Pengembangan Blue dan Green Ammonia untuk Kurangi Emisi Karbon
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen mendukung target penurunan emisi karbon dan net zero emission (NZE) pemerintah yang ditargetkan tercapai pada tahun 2060. Perusahaan telah memiliki tim dekarbonisasi yang menyusun peta jalan dekarbonisasi Pupuk Indonesia (PI) Grup dan terus menjalankan inisiatif strategis seperti efisiensi proses dan revitalisasi pabrik eksisting.
Pupuk Indonesia juga akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia sebagai energi carrier untuk hydrogen. Hal ini disampaikan Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto dalam talkshow “State-Owned Enterprise’s Contributions towards Net Zero Emission 2060: Opportunities and Challenges” di Paviliun Indonesia pada gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP-27 UNFCCC) di Sharm el-Sheikh, Mesir, beberapa hari lalu.
Berdasarkan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), Pemerintah Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89% di tahun 2030 secara swadaya dan 43,20% dengan dukungan internasional. “Kami ingin menyampaikan bahwa Pupuk Indonesia sebagai salah satu BUMN mendukung target pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi yang tertuang dalam NDC dan net zero emission 2060,” demikian ungkap Nugroho, dalam keterangannya, Rabu (16/11/2022).
Amonia selama ini telah menjadi sumber utama untuk pupuk nitrogen dan sangat diperlukan oleh tanaman. Amonia yang kita kenal saat ini, yang disebut dengan grey ammonia, membantu pencapaian zero hunger 2030 dalam Sustainable Development Goals. Namun, proses produksi grey ammonia menimbulkan emisi yang berasal dari bahan baku energi fosil dan proses pembakaran energi fosil untuk menghasilkan panas dengan temperatur tinggi.
Dekarbonisasi untuk industri pupuk secara teknis memungkinkan namun membutuhkan terobosan dari sisi teknologi, perubahan preferensi pelanggan dan tentunya terobosan regulasi. Melihat tantangan dan peluang yang ada, PI Grup akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia.
Diproyeksikan kebutuhan blue dan green ammonia akan mulai berkembang di tahun 2030 dan terus meningkat hingga 2060. Demand pada tahun 2060 akan mencapai 7 juta ton ekivalen hidrogen, yang mencakup 50% kebutuhan shipping fuel, 7% kebutuhan bahan bakar truk dan 4% sektor tenaga listrik.
Peluang blue ammonia terbilang cukup besar dengan adanya kebutuhan Pemerintah Jepang melakukan co-firing ammonia pada pembangkit listriknya. Diproyeksikan kebutuhan blue ammonia Pemerintah Jepang sebesar 3 juta ton pada 2030 dan meningkat menjadi 30 ton pada tahun 2050.
Sementara itu, pengembangan green ammonia sangat bergantung pada akses listrik murah tanpa karbon. Pemerintah sedang mempercepat pengembangan energi terbarukan dan pangsa energi terbarukan sebagai pasokan energi primer telah meningkat hingga 63%. Ini akan bermanfaat bagi industri dan tentunya untuk industri pupuk. Untuk mencapai pengurangan emisi industri yang signifikan, PI Group telah berkomitmen dan menjalankan berbagai inisiatif sejak dekade terakhir.
“Melalui revitalisasi industri pupuk, kami telah membangun pabrik Pupuk Kaltim-5 di Bontang, Pusri-IIB di Palembang, dan Amurea II di Gresik. Pabrik baru dengan teknologi terbaru ini mengelola efisiensi energi dan mengarahkan kami untuk memenuhi target NDC dibandingkan dengan bisnis seperti biasa,” imbuh Nugroho.
Pupuk Indonesia juga akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia sebagai energi carrier untuk hydrogen. Hal ini disampaikan Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto dalam talkshow “State-Owned Enterprise’s Contributions towards Net Zero Emission 2060: Opportunities and Challenges” di Paviliun Indonesia pada gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP-27 UNFCCC) di Sharm el-Sheikh, Mesir, beberapa hari lalu.
Berdasarkan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), Pemerintah Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89% di tahun 2030 secara swadaya dan 43,20% dengan dukungan internasional. “Kami ingin menyampaikan bahwa Pupuk Indonesia sebagai salah satu BUMN mendukung target pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi yang tertuang dalam NDC dan net zero emission 2060,” demikian ungkap Nugroho, dalam keterangannya, Rabu (16/11/2022).
Amonia selama ini telah menjadi sumber utama untuk pupuk nitrogen dan sangat diperlukan oleh tanaman. Amonia yang kita kenal saat ini, yang disebut dengan grey ammonia, membantu pencapaian zero hunger 2030 dalam Sustainable Development Goals. Namun, proses produksi grey ammonia menimbulkan emisi yang berasal dari bahan baku energi fosil dan proses pembakaran energi fosil untuk menghasilkan panas dengan temperatur tinggi.
Dekarbonisasi untuk industri pupuk secara teknis memungkinkan namun membutuhkan terobosan dari sisi teknologi, perubahan preferensi pelanggan dan tentunya terobosan regulasi. Melihat tantangan dan peluang yang ada, PI Grup akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia.
Diproyeksikan kebutuhan blue dan green ammonia akan mulai berkembang di tahun 2030 dan terus meningkat hingga 2060. Demand pada tahun 2060 akan mencapai 7 juta ton ekivalen hidrogen, yang mencakup 50% kebutuhan shipping fuel, 7% kebutuhan bahan bakar truk dan 4% sektor tenaga listrik.
Peluang blue ammonia terbilang cukup besar dengan adanya kebutuhan Pemerintah Jepang melakukan co-firing ammonia pada pembangkit listriknya. Diproyeksikan kebutuhan blue ammonia Pemerintah Jepang sebesar 3 juta ton pada 2030 dan meningkat menjadi 30 ton pada tahun 2050.
Sementara itu, pengembangan green ammonia sangat bergantung pada akses listrik murah tanpa karbon. Pemerintah sedang mempercepat pengembangan energi terbarukan dan pangsa energi terbarukan sebagai pasokan energi primer telah meningkat hingga 63%. Ini akan bermanfaat bagi industri dan tentunya untuk industri pupuk. Untuk mencapai pengurangan emisi industri yang signifikan, PI Group telah berkomitmen dan menjalankan berbagai inisiatif sejak dekade terakhir.
“Melalui revitalisasi industri pupuk, kami telah membangun pabrik Pupuk Kaltim-5 di Bontang, Pusri-IIB di Palembang, dan Amurea II di Gresik. Pabrik baru dengan teknologi terbaru ini mengelola efisiensi energi dan mengarahkan kami untuk memenuhi target NDC dibandingkan dengan bisnis seperti biasa,” imbuh Nugroho.