Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Devisa Rp100 Triliun Melayang

Senin, 17 Oktober 2022 - 14:15 WIB
loading...
Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Devisa Rp100 Triliun Melayang
Cadangan devisa berpotensi kian tergerus disebabkan banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pasien yang berobat ke luar negeri dari Indonesia cukup banyak. Minimnya jumlah dokter spesialis di berbagai rumah sakit di Indonesia, mendorong masyarakat berobat ke luar negeri, sehingga devisa hampir USD6 miliar per tahun atau sekitar Rp100 triliun dinikmati negara lain.

Presiden Komisaris Siloam International Hospitals (SILO) John Riady mengatakan, secara kualitas dokter-dokter spesialis di Indonesia tidak kalah dan banyak yang melampaui koleganya di luar negeri karena terbiasa menghadapi persoalan kesehatan yang lebih kompleks dan berat di dalam negeri.

"Hanya saja, keberadaan dokter-dokter spesialis masih berpusat di Jakarta. Semakin jauh dari kota besar, kualitas dan jumlah dokter semakin berkurang," kata John di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Dia mendukung kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas fenomena banyaknya masyarakat berobat ke luar negeri hingga menghabiskan dana USD6 miliar per tahun. Jokowi mengungkapkan, masyarakat kelas atas itu cenderung berobat ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang karena kurang mengapresiasi keberadaan rumah sakit dan layanan kesehatan di dalam negeri.

"Karena masyarakat memandang di dalam negeri, entah rumah sakitnya, entah tenaga kesehatan, dan alat kesehatannya belum siap atau lebih baik berobat ke luar daripada di dalam negeri," ujarnya.



John mengungkapkan, saat ini jumlah dokter hanya sekitar 81.011 orang, dengan persebaran terbanyak di Pulau Jawa, terutama Jabodetabek. Rasio itu hanya mencapai 0,3 per 1.000 orang.

“Lemahnya industri kesehatan di Indonesia, justru telah menguntungkan negara-negara tetangga yang memiliki industri jasa kesehatan lebih maju. Persoalannya, dari sisi supply layanan kesehatan secara nasional dinilai sangat kurang, terutama dari segi kuantitas, Indonesia hanya memiliki rasio ranjang 1,33 per 1.000 orang,” tambahnya.

Padahal, sektor kesehatan merupakan salah satu tulang punggung pemasukan ekonomi nasional. Apalagi, terdapat kebutuhan yang meningkat seiring antisipasi merebaknya wabah di masa depan maupun pertumbuhan pendapatan masyarakat. Indonesia memiliki pasar yang besar untuk industri kesehatan, sementara itu sekitar 600 ribu masyarakat Indonesia pergi keluar negeri.

“Ke depan tren masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat. Bahkan hidup sehat sekarang sudah menjadi gaya hidup,” kata John.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2058 seconds (0.1#10.140)