Rogoh Rp24 Triliun, Salim Group Cicipi Legitnya Bisnis Batu Bara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Legitnya bisnis batu bara membuat Salim Group tak tahan juga untuk mencicipinya. Lewat skema private placement, gergasi ini merogoh koceknya Rp24 triliun untuk menggenggam 200 miliar saham biasa seri C milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini, Selasa (11/10/2022), manajemen BUMI meminta persetujuan para pemegang saham untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
BUMI Resources akan menambah saham baru sebanyak 200 miliar saham biasa seri C dengan harga pelaksanaan Rp120 per saham atau setara Rp 24 triliun. Saham tersebut pun akan diserap oleh dua perusahaan yang dikendalikan Salim Group yang berbasis di Hong Kong.
Kedua perusahaan itu adalah Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investements Limited (TGIL). Keduanya akan memiliki masing-masing kepemilikan 85% dan 15% saham yang dilepas BUMI Resources.
“MEL dan TGIL merupakan pihak yang dikendalikan oleh Anthony Salim dan merupakan perusahaan yang tergabung dalam kelompok usaha Salim,” tulis BUMI, dikutip Selasa (11/10/2022).
Pengamat Pasar Modal dan Founder Central Capital, Wahyu Tri Laksono, menanggapi isu Salim Group masuk BUMI Resources melalui private placement. Menurutnya, sepanjang semester I-2022, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar USD968,68 juta atau setara Rp14,45 triliun (kurs Rp14.925) meningkat 129,6% dari periode yang sama atau year-on-year (yoy).
Laba bersih yang dicatatkan BUMI mencapai USD167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768% dari USD1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
"Ini jelas sentimen positif bagi bumi resources," kata Wahyu saat dihubungi MNC Portal, Selasa (11/10/2022).
Di mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dan supply chain issues memicu booming komoditas global, terutama di sektor energi kian menaik, termasuk batu bara.
"Walaupun saat ini terjadi koreksi harga dan potensi pelemahan demand terkait ancaman resesi global. Tapi tetap saja energi itu seksi. Buktinya OPEC sekarang malah mengurangi produksi dan memicu rebound oil. Eropa yang anti-coal justru terpaksa ikut pake coal juga sekarang," katanya.
Dia menilai, faktor utama kenaikan harga karena jarak atau gap antara permintaan batu bara dan pasokannya makin besar. Menurut dia, pasokan selalu statis atau bahkan menurun sementara permintaan makin besar di mana-mana.
"Nah, kalo Salim masuk ini adalah bagian dari respons terhadap potensi tersebut," ucapnya.
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini, Selasa (11/10/2022), manajemen BUMI meminta persetujuan para pemegang saham untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
BUMI Resources akan menambah saham baru sebanyak 200 miliar saham biasa seri C dengan harga pelaksanaan Rp120 per saham atau setara Rp 24 triliun. Saham tersebut pun akan diserap oleh dua perusahaan yang dikendalikan Salim Group yang berbasis di Hong Kong.
Kedua perusahaan itu adalah Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investements Limited (TGIL). Keduanya akan memiliki masing-masing kepemilikan 85% dan 15% saham yang dilepas BUMI Resources.
“MEL dan TGIL merupakan pihak yang dikendalikan oleh Anthony Salim dan merupakan perusahaan yang tergabung dalam kelompok usaha Salim,” tulis BUMI, dikutip Selasa (11/10/2022).
Pengamat Pasar Modal dan Founder Central Capital, Wahyu Tri Laksono, menanggapi isu Salim Group masuk BUMI Resources melalui private placement. Menurutnya, sepanjang semester I-2022, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar USD968,68 juta atau setara Rp14,45 triliun (kurs Rp14.925) meningkat 129,6% dari periode yang sama atau year-on-year (yoy).
Laba bersih yang dicatatkan BUMI mencapai USD167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768% dari USD1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
"Ini jelas sentimen positif bagi bumi resources," kata Wahyu saat dihubungi MNC Portal, Selasa (11/10/2022).
Di mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dan supply chain issues memicu booming komoditas global, terutama di sektor energi kian menaik, termasuk batu bara.
"Walaupun saat ini terjadi koreksi harga dan potensi pelemahan demand terkait ancaman resesi global. Tapi tetap saja energi itu seksi. Buktinya OPEC sekarang malah mengurangi produksi dan memicu rebound oil. Eropa yang anti-coal justru terpaksa ikut pake coal juga sekarang," katanya.
Dia menilai, faktor utama kenaikan harga karena jarak atau gap antara permintaan batu bara dan pasokannya makin besar. Menurut dia, pasokan selalu statis atau bahkan menurun sementara permintaan makin besar di mana-mana.
"Nah, kalo Salim masuk ini adalah bagian dari respons terhadap potensi tersebut," ucapnya.
(uka)