Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra: Garuda Siap Mengembalikan Kepercayaan Publik
loading...
A
A
A
Ketika ditunjuk jadi Dirut Garuda Indonesia, apa tugas yang diberikan Kementerian BUMN?
Jadi saya masuk, tahulah situasinya. Permintaan Pak Erick (Menteri BUMN) juga simple. Dia enggak ngomong soal pertumbuhan, profitibility. Come along the job. Cuma dia minta kembalikan kebanggaan publik terhadap Garuda.
Awal tahun 2020, virus Sars Cov-II mulai menyebar. Apa yang terjadi saat itu pada Garuda?
Saya mau analogikan sederhana dulu. Kantor saya itu menghadap ke GMF. Tapi smoking room menghadap ke runway, take off landing. Jadi kalau menghadap ke GMF dulu sepi. Pesawat boleh dibilang cuma ada di hanggar. Ketika kita menghadap ke runway, enggak berhenti-henti (pesawat terbang). Saya sempat berpikir ini (bisa) ada tabrakan karena naik-turun (pesawat). Dulu masih banyak birunya (Garuda). Tiba-tiba waktu itu sepi on the other side, runway.
Kita menyadari penurunan revenue secara sangat drastis karena satu hari kita cuma terbang tiga kali. Itupun isinya 10-15 orang. Padahal sebelumnya kita terbang 300 kali per hari. Jadi bisa kebayangkan pendapatannya dropnya gila-gilaan. Sementara cost kita enggak bisa turun gila-gilaan.
Apa yang Anda lakukan setelah melihat itu?
Ada dua yang menjadi konsen utama. Pertama, sewa pesawat karena mayoritas pesawat kita sewa. Kedua, SDM. Ya, otomatis dengan penerbangan sedikit, SDM-nya kebanyakan karena fungsi SDM itu alat produksi. Kita juga melihat direksi ada delapan pada saat masuk ok-ok saja. Tapi setiap kalau terbang 5-10 pesawat, direksi 8, malu juga. Makanya, pada 2021, kita turunin jadi enam.
Garuda melakukan pengurangan karyawan?
Poin saya, langsung lihat dan lakukan beberapa upaya merestrukturisasi kita punya utang. Kan saya juga diwarisi utang perusahaan dan ke depan bagaimana, plus mencakup SDM. Sementara Pak Jokowi ini bilangnya Covid-19 ini kalau bisa jangan PHK orang. Faktanya, kita susah kalau tidak melakukan sesuatu terhadap jumlah orang. Waktu itu, kita dari sisi orang melakukan berbagai upaya. Sampai hari ini, 38% kita turunkan. Dari 7.000 (pegawai) sekarang tinggal 4.000. Anda enggak pernah dengar ribut. Kenapa? Kita lakukan itu sesuai aturan.
Ada karyawan yang memilih keluar karena situasi berat itu?
Saya menyaksikan beberapa Q person di Garuda pergi. Enggak percaya. Tapi, itu sesuatu kewajaran karena mereka punya beban domestik, rumah. Mereka dipotong gaji, terus menghadapi situasi seperti ini. Banyak teman-teman memancing pernyataan saya terhadap proses sebelumnya. Saya cuma bilang dirut itu kerjanya ke depan. Ke belakang itu polisi dan jaksa. Cuma ketika kita gerak ke depan, mesti sesekali nengok ke belakang.
Semua sudah dilakukan, apa hasilnya?
Jadi dari tahun 2020, kita sudah melakukan dua-duanya, dari sisi SDM dan negosiasi sewa pesawat. Sebenarnya tanpa banyak orang tahu, kita saving USD200 juta. Negosiasi satu-satu. Apalagi 2020, menjelang Desember, itu ribuan orang mau bepergian. Saya ke lapangan, terminal 3 excited. Waktu itu kalau 2021 beres, kembali normal ke 2019, kita mestinya dengan sangat mudah untung Rp3 triliun dari saving. Pada tahun 2021, setelah itu muncul (varian) Delta dan segala macam.
Keuangan semakin memburuk karena pandemi yang berkepanjangan.
Kita terus melakukan negosiasi ke semua pihak sambil tetap enggak bayar. Gimana mau bayar? Income enggak ada. Buku langsung minus, segala macam minus. Ada beberapa diskusi dengan pemegang saham. Alternatif restrukturisasi ini apa sih yang ada? Salah satu yang muncul ke permukaan PKPU, tapi semua orang enggak nyaman dengan proses PKPU. Kenapa? Karena ini perusahaan BUMN. Yang kedua, ini besar. Ketiga, kalau dalam 270 hari tidak tercapai kesepakatan, mau enggak mau, kita pailit.
Banyak pihak mempertanyakan pilihan PKPU?
Saya sering dipanggil sama menteri yang enggak ada hubungannya dengan Garuda. Ditanya, kamu yakin menang PKPU? Enggak. Cuma saya bisa janjikan kepada Bapak dan tim, bahwa kita bekerja keras. There is logic process ini karena enggak ada ceritanya utang kita yang menumpuk ini diselesaikan dengan cara biasa. Cara satu-satunya restrukturisasi. Jadi, agak ngeri-ngeri sedap.
Apa yang Anda pikirkan pada saat awal memilih PKPU?
Itu masa-masa yang sangat kepengin keluar. Enggak tahan juga terhadap pressure-nya. Bukan kerjanya. Tapi bahwa kemudian apa yang akan terjadi selama pada proses PKPU-nya, saya bukan orang legal. Saya kerja kalau utang kita bayar. Ini utangnya gila-gilaan walaupun saya bisa bilang bukan saya yang bikin.
