Tiru China, Bos IBC Usul Subsidi BBM Dialihkan ke Baterai Mobil Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) menyarankan pemerintah mengalihkan subsidi energi, termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM) , untuk produksi baterai kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV).
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mencatat keberhasilan produsen baterai di beberapa negara lantaran adanya pengalihan subsidi energi dan insentif untuk produksi baterai. Dia menyebut China sebagai salah satu contoh sukses.
"Jadi ini ada beberapa benchmarking yang sudah kita lakukan, di mana ada beberapa negara yang menjadi kunci utama untuk kesuksesan seperti di China. Itu aspek insentif atau subsidi mendorong industri EV di awal," ungkap Toto saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Selasa (20/9/2022).
Dari studi perbandingan, lanjut Toto, China menjadi negara yang sukses memproduksi baterai untuk kendaraan listrik.
Di awal perintisannya, pemerintah China menggelontorkan subsidi energi untuk EV baterai, subsidi itu sebelumnya dialokasikan untuk sektor energi yang lain.
Menurut dia, pengalihan subsidi BBM ke baterai perlu dilakukan lantaran berpengaruh besar terhadap biaya konsumen, terutama mereka yang beralih dari kendaraan BBM ke kendaraan listrik.
Toto berhitung konponen EV atau kendaraan listrik 40-35% berasal dari baterai. Sehingga, ongkos produksi baterai pun harus menjadi pertimbangan utama.
"Karena baterai ini di kendaraan EV itu kurang lebih 30-35% ada di baterai. Jadi, kalau kita melakukan produksi dari dalam negeri dan tingkat TKDN-nya juga tinggi, itu akan sangat mengurangi biaya dari konsumen untuk mengadopsi EV baik motor maupun mobil," tuturnya.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mencatat keberhasilan produsen baterai di beberapa negara lantaran adanya pengalihan subsidi energi dan insentif untuk produksi baterai. Dia menyebut China sebagai salah satu contoh sukses.
"Jadi ini ada beberapa benchmarking yang sudah kita lakukan, di mana ada beberapa negara yang menjadi kunci utama untuk kesuksesan seperti di China. Itu aspek insentif atau subsidi mendorong industri EV di awal," ungkap Toto saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Selasa (20/9/2022).
Dari studi perbandingan, lanjut Toto, China menjadi negara yang sukses memproduksi baterai untuk kendaraan listrik.
Di awal perintisannya, pemerintah China menggelontorkan subsidi energi untuk EV baterai, subsidi itu sebelumnya dialokasikan untuk sektor energi yang lain.
Menurut dia, pengalihan subsidi BBM ke baterai perlu dilakukan lantaran berpengaruh besar terhadap biaya konsumen, terutama mereka yang beralih dari kendaraan BBM ke kendaraan listrik.
Toto berhitung konponen EV atau kendaraan listrik 40-35% berasal dari baterai. Sehingga, ongkos produksi baterai pun harus menjadi pertimbangan utama.
"Karena baterai ini di kendaraan EV itu kurang lebih 30-35% ada di baterai. Jadi, kalau kita melakukan produksi dari dalam negeri dan tingkat TKDN-nya juga tinggi, itu akan sangat mengurangi biaya dari konsumen untuk mengadopsi EV baik motor maupun mobil," tuturnya.
(ind)