuhan dan dua ditembak jatuh oleh pertahanan udara Ukraina.

PBB dan Turki membantu memediasi kesepakatan ini, yang menyerukan armada Rusia untuk mengizinkan perjalanan yang aman untuk bahan makanan dan hasil ekspor lainnya, melalui daerah-daerah yang telah diblokade Rusia sejak meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari. Sebelumnya 96% gandum Ukraina diekspor melalui Laut Hitam. Diharapkan kesepakatan itu dapat dilakukan kembali agar 5 juta ton biji-bijian dapat diekspor dari Ukraina setiap bulannya melalui perusahaan pelayaran komersial, agar bisa terkirim ke masyarakat termiskin di dunia.

PBB mengutuk Rusia karena meluncurkan serangan rudal tersebut. Juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan, "Dan kami ingin memastikan bahwa semua kondisi tepat untuk perjalanan yang aman bagi kapal-kapal. Langkah apa pun yang tidak selaras dengan tujuan ini, tentu saja, tidak akan membantu keberhasilan inisiatif ini" kata Haq.

Banyak orang di seluruh dunia meminta Putin mengakhiri blokadenya terhadap ekspor makanan Ukraina saat ini, menghentikan pembomannya terhadap infrastruktur dan pertanian Ukraina, serta pembunuhan masyarakat Ukraina--Putin sendiri yang memikul tanggung jawab atas semakin parahnya krisis pangan global.

Konsekuensi dari agresi Rusia berdampak keras terhadap masyarakat termiskin. Laporan terbaru Global Crisis Response Group Sekjen PBB memperingatkan bahwa perang Rusia di Ukraina dapat menyebabkan krisis sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Perang mengancam terlepasnya "gelombang kelaparan dan kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya, meninggalkan kekacauan sosial dan ekonomi setelahnya".

Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn, mengatakan “Sangat menyedihkan memikirkan orang-orang di seluruh dunia yang hidupnya dipersulit oleh tindakan Rusia. Pemerintah Indonesia telah mengambil tindakan untuk membantu mereka yang terkena dampak di negara ini. Sayangnya, tidak semua negara berada dalam posisi yang untuk melakukan hal tersebut. Secara global, 323 juta orang terancam mengalami kerawanan pangan tahun ini, jika perang terus berlanjut".

Rob Fenn menambahkan, Rusia bertanggung jawab atas penghentian ekspor gandum Ukraina. Rusia memegang kendali untuk ekspor ini agar dapat dimulai kembali. Sangat mengenaskan sekali bahwa hanya sehari setelah mencapai kesepakatan, Rusia meluncurkan serangan rudal di pelabuhan Odessa. Rusia harus menerapkan perjanjiannya dan mengizinkan ekspor yang aman dari Ukraina; dunia akan menyaksikan.

"Inggris mendukung mereka yang paling parah terkena dampak krisis pangan global dan akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan ekonomi bagi mereka yang paling membutuhkan. Selama tiga tahun ke depan, Inggris akan menyediakan £3 miliar dana kemanusiaan secara global untuk mendukung respons internasional yang lebih efektif terhadap krisis kemanusiaan," kata Rob Fenn.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Prancis Bakal Manfaatkan...
Prancis Bakal Manfaatkan Aset Beku Rusia Senilai Rp3,4 Triliun Tahun Ini
Update Harga Pangan...
Update Harga Pangan Minggu 9 Maret 2025, Bawang, Cabai dan Beras Masih Naik
Pencabutan Sanksi Barat...
Pencabutan Sanksi Barat Jadi Syarat Bikin Hubungan AS-Rusia Harmonis
Trump Buka Aib Eropa,...
Trump Buka Aib Eropa, Lebih Doyan Energi Rusia daripada Bantu Ukraina
Cadangan Gas Uni Eropa...
Cadangan Gas Uni Eropa Menipis dengan Cepat, Gazprom Kasih Peringatan
Ukraina Menyerah, Disebut...
Ukraina Menyerah, Disebut Bakal Serahkan Harta Karun Mineral Langka ke AS
Operasi Pasar di Palembang,...
Operasi Pasar di Palembang, Mentan Amran: Kami Mohon Sekali Lagi, Jangan Menjual di Atas HET
Membaca Peluang AS Aktifkan...
Membaca Peluang AS Aktifkan Nord Stream 2 demi Perdamaian Ukraina
Harga Pangan Awal Ramadan,...
Harga Pangan Awal Ramadan, Mentan: Harga Beras Turun, Cabai Naik
Rekomendasi
Five Eyes Akan Buta...
Five Eyes Akan Buta Tanpa Dukungan AS, Ini 3 Alasannya
KPK Sebut Kerugian Negara...
KPK Sebut Kerugian Negara dalam Kasus Korupsi Bank BJB Capai Ratusan Miliar Rupiah
Korea Utara Tembakkan...
Korea Utara Tembakkan Beberapa Rudal, Marah dengan Latihan Perang AS-Korsel
Berita Terkini
Resmi Jadi Bank Emas,...
Resmi Jadi Bank Emas, Pegadaian Salurkan PMK Emas ke PT Lotus Lingga Pratama
53 menit yang lalu
PBJT Jasa Kesenian dan...
PBJT Jasa Kesenian dan Hiburan, Berikut Objek Pajak dan Besaran Tarifnya
1 jam yang lalu
Inilah 5 Aplikasi Kripto...
Inilah 5 Aplikasi Kripto Terlengkap di Indonesia
2 jam yang lalu
Harga Emas Antam Terperosok...
Harga Emas Antam Terperosok Rp14.000 per Gram, Berikut Rinciannya
2 jam yang lalu
Vietnam Bakal Bangun...
Vietnam Bakal Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia, Rosan: Mereka Sangat Serius
4 jam yang lalu
Pengangguran di Singapura...
Pengangguran di Singapura Bakal Dapat Gaji Rp74 Juta per Bulan, Termasuk Korban PHK
5 jam yang lalu
Infografis
Rezim Zelensky Panik,...
Rezim Zelensky Panik, Rusia dan AS Kompak Tekan Ukraina Gelar Pemilu
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved