Singapura: Negeri Sempit tanpa Harta Karun, tapi Sangat Kaya Raya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Singapura adalah negeri sedaun kelor. Pasalnya, luas negara ini hanya sekitar 722,5 km2, cuma lebih luas 62 km2 dibanding Jakarta. Meski punya lahan lebih luas, namun jumlah penduduknya kalah telak dibanding Jakarta.
Baca juga: Manuver Bersama 16 Negara, Tetangga Indonesia Ini Pelajari Banyak Jet Siluman F-35
Jumlah penduduk Singapura hanya 5,6 juta jiwa, sedangkan DKI lebih dari 10 juta jiwa. Malahan kalau siang hari, "jumlah penduduk" DKI bisa lebih banyak lagi, dengan masuknya para pekerja urban.
Sudah sempit, sebagian besar wilayah Singapura adalah dataran pantai dan rendah dengan bagian tengah terdapat perbukitan, seperti Bukit Mandai, Bukit Lanjang, Bukit Timah dan Bukit Kalang. Lantaran bentang alam seperti di atas menyebabkan harta karun atau jenis tambang dari Singapura hanya sedikit. Cadangan timah dan bijih besi yang dikandung di Singapura, jika ditambang, hasilnya tak akan mampu memenuhi kebutuhan.
Lagi pula, dengan luas yang kecil, tak memungkinan Pemerintah Singapura mengizinkan perusahaan mengeduk harta karun itu. Sudah merusak lingkungan, cakupan wilayah untuk penduduknya juga akan berkurang. Apalagi, Singapura sangat memerhatikan kelestarian lingkungannya.
Beda dengan Indonesia, luas, banyak harta karun, dan rada tak peduli dengan lingkungan. Sepanjang bisa mendatangkan uang triliunan, pengedukan harta karun di Indonesia sah-sah saja dilakukan.
Meski sempit dan penduduknya sedikit, tanpa harta karun pula, namun Singapura adalah "raja" di kawasan ASEAN. Mengutip data ceicdata.com, pendapatan per kapita Singapura adalah USD72.766 (2021) atau sekitar Rp1,05 miliar. Bandingkan dengan Indonesia yang pendapatan per kapitanya cuma Rp62,2 juta. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata semua penduduk di suatu negara.
Cadangan Devisa Singapura dilaporkan sebesar USD278.8 miliar per Juli 2022. Sementara cadangan devisa Indonesia "cuman" USD132,2 miliar, tak sampai separuh Singapura. Lantas dari mana semua "kekayaan" Singapura itu berasal.
Tak lain dan tak bukan adalah letaknya yang strategis. Berada di lalu lintas perdagangan dunia, Singapura merupakan salah satu negara yang menjadi tempat singgah kapal-kapal perdagangan. Makanya, salah satu pelabuhan di negara itu menjadi yang terpadat di dunia.
Dari sini Singapura kemudian mengembangkan negaranya menjadi "pasar" antara pembeli dan penjual dari berbagai belahan dunia. Singapura juga kemudian mengembangkan ekonominya dengan menjadi eksportir produk-produk yang dibeli dari negara lain.
Untuk bisa menarik sejumlah perusahaan dunia mendirikan kantor di negaranya, Singapura memberikan sejumlah insentif, salah satunya insetif pajak. Singapura termasuk negara suaka pajak dunia karena menawarkan beberapa keringanan pajak, seperti tarif pajak perusahaan dan pajak pribadi golongan teratas yang relatif lebih rendah.
Singapura juga tidak memungut pajak atas keuntungan modal. Makanya negara ini pun dijuluki suaka pajak (tax haven). Singapura juga dijuluki sebagai negara yang ramah dengan kegiatan usaha. Tujuannya menarik sebanyak-banyaknya perusahaan berkantor di Singapura, sehingga tercipta banyak lapangan kerja buat warga negaranya.
Singapura juga mampu "menginvansi" Indonesia dengan investasi. Sejak 2017, investasi negeri Singa itu selalu jadi yang terbesar di Indonesia. Tahun lalu investasi asal Singapura di Indonesia mencapai USD9,39 miliar.
