Krisis Akibat Pandemi, Bisakah UMKM Jadi Penyelamat Ekonomi (Lagi)

Selasa, 07 Juli 2020 - 08:31 WIB
loading...
Krisis Akibat Pandemi,...
Krisis ekonomi yang terjadi saat ini berbeda dengan krisis di medio 1998. Kala itu, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tampil sebagai pahlawan. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Krisis ekonomi yang terjadi saat ini berbeda dengan krisis di medio 1998. Kala itu, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tampil sebagai pahlawan.

Di saat usaha besar dan konglomerasi bertumbangan, UMKM tetap tangguh, kokoh tak goyah terhadap hantaman krisis politik yang kemudian berlanjut ke krisis keuangan dan ekonomi. Tak hanya itu, sektor UMKM terbukti bisa menjadi trigger terhadap pemulihan ekonomi nasional.

Namun kini kondisinya beda. Krisis ekonomi saat ini semuanya terdampak. Usaha besar terpuruk, pun demikian UMKM. Bahkan, sebagaimana diakui Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki di berbagai kesempatan, saat ini justru UMKM menjadi sektor yang paling berdarah-darah, baik dari sisi pasokan maupun permintaan.

Oleh karena itu, Teten menganggap langkah untuk menciptakan demand adalah sesuatu yang penting. Hanya saja, lanjut Teten, ketika sisi permintaan terpukul, lalu pembiayaan digelontorkan dan relaksasi pembiayaan dilakukan untuk meringankan cashflow UMKM, tapi masalah demand-nya tidak diciptakan, maka akan berpotensi menjadi kredit macet. Simalakama memang.

Kita tahu semua bahwa saat ini daya beli masyarakat juga terpuruk. Terkendalinya laju inflasi selama tiga bulan terakhir bukan karena keberhasilan pemerintah dan Bank Indonesia (BI), namun karena daya beli masyarakat yang turun. (Baca: Hari Pertama Perkantoran di Jakarta Buka, Penumpang ransjakarta dan MRT Masih Sepi)

Namun, apakah kita sudah tidak ada cara untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga permintaan atau demand meningkat? Tentu saja masih ada. Di sini perlu peran serta pemerintah.

Sejatinya pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan atau program padat karya dan berbagai bantuan sosial (bansos). Cara ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat karena dengan kebijakan tersebut akan banyak uang yang beredar di masyarakat.

Cara lainnya yakni mempercepat belanja barang maupun jasa kementerian dan lembaga (K/L). Tujuannya sama, cara ini juga agar lebih banyak uang yang beredar di masyarakat sehingga dengan demikian daya beli meningkat.

Teorinya mudah, namun pelaksanaannya sulit. Sebab hingga saat ini belanja K/L masih minim. Wajar saja Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kecewa dan terlihat marah kepada para menterinya sebagaimana terlihat pada rapat kabinet Kamis (18/6/2020) lalu. (Baca juga: Tak Hanya RI, Sejumlah Negara Juga Terapkan Skema Berbagi Beban)

Saat itu, Presiden Jokowi meminta kepada para pembantunya agar mempercepat belanja di kementerian maupun lembaga yang dipimpinnya. “Segera keluarkan, karena dengan demikian uang beredar akan semakin banyak, konsumsi masyarakat akan naik,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Uji Publik Program Perintis...
Uji Publik Program Perintis Berdaya demi Memperkuat Kemandirian Ekonomi
Rumah BUMN SIG Dorong...
Rumah BUMN SIG Dorong Pemasaran Produk UMKM Rembang
iNews Media Group, MNC...
iNews Media Group, MNC Financial Services, dan MPStore Kolaborasi Dorong Digitalisasi UMKM
Raup Rp180 Juta per...
Raup Rp180 Juta per Bulan, Azlina Jadi Inspirasi Perempuan UMKM
Waroeng Tani, Bukti...
Waroeng Tani, Bukti Nyata Manfaat Pendanaan BRI untuk Bisnis hingga Lintas Generasi
PNM Dukung Perempuan...
PNM Dukung Perempuan Mandiri ala Kartini Masa Kini
Dukungan BRI Antar Usaha...
Dukungan BRI Antar Usaha Lokal Perhiasan Batu Alam Rambah Pasar Internasional
Rumah BUMN SIG Dampingi...
Rumah BUMN SIG Dampingi 495 UMKM Naik Kelas, Serap 1.869 Tenaga Kerja
Difasilitasi BRI, Pengusaha...
Difasilitasi BRI, Pengusaha UMKM Asal Sidoarjo Ini Sukses Tembus Pasar Ekspor
Rekomendasi
Hasil Kualifikasi MotoGP...
Hasil Kualifikasi MotoGP Spanyol 2025: Fabio Quartararo Rebut Pole Position!
Anies, Ganjar, hingga...
Anies, Ganjar, hingga Megawati Hadiri Pengukuhan Pengurus DPP Hanura
AS Butuh Rp15.919 Triliun...
AS Butuh Rp15.919 Triliun untuk Memodernisasi Senjata Nuklirnya
Berita Terkini
Gara-gara AI Menteri...
Gara-gara AI Menteri Ketenagakerjaan Negara BRICS Kumpul Bareng di Brasil
33 menit yang lalu
Dukung Kemandirian Industri...
Dukung Kemandirian Industri Kimia, Petrokimia Gresik Perkuat Hilirisasi Sulfur
1 jam yang lalu
Diproduksi di Solo,...
Diproduksi di Solo, GSP Siap Pasok Kain American Drill ke Pasar Domestik dan Global
2 jam yang lalu
Pemprov DKI Jakarta...
Pemprov DKI Jakarta Diskon Bayar PBB-P2 Tahun 2025, Catat Tanggalnya
2 jam yang lalu
10 Saham Paling Boncos...
10 Saham Paling Boncos dalam Sepekan 21-25 April 2025, Intip Daftarnya
2 jam yang lalu
Kolaborasi Perusahaan...
Kolaborasi Perusahaan Asuransi Ini dan Perbankan Hadirkan Perlindungan Unik
3 jam yang lalu
Infografis
10 Negara Berkembang...
10 Negara Berkembang Alami Krisis Ekonomi Akibat Utang Menumpuk
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved