Ekonomi Diprediksi Baru Akan Pulih Setelah 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Menteri Pariwisata periode 2014-2019 Arief Yahya mengatakan hampir semua ahli menilai bahwa dampak dari pandemi covid-19 akan membuat pemulihan ekonomi berjalan lambat, dan bergelombang. Diprediksi, pemulihan ekonomi baru akan dimulai setelah tahun 2020.
"Jadi menurut para ahli dampak Pandemi covid-19 baru akan selesai pada 2020. Baik itu dampak ekonominya atau pun dari segi kesehatan," ujar Arief Yahya dalam seminar daring Indonesia Brand Forum 2020 di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan ada dua terkait dampak dari pandemi. Pertama, dari segi kesehatan. Krisis Kesehatan akan mempengaruhi ke perekonomian, jika dibiarkan maka akan berdampak pada sektor sosial seperti contohnya kerusuhan.
(Baca Juga: Titip Rp30 Triliun, Sri Mulyani Minta Bank BUMN Genjot Kredit 3 Kali Lipat)
Kemudian yang kedua adalah perekonomian. Ia mengatakan tahap awal atau first shock merupakan fase dampak ekonomi ketika wabah Covid-19 bermula seperti yang dirasakan sekarang yaitu terjadinya PHK dan banyak perusahaan gulung tikar. "Para ahli juga menilai di fase aftershock ini juga diperkirakan akan terjadi kolaps atau tumbangnya kawasan Eropa," katanya.
Meski begitu, dampak pandemi memiliki sisi yang positif yaitu kebangkitan nasionalisme. Hal seperti ini bisa timbul karena semua mempunyai musuh bersama, yang membuat masyarakat bersatu.
Selain itu ia juga mengemukakan bahwa semua proses bisnis mengarah pada interaksi dan transaksi yang bebas sentuhan atau sentuhan rendah. Bisnis yang sesuai dengan prinsip low touch economy atau mampu bertransformasi menjadi low touch economy akan tumbuh lebih pesat.
"Sektor ekonomi yang low touch atau touchless akan menjadi pemenang seperti e-commerce. Dan sektor ekonomi yang high touch akan loser. Untuk itu yang high touch harus menjadi touchless," tandasnya.
"Jadi menurut para ahli dampak Pandemi covid-19 baru akan selesai pada 2020. Baik itu dampak ekonominya atau pun dari segi kesehatan," ujar Arief Yahya dalam seminar daring Indonesia Brand Forum 2020 di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan ada dua terkait dampak dari pandemi. Pertama, dari segi kesehatan. Krisis Kesehatan akan mempengaruhi ke perekonomian, jika dibiarkan maka akan berdampak pada sektor sosial seperti contohnya kerusuhan.
(Baca Juga: Titip Rp30 Triliun, Sri Mulyani Minta Bank BUMN Genjot Kredit 3 Kali Lipat)
Kemudian yang kedua adalah perekonomian. Ia mengatakan tahap awal atau first shock merupakan fase dampak ekonomi ketika wabah Covid-19 bermula seperti yang dirasakan sekarang yaitu terjadinya PHK dan banyak perusahaan gulung tikar. "Para ahli juga menilai di fase aftershock ini juga diperkirakan akan terjadi kolaps atau tumbangnya kawasan Eropa," katanya.
Meski begitu, dampak pandemi memiliki sisi yang positif yaitu kebangkitan nasionalisme. Hal seperti ini bisa timbul karena semua mempunyai musuh bersama, yang membuat masyarakat bersatu.
Selain itu ia juga mengemukakan bahwa semua proses bisnis mengarah pada interaksi dan transaksi yang bebas sentuhan atau sentuhan rendah. Bisnis yang sesuai dengan prinsip low touch economy atau mampu bertransformasi menjadi low touch economy akan tumbuh lebih pesat.
"Sektor ekonomi yang low touch atau touchless akan menjadi pemenang seperti e-commerce. Dan sektor ekonomi yang high touch akan loser. Untuk itu yang high touch harus menjadi touchless," tandasnya.
(fai)