Jadi saya masuk, tahulah situasinya. Permintaan Pak Erick (Menteri BUMN) juga simple. Dia enggak ngomong soal pertumbuhan, profitibility. Come along the job. Cuma dia minta kembalikan kebanggaan publik terhadap Garuda.
Awal tahun 2020, virus Sars Cov-II mulai menyebar. Apa yang terjadi saat itu pada Garuda?
Saya mau analogikan sederhana dulu. Kantor saya itu menghadap ke GMF. Tapi smoking room menghadap ke runway, take off landing. Jadi kalau menghadap ke GMF dulu sepi. Pesawat boleh dibilang cuma ada di hanggar. Ketika kita menghadap ke runway, enggak berhenti-henti (pesawat terbang). Saya sempat berpikir ini (bisa) ada tabrakan karena naik-turun (pesawat). Dulu masih banyak birunya (Garuda). Tiba-tiba waktu itu sepi on the other side, runway.
Kita menyadari penurunan revenue secara sangat drastis karena satu hari kita cuma terbang tiga kali. Itupun isinya 10-15 orang. Padahal sebelumnya kita terbang 300 kali per hari. Jadi bisa kebayangkan pendapatannya dropnya gila-gilaan. Sementara cost kita enggak bisa turun gila-gilaan.
Apa yang Anda lakukan setelah melihat itu?
Ada dua yang menjadi konsen utama. Pertama, sewa pesawat karena mayoritas pesawat kita sewa. Kedua, SDM. Ya, otomatis dengan penerbangan sedikit, SDM-nya kebanyakan karena fungsi SDM itu alat produksi. Kita juga melihat direksi ada delapan pada saat masuk ok-ok saja. Tapi setiap kalau terbang 5-10 pesawat, direksi 8, malu juga. Makanya, pada 2021, kita turunin jadi enam.
Garuda melakukan pengurangan karyawan?
Poin saya, langsung lihat dan lakukan beberapa upaya merestrukturisasi kita punya utang. Kan saya juga diwarisi utang perusahaan dan ke depan bagaimana, plus mencakup SDM. Sementara Pak Jokowi ini bilangnya Covid-19 ini kalau bisa jangan PHK orang. Faktanya, kita susah kalau tidak melakukan sesuatu terhadap jumlah orang. Waktu itu, kita dari sisi orang melakukan berbagai upaya. Sampai hari ini, 38% kita turunkan. Dari 7.000 (pegawai) sekarang tinggal 4.000. Anda enggak pernah dengar ribut. Kenapa? Kita lakukan itu sesuai aturan.
Ada karyawan yang memilih keluar karena situasi berat itu?
Saya menyaksikan beberapa Q person di Garuda pergi. Enggak percaya. Tapi, itu sesuatu kewajaran karena mereka punya beban domestik, rumah. Mereka dipotong gaji, terus menghadapi situasi seperti ini. Banyak teman-teman memancing pernyataan saya terhadap proses sebelumnya. Saya cuma bilang dirut itu kerjanya ke depan. Ke belakang itu polisi dan jaksa. Cuma ketika kita gerak ke depan, mesti sesekali nengok ke belakang.
Semua sudah dilakukan, apa hasilnya?
Jadi dari tahun 2020, kita sudah melakukan dua-duanya, dari sisi SDM dan negosiasi sewa pesawat. Sebenarnya tanpa banyak orang tahu, kita saving USD200 juta. Negosiasi satu-satu. Apalagi 2020, menjelang Desember, itu ribuan orang mau bepergian. Saya ke lapangan, terminal 3 excited. Waktu itu kalau 2021 beres, kembali normal ke 2019, kita mestinya dengan sangat mudah untung Rp3 triliun dari saving. Pada tahun 2021, setelah itu muncul (varian) Delta dan segala macam.
Keuangan semakin memburuk karena pandemi yang berkepanjangan.
Kita terus melakukan negosiasi ke semua pihak sambil tetap enggak bayar. Gimana mau bayar? Income enggak ada. Buku langsung minus, segala macam minus. Ada beberapa diskusi dengan pemegang saham. Alternatif restrukturisasi ini apa sih yang ada? Salah satu yang muncul ke permukaan PKPU, tapi semua orang enggak nyaman dengan proses PKPU. Kenapa? Karena ini perusahaan BUMN. Yang kedua, ini besar. Ketiga, kalau dalam 270 hari tidak tercapai kesepakatan, mau enggak mau, kita pailit.
Banyak pihak mempertanyakan pilihan PKPU?
Saya sering dipanggil sama menteri yang enggak ada hubungannya dengan Garuda. Ditanya, kamu yakin menang PKPU? Enggak. Cuma saya bisa janjikan kepada Bapak dan tim, bahwa kita bekerja keras. There is logic process ini karena enggak ada ceritanya utang kita yang menumpuk ini diselesaikan dengan cara biasa. Cara satu-satunya restrukturisasi. Jadi, agak ngeri-ngeri sedap.
Apa yang Anda pikirkan pada saat awal memilih PKPU?
Itu masa-masa yang sangat kepengin keluar. Enggak tahan juga terhadap pressure-nya. Bukan kerjanya. Tapi bahwa kemudian apa yang akan terjadi selama pada proses PKPU-nya, saya bukan orang legal. Saya kerja kalau utang kita bayar. Ini utangnya gila-gilaan walaupun saya bisa bilang bukan saya yang bikin.