Bursa Saham Ambruk Selama Sepekan, Analis Tuding Asing Jadi Penyebab
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) menutup perdagangan di zona merah selama enam hari beruntun sejak awal Desember 2022. Selama sepekan itu IHSG tercatat turun 4,09%.
Investment Specialist Schroders, Rizky Hidayat, mengungkapkan sejumlah faktor melemahnya IHSG dalam sepekan terakhir. Salah satu yang menjadi sentimen, yakni aksi profit taking yang dilakukan oleh investor asing .
Aksi itu dilakukan karena pasar saham Indonesia dinilai memiliki performa paling baik jika dibandingkan dengan pasar saham negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Sehingga mendekati akhir tahun, ketika investor asing perlu melakukan profit taking, maka mereka harus lakukan dari pasar Indonesia,” kata Rizky dalam Market Buzz IDX Channel, Jumat (9/12/2022).
Selanjutnya, yang juga menjadi sentimen turunnya IHSG yakni datang dari sektor teknologi yang terdampak oleh kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed dan Bank Indonesia. Peningkatan suku bunga yang agresif disebut berdampak negatif pada emiten-emiten sektor teknologi, yang juga berpengaruh pada tertekannya harga saham.
“Dan ada juga saham teknologi yang besar yang locked up periode investor lamanya sudah berakhir di 1 Desember yang lalu, sehingga terjadi selling flow yang cukup besar dan ini menekan harga sahamnya, dan berdampak pada performa indeks secara keseluruhan,” ungkapnya.
Namun demikian, Rizky menilai bahwa secara fundamental dan valuasi, pasar saham dalam negeri masih cukup solid dan sangat menarik di mata investor asing. Menurutnya, pelemahan IHSG saat ini hanya bersifat temporal dan akan kembali menunjukkan kinerja terbaiknya di tahun 2023.
Investment Specialist Schroders, Rizky Hidayat, mengungkapkan sejumlah faktor melemahnya IHSG dalam sepekan terakhir. Salah satu yang menjadi sentimen, yakni aksi profit taking yang dilakukan oleh investor asing .
Aksi itu dilakukan karena pasar saham Indonesia dinilai memiliki performa paling baik jika dibandingkan dengan pasar saham negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Sehingga mendekati akhir tahun, ketika investor asing perlu melakukan profit taking, maka mereka harus lakukan dari pasar Indonesia,” kata Rizky dalam Market Buzz IDX Channel, Jumat (9/12/2022).
Selanjutnya, yang juga menjadi sentimen turunnya IHSG yakni datang dari sektor teknologi yang terdampak oleh kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed dan Bank Indonesia. Peningkatan suku bunga yang agresif disebut berdampak negatif pada emiten-emiten sektor teknologi, yang juga berpengaruh pada tertekannya harga saham.
“Dan ada juga saham teknologi yang besar yang locked up periode investor lamanya sudah berakhir di 1 Desember yang lalu, sehingga terjadi selling flow yang cukup besar dan ini menekan harga sahamnya, dan berdampak pada performa indeks secara keseluruhan,” ungkapnya.
Namun demikian, Rizky menilai bahwa secara fundamental dan valuasi, pasar saham dalam negeri masih cukup solid dan sangat menarik di mata investor asing. Menurutnya, pelemahan IHSG saat ini hanya bersifat temporal dan akan kembali menunjukkan kinerja terbaiknya di tahun 2023.
(uka)