Jajaki Potensi Tebu untuk Campuran BBM, Menteri ESDM Temui Konsultan Brasil dan Orang Terkaya RI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menjajaki peluang pemanfaatan tebu sebagai bahan produksi bioetanol untuk campuran bahan bakar minyak (BBM) .
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beserta jajarannya hari ini melakukan pertemuan dengan konsultan dari Brasil dan pengusaha yang juga salah satu orang terkaya di Indonesia Peter Sondakh. Pertemuan tersebut membahas pengembangan bioetanol di Tanah Air.
Kementerian ESDM menilai ada potensi yang besar untuk pengembangan bioetanol di Indonesia. Pemanfaatan bioetanol diklaim menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi emisi karbon di transportasi.
Tebu yang merupakan bahan baku produksi bioetanol juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri lain. Arifin mengatakan bahwa produksi tebu untuk menjadi bioetanol di Indonesia memiliki potensi besar. Hal ini bisa dibandingkan dengan Brazil yang juga memproduksi bioetanol sebagai campuran bahan bakar.
Tercatat, lahan tebu di Indonesia mencapai 400.000 hektar. Arifin mengatakan, bila dibandingkan dengan Brasil sebagai produsen bioetanol, lahan yang dimiliki seluas 9,1 juta hektar.
"Untuk campuran sama BBM ya bioetanol. Sekarang di Brasil ada dua jenis, E27 sama E100. Nah dengan itu Brasil tuh bisa menghemat," ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/10/2022).
Selain itu, potensi produksi bioetanol ini juga didukung dengan total lahan yang dimiliki Indonesia yang mencapai 191 juta hektar. Dari segi produktivitas, Brasil bisa menghasilkan sebanyak tiga kali hasil bila dibandingkan dengan Indonesia.
"Kita katanya dibandingkan Brasil, potensi kita cukup banyak ya. Jadi kebanyakan ini kan kita jualan, kita kan bikin produksi juga," kata Arifin.
Pemanfaatan ini sejalan dengan visi presiden Joko Widodo dalam melihat potensi perkebunan dan pertanian semaksimal mungkin.
Sebelumnya, hasil tebu masih kurang dioptimalkan. Namun kini, potensi tebu akan terus digali termasuk untuk perkembangan bioetanol.
"Ini adalah visinya Presiden, untuk bisa melihat potensi-potensi ya. Sektor perkebunan dan pertanian kita untuk bisa digunakan semaksimal mungkin. Selama ini kan gula kurang dapat perhatian, dari tebu, sekarang mulai dapat perhatian penuh dari beliau," tuturnya.
Untuk diketahui, Kementerian BUMN telah melaksanakan revitalisasi industri gula nasional yang salah satu tujuannya juga mendukung produksi bioethanol berbasis tebu dalam rangka ketahanan energi, dan pelaksanaan energi bersih melalui penggunaan bahan bakar nabati (biofuel).
Revitalisasi industri gula dilakukan dengan membentuk PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yakni gabungan 7 PTPN dan anak PTPN, serta dua cucu perusahaan.
SGN akan menggarap lahan 700.000 hektare (ha) untuk ditanami tebu mulai tahun ini. Revitalisasi ditargetkan membawa Indonesia mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2028.
Melalui revitalisasi ini, produksi gula nasional ditargetkan naik secara bertahap dari saat ini 2,35 juta ton per tahun menjadi 4,73 juta ton sampai 5,7 juta ton per tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beserta jajarannya hari ini melakukan pertemuan dengan konsultan dari Brasil dan pengusaha yang juga salah satu orang terkaya di Indonesia Peter Sondakh. Pertemuan tersebut membahas pengembangan bioetanol di Tanah Air.
Kementerian ESDM menilai ada potensi yang besar untuk pengembangan bioetanol di Indonesia. Pemanfaatan bioetanol diklaim menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi emisi karbon di transportasi.
Tebu yang merupakan bahan baku produksi bioetanol juga dimanfaatkan untuk kebutuhan industri lain. Arifin mengatakan bahwa produksi tebu untuk menjadi bioetanol di Indonesia memiliki potensi besar. Hal ini bisa dibandingkan dengan Brazil yang juga memproduksi bioetanol sebagai campuran bahan bakar.
Tercatat, lahan tebu di Indonesia mencapai 400.000 hektar. Arifin mengatakan, bila dibandingkan dengan Brasil sebagai produsen bioetanol, lahan yang dimiliki seluas 9,1 juta hektar.
"Untuk campuran sama BBM ya bioetanol. Sekarang di Brasil ada dua jenis, E27 sama E100. Nah dengan itu Brasil tuh bisa menghemat," ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/10/2022).
Selain itu, potensi produksi bioetanol ini juga didukung dengan total lahan yang dimiliki Indonesia yang mencapai 191 juta hektar. Dari segi produktivitas, Brasil bisa menghasilkan sebanyak tiga kali hasil bila dibandingkan dengan Indonesia.
"Kita katanya dibandingkan Brasil, potensi kita cukup banyak ya. Jadi kebanyakan ini kan kita jualan, kita kan bikin produksi juga," kata Arifin.
Pemanfaatan ini sejalan dengan visi presiden Joko Widodo dalam melihat potensi perkebunan dan pertanian semaksimal mungkin.
Sebelumnya, hasil tebu masih kurang dioptimalkan. Namun kini, potensi tebu akan terus digali termasuk untuk perkembangan bioetanol.
"Ini adalah visinya Presiden, untuk bisa melihat potensi-potensi ya. Sektor perkebunan dan pertanian kita untuk bisa digunakan semaksimal mungkin. Selama ini kan gula kurang dapat perhatian, dari tebu, sekarang mulai dapat perhatian penuh dari beliau," tuturnya.
Untuk diketahui, Kementerian BUMN telah melaksanakan revitalisasi industri gula nasional yang salah satu tujuannya juga mendukung produksi bioethanol berbasis tebu dalam rangka ketahanan energi, dan pelaksanaan energi bersih melalui penggunaan bahan bakar nabati (biofuel).
Revitalisasi industri gula dilakukan dengan membentuk PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yakni gabungan 7 PTPN dan anak PTPN, serta dua cucu perusahaan.
SGN akan menggarap lahan 700.000 hektare (ha) untuk ditanami tebu mulai tahun ini. Revitalisasi ditargetkan membawa Indonesia mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2028.
Melalui revitalisasi ini, produksi gula nasional ditargetkan naik secara bertahap dari saat ini 2,35 juta ton per tahun menjadi 4,73 juta ton sampai 5,7 juta ton per tahun.
(ind)