Kawasan Arafura dan Laut Timor Dorong Ekonomi Masyarakat Pesisir
loading...
A
A
A
TANGERANG - Regional Project Manager UNDP/GEF/PEMSEA Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II Handoko Adi Susanto mengungkapkan Kawasan Arafuru dan Laut Timor turut berkontribusi membangun masyarakat pesisir.
Hal tersebut disampaikan Kemitraan dalam Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Asia Timur (PEMSEA) Network of Local Governments (PNLG) Forum dan Integrated Coastal Management (ICM) 2022 di Atria Hotel Gading Serpong, Tangerang.
"Kawasan Arafura dan Laut Timor telah memberikan dampak terhadap sosial ekonomi di masyarakat kawasan pesisir," kata Handoko, Kamis (27/10/2022).
Menurut dia kawasan tersebut berkotribusi sebesar USD7,3 miliar untuk membantu ekonomi kawasan masyarakat pesisir. Adapun jumlah tersebut berdasarkan nilai tahunan semua jasa ekosistem yang dianalisis dari data laporan 2016 hingga tahun 2020. Kontribusi nilai ekonomi tertinggi dari jumlah tersebut berasal dari jasa budaya, khususnya pariwisata. "Kedua berasal dari kategori jasa penyediaan, yang meliputi perikanan, kayu, dan budidaya," jelasnya.
Sementara itu, kategori nilai ekonomi terendah berasal dari jasa pendukung yang terkait dengan manfaat keanekaragaman hayati. "Beberapa jasa ekosistem tersebut tidak memiliki pasar, sehingga tidak dapat diukur dan diubah menjadi nilai moneter yang konkret," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan Kemitraan dalam Pengelolaan Lingkungan Pesisir di Asia Timur (PEMSEA) Network of Local Governments (PNLG) Forum dan Integrated Coastal Management (ICM) 2022 di Atria Hotel Gading Serpong, Tangerang.
"Kawasan Arafura dan Laut Timor telah memberikan dampak terhadap sosial ekonomi di masyarakat kawasan pesisir," kata Handoko, Kamis (27/10/2022).
Menurut dia kawasan tersebut berkotribusi sebesar USD7,3 miliar untuk membantu ekonomi kawasan masyarakat pesisir. Adapun jumlah tersebut berdasarkan nilai tahunan semua jasa ekosistem yang dianalisis dari data laporan 2016 hingga tahun 2020. Kontribusi nilai ekonomi tertinggi dari jumlah tersebut berasal dari jasa budaya, khususnya pariwisata. "Kedua berasal dari kategori jasa penyediaan, yang meliputi perikanan, kayu, dan budidaya," jelasnya.
Sementara itu, kategori nilai ekonomi terendah berasal dari jasa pendukung yang terkait dengan manfaat keanekaragaman hayati. "Beberapa jasa ekosistem tersebut tidak memiliki pasar, sehingga tidak dapat diukur dan diubah menjadi nilai moneter yang konkret," pungkasnya.
(nng)