Sri Mulyani: Konsumsi Rumah Tangga Dorong Ekonomi Tumbuh 5,4%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan subsidi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di paruh pertama tahun ini. Pada kuartal II 2022 ekonomi berhasil tumbuh 5,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi kita tumbuh dengan baik. Inflasi kita relatif stabil dengan adanya subsidi pemerintah. Bukan hanya itu, demand dan supply kita juga tetap terjaga," kata Sri Mulyani, di Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Menurut dia Indonesia berada dalam posisi yang baik dan aman dibandingkan negara - negara lain yang tengah mengalami tekanan global saat ini. Begitu pula inflasi negara lain juga sangat tinggi akibat pandemi yang belum pulih.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyoroti kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang ekspansif. Perkembangan ini menekan negara lain yang sedang mendorong pemulihan demand.
Dalam situasi ini, jelasnya, subsidi dan kompensasi pangan dan energi menjadi penolong sehingga mampu mendukung daya beli masyarakat meningkatkan konsumsi di dalam negeri. "Kita bisa mendapatkan growth 5,44% ini karena ekspor dan konsumsi yang saling mendukung, supply kita pun responsif, jadinya inflasi Indonesia pun relatif stabil," ucapnya.
Dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditopang meningkatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor. Namun demikian untuk menambah belanja negara perlu hati-hati. "Menggunakan kebijakan fiskal ini tidak boleh sembrono," tandas dia.
"Pertumbuhan ekonomi kita tumbuh dengan baik. Inflasi kita relatif stabil dengan adanya subsidi pemerintah. Bukan hanya itu, demand dan supply kita juga tetap terjaga," kata Sri Mulyani, di Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Menurut dia Indonesia berada dalam posisi yang baik dan aman dibandingkan negara - negara lain yang tengah mengalami tekanan global saat ini. Begitu pula inflasi negara lain juga sangat tinggi akibat pandemi yang belum pulih.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyoroti kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang ekspansif. Perkembangan ini menekan negara lain yang sedang mendorong pemulihan demand.
Dalam situasi ini, jelasnya, subsidi dan kompensasi pangan dan energi menjadi penolong sehingga mampu mendukung daya beli masyarakat meningkatkan konsumsi di dalam negeri. "Kita bisa mendapatkan growth 5,44% ini karena ekspor dan konsumsi yang saling mendukung, supply kita pun responsif, jadinya inflasi Indonesia pun relatif stabil," ucapnya.
Dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditopang meningkatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor. Namun demikian untuk menambah belanja negara perlu hati-hati. "Menggunakan kebijakan fiskal ini tidak boleh sembrono," tandas dia.
(nng)