Krisis Energi Eropa Akan Berlangsung Bertahun-tahun, Industri Beri Sinyal Peringatan

Jum'at, 25 November 2022 - 07:41 WIB
loading...
Krisis Energi Eropa...
Krisis energi Eropa diperkirakan bakal bertahan selama bertahun-tahun, pelaku industri memperingatkan, agar jangan membangun rasa aman yang semu. Foto/Dok
A A A
BRUSELLS - Krisis energi Eropa diperkirakan bakal bertahan selama bertahun-tahun jika kawasan itu gagal mengurangi permintaan dan mengamankan pasokan gas baru. Peringatan terbaru ini disampaikan oleh para eksekutif pelaku industri dan analis industri energi.



Cuaca musim gugur yang bersahabat dan langkah cepat untuk memenuhi tanki penyimpanan di seluruh Eropa telah meningkatkan keamanan energi kawasan itu pada musim dingin tahun ini. Tetapi kekhawatiran mulai meningkat tentang apakah pasokan yang ada cukup tersedia untuk musim panas mendatang dan musim dingin berikutnya.

"Kami berada dalam krisis gas, dan kami akan terus berada dalam mode krisis selama dua atau tiga tahun ke depan," kata Kepala gas alam cair untuk kawasan Asia di Vitol, Sid Bambawale seperti dilansir Financial Times.

"Jadi jangan membangun rasa aman yang salah," ucap salah satu pedagang energi independen terbesar di dunia itu saat berbicara di Financial Times Commodities Asia Summit di Singapura.



Peringatan itu menghadirkan realitas yang tidak nyaman bagi para pembuat kebijakan Eropa. Meski sebelumnya telah menghabiskan ratusan miliar euro untuk memastikan tanki penyimpanan terisi pada musim dingin ini dan memberikan dukungan kepada sektor rumah tangga dan bisnis.

Tekanan pada subsidi serta bagi rumah tangga dan bisnis kemungkinan akan berlanjut tahun depan. Kekhawatiran baru muncul ketika aliran gas Rusia hampir terhenti sebagai respons atas sanksi barat soal perang Vladimir Putin di Ukraina.

Ancaman baru minggu ini dari Moskow yang bakal membatasi output dari satu-satunya pipa tersisa yang menghubungkan Rusia dan Eropa. Isu itu menyoroti pentingnya mengunci pasokan dari produsen global lainnya dan mengambil tindakan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar oleh industri dan rumah tangga.

Kepala originasi LNG Asia di pedagang energi Jepang Jera Global Markets, Kosuke Tanaka mengatakan, pasar gas saat ini diimbangi dengan penurunan permintaan, termasuk peralihan bahan bakar dari minyak dan batu bara. "Dan kami masih akan membutuhkan respons permintaan seperti itu untuk menyeimbangkan pasar di tahun-tahun mendatang."

Penyimpanan gas Eropa pada akhir September 2022, ketika permintaan pemanasan biasanya mulai meningkat, mencapai sekitar 90% tahun ini. Secara luas capaian itu sejalan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya sebesar 86%, meski Rusia mematikan sebagian besar pasokan gas dalam beberapa bulan terakhir.

Selain penurunan permintaan —rumah tangga dan industri telah mengurangi permintaan sebesar 13% secara year to year dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun, menurut lembaga think-tank Bruegel. Sementara itu kawasan Benua Biru telah berhasil mengimpor LNG hingga sentuh rekor, dibantu oleh permintaan China yang lesu. Terlebih China juga mengekspor kelebihan LNG ke Eropa.

Namun para pelaku industri energi mengingatkan, penuhnya tanki penyimpanan dapat memunculkan rasa puas diri yang berlebihan. Mereka juga memperingatkan bahwa gas dari pipa Rusia ke Eropa akan jatuh ke level yang tidak dapat diabaikan pada tahun depan, menghasilkan kesenjangan yang lebih besar untuk diisi.

Sedangkan China juga dapat secara bertahap melonggarkan kebijakan nol Covid dan mengkonsumsi lebih banyak gas daripada tahun lalu.

Berbicara di KTT FT, kepala eksekutif Vitol, Russell Hardy mengatakan, harga gas harus terus cukup tinggi untuk menekan permintaan bahan bakar selama musim panas dari pengguna industri untuk mengisi ulang penyimpanan dan menjaga lampu tetap menyala.

Harga gas Eropa rata-rata saat ini 108 euro per megawatt jam, lebih dari empat kali lipat rata-rata dekade sebelumnya. "Harga tinggi bisa menekan permintaan setiap bulan untuk musim panas mendatang. Ini bukan hal yang baik - ini adalah hal yang benar-benar mengerikan bagi bisnis Eropa dan itulah asal mula resesi," katanya.

Analis pasar gas Eropa di konsultan komoditas ICIS, Paula Di Mattia juga menunjukkan bahwa dalam lima dari tujuh skenario, Eropa dapat menuju musim dingin 2023-2024 dengan lokasi penyimpanan gas hanya 65% dari kapasitas, level itu akan menjadi yang terendah setidaknya sejak 2016, ketika catatan dimulai.

Analisis mengasumsikan sebagian besar aliran pipa Rusia ke Eropa akan tetap terputus, tidak termasuk pipa TurkStream selatan.

Skenario lain yang membuat Eropa memiliki tingkat penyimpanan yang cukup harus disertai penurunan permintaan yang signifikan baik di musim dingin atau sepanjang November 2022 hingga September 2023. Ditambah serta meningkatkan impor LNG menjadi 440 juta meter kubik sehari, melebihi dari tahun ini.

"Tantangan untuk mengisi ulang penyimpanan selama musim panas 2023 akan sangat tergantung pada pemanfaatannya di musim dingin 2022-2023," kata Di Mattia.

"Menekan permintaan yang sedang berlangsung dan arus masuk LNG yang tinggi adalah kunci untuk menjaga keseimbangan sepanjang tahun 2023," paparnya.

Tetapi kebutuhan Eropa akan LNG mungkin menghadapi kendala infrastruktur, ketika investasi yang kurang dalam bertahun-tahun dalam proyek-proyek terkait bahan bakar fosil.

Penasihat bisnis FTI Consulting menghitung, bahwa jika Uni Eropa (UE) mengganti semua gas Rusia dengan LNG, ada kesenjangan total 40 miliar meter kubik per tahun dalam kapasitas regasifikasi Eropa — fasilitas yang diperlukan untuk mengubah LNG kembali menjadi gas — yang dapat meningkat menjadi 60 bcm setahun di musim dingin.

Perhitungan FTI tidak memperhitungkan kapasitas regasifikasi di semenanjung Iberia karena mereka memiliki koneksi pipa yang terbatas ke seluruh Eropa.

Negara-negara seperti Jerman, Belanda, Italia, Prancis, dan Kroasia telah mendorong terminal regasifikasi baru, termasuk penyewaan unit penyimpanan dan regasifikasi terapung, atau FSRU.

Secara total, Eropa dapat menambah kapasitas impor 40 bcm per tahun pada Oktober 2023, kata Emmanuel Grand, direktur pelaksana senior di FTI Consulting. Tapi, dia memperingatkan, "beberapa proyek tidak didukung oleh komitmen LNG yang kuat, dan ada risiko bahwa proyek-proyek ini mungkin tertunda."

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1344 seconds (0.1#10.140)