Rupiah Ditutup Loyo di Rp15.319 per Dolar, Ini Pemicunya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah 68 poin di level Rp15.319 pada perdagangan sore ini.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang Garuda ini melemah lantaran dipicu oleh upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan harga.
Selain itu juga langkah pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos) ke masyarakat dan UMKM untuk menguatkan konsumsi dalam negeri. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi datangnya krisis ekonomi global.
''Namun strategi pemerintah tepat dalam menyikapi gejolak global dengan menjaga kestabilan harga serta memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (10/10/22).
Ibrahim menambahkan, solusi untuk bertahan dari badai ekonomi global adalah dengan menjaga daya beli masyarakat karena ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dalam negeri. Sebagai catatan, 50% dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan tiga jenis tambahan bantalan sosial dengan total anggaran mencapai Rp24,17 triliun yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan penggunaan 2% Dana Transfer Umum (DTU) oleh Pemerintah Daerah.
Pemberian bantalan sosial diharapkan dapat melindungi daya beli masyarakat dari tekanan kenaikan harga global. Selain itu, pemerintah terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga.
Di sisi lain , Ibrahim mengingatkan pentingnya keberpihakan pada dana bantuan sosial pada tahun mendatang mengingat tantangan ekonomi global diprediksi akan semakin berat ke depan.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang Garuda ini melemah lantaran dipicu oleh upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan harga.
Selain itu juga langkah pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos) ke masyarakat dan UMKM untuk menguatkan konsumsi dalam negeri. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi datangnya krisis ekonomi global.
''Namun strategi pemerintah tepat dalam menyikapi gejolak global dengan menjaga kestabilan harga serta memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (10/10/22).
Ibrahim menambahkan, solusi untuk bertahan dari badai ekonomi global adalah dengan menjaga daya beli masyarakat karena ekonomi Indonesia lebih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dalam negeri. Sebagai catatan, 50% dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan tiga jenis tambahan bantalan sosial dengan total anggaran mencapai Rp24,17 triliun yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan penggunaan 2% Dana Transfer Umum (DTU) oleh Pemerintah Daerah.
Pemberian bantalan sosial diharapkan dapat melindungi daya beli masyarakat dari tekanan kenaikan harga global. Selain itu, pemerintah terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga.
Di sisi lain , Ibrahim mengingatkan pentingnya keberpihakan pada dana bantuan sosial pada tahun mendatang mengingat tantangan ekonomi global diprediksi akan semakin berat ke depan.