IDI: Pemanfaatan Tanaman Eucalyptus Bisa Tekan Impor Bahan Obat

Rabu, 08 Juli 2020 - 18:25 WIB
loading...
IDI: Pemanfaatan Tanaman...
Kementan dan IDI sinergi penelitian eucalyptus. FOTO/Dok.Kementan.
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia , Daeng Muhammad Faqih menilai penelitian Balitbang Kementan pemanfaatan tanaman eucalyptus dapat mengurangi ketergantungan impor bahan obat. Oleh karena itu, ia menilai, kerja sama tersebut akan menciptakan suatu terobosan yang memberikan harapan dan dorongan terhadap Indonesia dalam memerangi wabah virus.

"Temuan kandungan pada tanaman eucalyptus oleh Balitbangtan Kementan telah menyadarkan kita bahwa kita kurang memanfaatkan produk dalam negeri yang kita olah sendiri," katanya di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (8/7/2020).

(BACA JUGA: Kementan dan IDI Kolaborasi Penelitian Eucalyptus)

Menurut Faqih, selama ini alat kesehatan dan obat-obatan di Indonesia hampir seluruh produknya diimpor dari berbagai negara. Impor terbayak dilakukan dari negara China dan India. Padahal, selama ini Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tumbuhanya. Oleh sebab itu, Daeng berharap tanaman obat yang ada di Indonesia bisa dibudidayakan untuk penelitian dam riset lebih mendalam dan memastikan kesehatan masyarakat agar tidak melulu bergantung pada bahan impor.

"Ini menjadi tantangan kita apakah ingin tetap bergantung pada impor ataukah ingin memberi peluang pada obat hasil dari dalam negeri. Saya sudah bicara dengan Pak Mentan untuk mendorong kemandirian bangsa di bidang industri kesehatan dan di bidang pelayanan kesehatan. Mudah-mudahan kemandirian bangsa di bidang obat-obatan di Indonesia dapat dibantu dengan kontribusi sektor pertanian," terangnya.

Lebih lanjut Daeng menrkankan dunia kesehatan sebenarnya banyak menggunakan bahan dari Indonesia. Namun sampai sekarang memang belum dibudidayakan untuk dilakukan riset. "Untuk itu kami siap menggali potensi bangsa supaya betul-betul dimanfaatkan di dalam industri kesehatan maupun dalam pelayanan kesehatan," cetusnya.

Menurut Daeng, ada dua hal penting yang ingin dilakukan. Pertama berkomitmen untuk mendorong semua inovasi yang berbasis riset anak bangsa dan harus didorong dan diteliti dengan baik. Kedua supaya memberikan manfaat dari hasil riset kepada bangsa dan memanfaatkan sebesar-besarnya tantangan dan peluang yang sedang dihadapi.

"Barangkali sekarang inilah saatnya peluang kita bisa menggali dan dorong penelitian dalam negeri supaya nantinya bisa dimanfaatkan oleh bayak masyarakat," tutupnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1340 seconds (0.1#10.140)