Singapura juga mengembangkan sektor pariwisatanya. Sebelum pandemi, sektor pariwisata mampu menyumbang rata-rata USD4 miliar atau sekitar Rp56 triliun (kurs Rp14.000). Singapura memang ingin menjadi salah satu negara tujuan pariwisata dunia.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
Baca juga: Manuver Bersama 16 Negara, Tetangga Indonesia Ini Pelajari Banyak Jet Siluman F-35
Jumlah penduduk Singapura hanya 5,6 juta jiwa, sedangkan DKI lebih dari 10 juta jiwa. Malahan kalau siang hari, "jumlah penduduk" DKI bisa lebih banyak lagi, dengan masuknya para pekerja urban.
Sudah sempit, sebagian besar wilayah Singapura adalah dataran pantai dan rendah dengan bagian tengah terdapat perbukitan, seperti Bukit Mandai, Bukit Lanjang, Bukit Timah dan Bukit Kalang. Lantaran bentang alam seperti di atas menyebabkan harta karun atau jenis tambang dari Singapura hanya sedikit. Cadangan timah dan bijih besi yang dikandung di Singapura, jika ditambang, hasilnya tak akan mampu memenuhi kebutuhan.
Lagi pula, dengan luas yang kecil, tak memungkinan Pemerintah Singapura mengizinkan perusahaan mengeduk harta karun itu. Sudah merusak lingkungan, cakupan wilayah untuk penduduknya juga akan berkurang. Apalagi, Singapura sangat memerhatikan kelestarian lingkungannya.
Beda dengan Indonesia, luas, banyak harta karun, dan rada tak peduli dengan lingkungan. Sepanjang bisa mendatangkan uang triliunan, pengedukan harta karun di Indonesia sah-sah saja dilakukan.
Meski sempit dan penduduknya sedikit, tanpa harta karun pula, namun Singapura adalah "raja" di kawasan ASEAN. Mengutip data ceicdata.com, pendapatan per kapita Singapura adalah USD72.766 (2021) atau sekitar Rp1,05 miliar. Bandingkan dengan Indonesia yang pendapatan per kapitanya cuma Rp62,2 juta. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata semua penduduk di suatu negara.
Cadangan Devisa Singapura dilaporkan sebesar USD278.8 miliar per Juli 2022. Sementara cadangan devisa Indonesia "cuman" USD132,2 miliar, tak sampai separuh Singapura. Lantas dari mana semua "kekayaan" Singapura itu berasal.
Tak lain dan tak bukan adalah letaknya yang strategis. Berada di lalu lintas perdagangan dunia, Singapura merupakan salah satu negara yang menjadi tempat singgah kapal-kapal perdagangan. Makanya, salah satu pelabuhan di negara itu menjadi yang terpadat di dunia.
Dari sini Singapura kemudian mengembangkan negaranya menjadi "pasar" antara pembeli dan penjual dari berbagai belahan dunia. Singapura juga kemudian mengembangkan ekonominya dengan menjadi eksportir produk-produk yang dibeli dari negara lain.
Untuk bisa menarik sejumlah perusahaan dunia mendirikan kantor di negaranya, Singapura memberikan sejumlah insentif, salah satunya insetif pajak. Singapura termasuk negara suaka pajak dunia karena menawarkan beberapa keringanan pajak, seperti tarif pajak perusahaan dan pajak pribadi golongan teratas yang relatif lebih rendah.
Singapura juga tidak memungut pajak atas keuntungan modal. Makanya negara ini pun dijuluki suaka pajak (tax haven). Singapura juga dijuluki sebagai negara yang ramah dengan kegiatan usaha. Tujuannya menarik sebanyak-banyaknya perusahaan berkantor di Singapura, sehingga tercipta banyak lapangan kerja buat warga negaranya.
Singapura juga mampu "menginvansi" Indonesia dengan investasi. Sejak 2017, investasi negeri Singa itu selalu jadi yang terbesar di Indonesia. Tahun lalu investasi asal Singapura di Indonesia mencapai USD9,39 miliar.
Singapura juga mengembangkan sektor pariwisatanya. Sebelum pandemi, sektor pariwisata mampu menyumbang rata-rata USD4 miliar atau sekitar Rp56 triliun (kurs Rp14.000). Singapura memang ingin menjadi salah satu negara tujuan pariwisata dunia.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(uka)