Rupiah Ambruk Sentuh Level Rp15.570/USD, BI: Lebih Baik dari India dan Malaysia

Kamis, 20 Oktober 2022 - 22:48 WIB
loading...
Rupiah Ambruk Sentuh...
Saat Kurs rupiah di pasar spot ambruk hingga melewati level Rp15.500 per USD. Gubernur BI Perry Warjiyo mengklaim, rupiah lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah sangat kuatnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.



Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai tertinggi 114,76 pada tanggal 28 September 2022 dan tercatat 112,98 pada 19 Oktober 2022 atau mengalami penguatan sebesar 18,10% (ytd) selama tahun 2022.

"Sementara itu, nilai tukar Rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 10,42%, Malaysia 11,75%, dan Thailand 12,55%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Berdasarkan pasar spot, rupiah terpantau ambruk semakin dalam hingga sentuh posisi Rp15.570 per USD.Berdasarkan data terakhir Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI per 19 Oktober 2022, rupiah berada di level Rp 15.491 per dolar AS. Angka ini memburuk dari level 18 Oktober 2022 sebesar Rp 15.469 per dolar AS.



Depresiasi tersebut sejalan dengan menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara. Terutama respons AS terhadap tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," pungkas Perry.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2070 seconds (0.1#10.140)