Miliarder Ini Ramalkan Inflasi Tinggi Bertahan Lama dan Bitcoin Jadi Tak Berharga

Rabu, 03 Agustus 2022 - 07:00 WIB
loading...
Miliarder Ini Ramalkan...
Miliarder Amerika, Thomas Peterffy berbicara tentang prospek ekonomi. Mulai dari tekanan inflasi tinggi yang bakal bertahan lama, hingga ledakan utang dan bitcoin yang bakal menjadi tak berharga. Foto/Dok
A A A
FLORIDA - Miliarder Amerika kelahiran Hungaria, Thomas Peterffy berbicara tentang prospek ekonomi dari kacamata dirinya yang seorang pelopor pialang. Ia memperkirakan, pasar bakal mencapai titi terendah di tengah gejolak global saat ini.

Belum lama ini Amerika Serikat (AS) melaporkan inflasi konsumen pada bulan Juni menyentuh level 9,1% atau tertinggi dalam empat dekade. Tren inflasi tinggi telah mengguncang pasar seiring kemerosotan indeks saham.



Menurut pendiri, chairman dan pemegang saham terbesar Interactive Brokers ini bahwa investor perlu terbiasa dengan inflasi yang tinggi yang diperkirakan dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

"Saya percaya tekanan inflasi akan berlanjut selama bertahun-tahun, bukan berbulan-bulan," kata Peterffy kepada Forbes melalui obrolan lewat video dari rumahnya di Palm Beach, Florida.

"Ini bukan masalah jangka pendek," sambung pria yang kini berusia 77 tahun itu.



Menurut Peterffy yang memiliki kekayaan kurang lebih bernilai USD18,1 miliar, ada beberapa alasan mengapa inflasi akan tetap ada untuk jangka panjang.

Faktor-faktor tersebut di antaranya defisit belanja AS yang kronis selama beberapa dekade; gangguan berkelanjutan dalam rantai pasokan karena globalisasi yang 'berbalik'; kekurangan pekerja terampil dan peningkatan otomatisasi.

Lalu persyaratan ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) yang diberlakukan sendiri oleh perusahaan yang buntutnya 'meningkatkan biaya produksi'; dan secara paradoks, kenaikan suku bunga, kebijakan yang dimaksudkan untuk mengekang inflasi.

Ledakan Utang

"Ketika The Fed menaikkan suku bunga, ia menaikkan jumlah yang harus dibayar negara untuk melunasi utangnya. Ini adalah lingkaran setan yang pada akhirnya bakal mengakibatkan ledakan utang," kata Peterffy.

Mayoritas para pelaku pasar memprediksi Federal Reserve atau Bank Sentral AS bakal menaikkan suku bunga acuan setidaknya 75 basis poin, atau bahkan satu poin persentase penuh, akhir bulan ini. Kenaikan suku bunga 0,75% merupakan yang terbesar dalam 28 tahun.

Tetapi Peterffy tidak ingin melihat pengulangan tahun 1980-an, ketika Ketua Federal Reserve Paul Volcker mendongkrak suku bunga menjadi dua digit, menyebabkan resesi yang menghancurkan tetapi membasmi inflasi.

"Saya tidak percaya The Fed akan menindaklanjuti janji 'lakukan apa yang diperlukan' (untuk menurunkan inflasi), karena mereka takut menghancurkan ekonomi dan masalah utang yang meledak," katanya.

Sebaliknya, menurut Peterffy, The Fed akan membatasi suku bunga acuan sekitar 4% dan sebagai hasilnya, inflasi akan berkisar sekitar 6% untuk beberapa tahun ke depan. "Akan ada stagflasi untuk sementara waktu," prediksinya.

Terlepas dari prediksi suram Peterffy, diramalkan pasar ekuitas AS akan mencapai titik terendah setelah musim gugur. Dia menilai indeks S&P 500 bisa turun ke level terendah 3.000 sekitar Oktober -- penurunan 21% dari nilainya saat ini sekitar 3.800. Indeks S&P 500 sendiri telah merosot lebih dari 20% dari rekor tertinggi pada November lalu.

"Pada akhirnya kenaikan harga akan mengejar saham," tegas Peterffy dan sebagai hasilnya, "saham akan memasuki periode pasar bull yang panjang yang didorong oleh inflasi."

Pelopor pialang menambahkan: "Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan penelitian dan mengakumulasi saham perusahaan."

Peterffy tidak fokus pada investasi di sektor atau industri tertentu; sebaliknya, investor harus menargetkan perusahaan yang "berinvestasi dalam daya saing (mereka sendiri) dan mendapatkan pangsa pasar," katanya.

Bitcoin

Pada bulan Januari, Peterffy mengatakan investor harus mempertimbangkan untuk memegang 2%-3% dari kekayaan mereka di kripto untuk melindung nilai terhadap mata uang tradisional yang merosot tajam. Namun saat ini setelah penurunan pasar dan krisis likuiditas yang melanda industri kripto, Peterffy merasa kurang percaya diri.

"Saya pikir kemungkinannya sangat tinggi bahwa ( Bitcoin ) akan menjadi tidak berharga atau dilarang," kata Peterffy kepada Forbes.

Dia percaya pemerintah AS besar kemungkinan bakal melarang kripto di tengah kekhawatiran tentang aset digital yang digunakan untuk "menyediakan pembiayaan untuk kegiatan ilegal,".

Ditambah serta ketidakmampuan Departemen Keuangan AS untuk "mengontrol atau melacak pembayaran dan memungut pajak."

Namun bukan berarti Peterffy baru saja menghapus aset digital. Dia masih percaya ada kemungkinan Bitcoin akan menjadi sangat berharga. Itu sebabnya dia masih memegang beberapa Bitcoin dan berencana membeli lebih banyak jika mencapai harga USD12.000. (Bitcoin saat ini diperdagangkan sekitar USD20.000 ke dolar AS).

Ke depan, Peterffy mengaku memikirkan lebih dari sekadar pasar. Ketika ditanya tentang pandangannya, dia menjawab sambil tertawa: "Saya berharap untuk bertahan hidup."

Sebagai informasi, Peterffy sempat masuk dalam Daftar Orang Terkaya Dunia tahun 2021 versi majalah Forbes. Dimana diperkirakan saat ini nilai kekayaan bersihnya mencapai USD25 miliar, menempatkannya sebagai orang terkaya ke-65 di dunia.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1954 seconds (0.1#10.140)