Stok Beras Dinilai Cukup, Tiga Organisasi Pertanian Tolak Impor

Kamis, 01 Desember 2022 - 20:21 WIB
loading...
A A A
Penolakan juga datang dari Ketua Umum KTNA Yadi Sofyan Noor melalui keterangan tertulisnya. “Bulog bisa memenuhi gudangnya sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan. Kalau mau membeli gabah kering giling (GKG) atau beras petani dengan harga pasar,” katanya.

(Baca juga:Pemerintah Didesak untuk Segera Impor Beras)

Dari pantauan di lapangan saat ini, menurut Yadi, rata-rata harga beras di penggilingan sebesar Rp10.300 per kilogram (kg), sementara yang ditetapkan Bulog masih Rp9.700 per kg. Harga di penggilingan ditentukan oleh harga gabah di lapangan, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sudah mencapai Rp5.800 per kg.

“Kita sudah sepakat untuk memakai satu sumber data yakni BPS. Data BPS mencatat, produksi beras tahun 2022 mengalami kenaikan. BPS menghitung berdasarkan data dari produksi gabah atau beras secara nasional,” kata Yadi.

Menurut data luas panen dan produksi padi yang dirilis BPS pada Oktober 2022, total luas panen padi diperkirakan 10,61 juta hektare (ha) atau naik 1,87% dari 2021. Dari luas panen tersebut, diperkirakan total produksi padi mencapai 55,67 juta ton gabah, atau meningkat 2,31% dari 2021.

“Jika dikonversi, produksi beras diproyeksi mencapai 32,07 juta ton, meningkat 2,29% dari produksi tahun lalu. Jadi tidak ada alasan untuk impor beras karena stok dari panen 2022 mencukupi,” cetusnya.

Menurut Yadi, kenaikan harga BBM memicu secara berantai kenaikan sarana produksi untuk budidaya tanaman padi. Jadi wajar saja jika kemudian harga gabah ataupun beras ikut naik karena petani harus menutupi biaya produksinya.

“Ini saatnya pemerintah membuktikan kepeduliannya kepada petani, melalui Bulog untuk membeli produksi padi petani dengan harga yang ekonomis. Meskipun kita sama-sama mengetahui harga beras impor lebih murah,” katanya.

Masalah pangan adalah masalah kedaulatan bangsa. Ada semacam ketidakadilan bagi petani padi pada saat BBM naik. Petani ingin menjual padinya dengan harga wajar untuk menutupi biaya produksi, namun selalu dibayang-bayangi oleh impor beras.

“Kita juga tidak bisa mengatakan kepada petani, ’Kalau tidak untung menanam padi kenapa tidak menanam komoditas lain yang menguntungkan,” katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1732 seconds (0.1#10.140)