Jokowi Beberkan Ada 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Termasuk Indonesia?

Selasa, 11 Oktober 2022 - 11:46 WIB
loading...
Jokowi Beberkan Ada...
Terungkap ada 28 negara sedang antre di markas Internasional Monetery Fund (IMF) di Washington DC, AS. Presiden Jokowi mengingatkan, semua pihak hati-hati dan waspada. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Terungkap ada 28 negara sedang antre di markas Internasional Monetery Fund (IMF) di Washington DC, Amerika Serikat. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) dalam sambutannya pada acara Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10/2022).

"Pagi tadi saya mendapatkan informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," kata Jokowi.



Jokowi pun mengingatkan semua pihak untuk tetap optimis dalam mengendalikan inflasi di Indonesia. Namun, juga perlu berhati-hati dan waspada. "Ini yang sekali lagi kita tetap harus menjaga optimisme tapi yang lebih penting hati-hati dan waspada, eling lan waspodo," ucap Jokowi.

Presiden juga menyebut bahwa saat ini negara manapun dapat keluar jalur dalam pengelolaan moneter dan fiskal. Hal itu dikarenakan konfrontasi geopolitik, dan perubahan iklim.

"Apalagi setelah perang Rusia dan Ukraina, kita tahu pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen, terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen. Inilah yang sering disampaikann membayar hargaa dari sebuah perang, yang harganya sangat mahal sekali," jelasnya.

Namun dengan ketidakpastian itu, Jokowi meminta semua pihak untuk optimis diikuti dengan kehati-hatian dan kewaspadaan. Baca Juga:Jokowi: Ketidakpastian Dunia Tinggi, Semua Negara dalam Posisi Sulit

"Karena apapun angka-angka yang kita miliki Indonesia pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua kita termasuk yang terbaik di dunia, 5,44 persen. inflasi juga masih terkendali setelah kenaikan BBM, kita masih di angka di bawah 6, 5,9," terangJokowi.

Hal tersebut pun patut disyukuri, kata Jokowi, karena jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Argentina misalnya inflasi mencapai 83,5 persen dengan kenaikan suku bunga 3.700. Sedangkan Indonesia tingkat inflasinya 5,9 persen dengan perubahan suku buunga kita di 75 basis poin.

"Artinya, moneter kita masih pada posisi yg bisa kita kendalikan. Karena apa? Yang saya lihat di dalam keseharian antara bank sentral kita BI dan kementerian keuangan ini brjalan beriringan, berjalannya rukun, tidak saling tumpang tindih. Ini yang saya lihat, komunikasinya baik, sehingga fiskal dan moneter itu bisa berjalan bersama-sama," ungkapnya.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1572 seconds (0.1#10.140)