Sri Mulyani Ungkap Tantangan Sulit Ekonomi Indonesia Tahun Depan

Jum'at, 02 Desember 2022 - 11:19 WIB
loading...
Sri Mulyani Ungkap Tantangan...
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan sejumlah tantangan ekonomi tahun depan. FOTO/dok.Istimewa
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai Indonesia tahun 2023. Hal ini mencakup dari sisi pertumbuhan hingga investasi.

"UU APBN 2023 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5,3%. Jadi kalau saya bicara 5,3% itu ada dalam UU APBN 2023. Namun sama halnya setiap kita lihat setiap tahun, selalu ada upside dan downside risks," ujar Sri Mulyani dalam Kompas100 CEO Forum 2022 bertajuk "Membuat Terang di Tahun Menantang: 7 Langkah Menavigasikan Pemulihan 2023" secara virtual di Jakarta, Jumat (2/12/2022).

Baca Juga: Defisit Rp169,5 Triliun, Sri Mulyani Pastikan Kondisi APBN Tetap Sehat

Kenaikan dari suku bunga (interest rate) dan pengetatan suku bunga, sebut dia, memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan, sehingga inflasi tidak menjadi semakin liar. Bahkan Sri menyebut bahwa hal inilah yang pasti akan terjadi, paling tidak setengah tahun lamanya di tahun depan.

"Interest rate-nya tinggi, inflasinya menurun mungkin mulai bertahap. Itu risiko pertama yang harus kita lihat. Dan interest rate yang tinggi beberapa saat, bahkan beberapa pejabat tinggi di The Federal Reserve (The Fed) menyampaikan is gonna be high for relatively long. Ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023," tegas Sri.

Dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, tentunya adalah satu, kalau suku bunga tinggi, maka terjadi capital outflow. Itu yang sekarang sedang dirasakan. Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia, dalam hal ini termasuk yang terkena capital outflow dari non residen. Pemegang SBN asing kemudian keluar dari Indonesia atau melepas SBN Indonesia, yang juga berarti yield dari SBN akan naik.

"Soal suku bunga di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terpaksa harus juga menyesuaikan atau adjusting terhadap tren tekanan global ini. Dampaknya terhadap perekonomian tahun depan, seberapa resilien investasi kita tetap bisa bertahan dalam kondisi kecenderungan suku bunga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Kan itu yang harus kita lihat," ucapnya.



Dia mengatakan, perbankan juga akan melihat pertumbuhan kreditnya mereka akan tetap resilien atau tidak. IPO atau perusahaan-perusahaan yang akan tetap melakukan listing supaya capital dan investment tetap terjadi.

"Ini adalah hal-hal yang akan dilihat di 2023, apakah investasi bisa tumbuh tetap terjaga di atas 5%, karena kemarin kuartal III (Q3) yang kita tumbuh 5,7% itu investasi tumbuhnya di 4,9%, dekat sekali dengan lima. Jadi kalau investasi bisa bertahan tumbuh di atas 5%, kita punya harapan bahwa resiliensi dari ekonomi kita akibat kenaikan interest rate karena inflasi tinggi dari dunia itu bisa kita jaga. Saya akan lebih bertanya pada CEO disini, Anda confident tidak untuk tetap ekspansi sehingga growth investasi di atas 5%? Itu penting. Yang kedua, konsumsi rumah tangga yang menjelaskan hampir 56-57% dari PDB kita, apakah juga akan tetap bisa tumbuh di atas 5%?," tandas Sri.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1670 seconds (0.1#10.140)