Wawancara Dirut Bank Jago, Kharim Indra Gupta Siregar: Mengakar dalam Ekosistem dan Tumbuh Bersama
loading...
A
A
A
Bank menyediakan solusi finansial karena itu memang keahliannya. Sedangkan pemilik platform digital adalah pihak yang paling memahami behaviour pelanggannya. Mereka yang membangun ekosistemnya karena memang itulah expertise-nya. Pada titik inilah kita berkolaborasi dan bersinergi. Sinergitas dibangun di atas kesadaran bahwa masing masing pihak memiliki keunggulan dan keahliannya sendiri.
Di sinilah kami lihat pentingnya digital capability, makanya bisa ketemu. Kalau kita ingin diterima bertransaksi dan hadir dalam ekosistem tersebut, teknologi kita harus nyambung dengan teknologi yang mereka punya.
Bagaimana jika dibandingkan perkembangan bank digital di negara lain?
Di Singapura contohnya. Di acara Singapore Fintech Festival (SFF), di hall utama itu menampilkan bank yang sudah established player. Sementara, di bagian paling ujung masih berupa ide yang sudah mulai dilaksanakan. Pada 2019, mereka yang masih berupa ide ini sudah mulai masuk ke bagian tengah hall. Mereka (Singapura) sendiri sudah tahu bahwa masyarakat akan pindah ke digital. Makanya, mereka kasih lisensi untuk dua tipe bank. Kita di Indonesia enggak bisa bilang izin digital bank. Izinnya tetap bank umum, tetapi kita melayani secara digital.
Bank Jago menggunakan solusi core banking system yang berjalan di cloud. Pada 2019, untuk mencari solusi itu, kami berupaya setengah mati. Tapi sekarang, itu sudah mulai masuk ke pemain besar. Adopsi teknologi cloud kini menjadi hal yang biasa.
Teknologi adalah teknologi, jadi sejak awal kita harus tentukan teknologi mana yang mau digunakan dan kita terapkan secara konsisten. Tapi, teknologi hanyalah enabler. Yang paling penting dari itu adalah orang orangnya, para penggunanya.
Di Bank Jago, kami ingin membangun teknologi yang membawa kami kepada dua hal, yaitu memberikan kemudahan kepada nasabah dan di saat yang sama menjadi competitive advantage perusahaan. Dua hal ini yang mendorong kami bikin sendiri. Ini kekuatan kami. Kalau kami beli, enggak ada bedanya dengan yang lain. Makanya, apa yang kami lihat sebagai ide sendiri, itu kami bangun sendiri.
Apa sebenarnya yang membedakan bank digital dengan bank konvensional?
Membandingkan bank digital dengan bank konvensional itu kurang tepat. Bank is a bank dengan tiga fungsi dasarnya; yakni tempat menyimpan uang (menabung), memindahkan uang (transfer/pembayaran) dan meminjamkan uang (kredit).
Lagipula, hampir semua bank juga telah meng-upgrade teknologinya. Jadi, semua bank akan menjadi bank digital pada waktunya.
Yang membedakan itu adalah bagaimana (how to) kita menjalankan banknya. Sejak awal, kami sudah menegaskan Jago adalah bank teknologi (tech-based bank) yang tertanam dalam ekosistem. Kami bisa tertanam dalam ekosistem GoTo, Bibit.ID, dan ekosistem lainnya. Integrasi ini bisa terwujud karena digital capability yang kami miliki dan keberanian kami dalam mencoba hal hal baru yang belum ada sebelumnya.
Kami melihat bank digital itu sebagai penopang dari semua digital ekonomi ke depan. Kalau digital ekonomi maju, bank berbasis teknologi berpeluang lebih cepat mengimbangi. Digital ekonomi itu membutuhkan layanan keuangan yang berbeda dengan yang ada pada umumnya.
Di sinilah kami lihat pentingnya digital capability, makanya bisa ketemu. Kalau kita ingin diterima bertransaksi dan hadir dalam ekosistem tersebut, teknologi kita harus nyambung dengan teknologi yang mereka punya.
Bagaimana jika dibandingkan perkembangan bank digital di negara lain?
Di Singapura contohnya. Di acara Singapore Fintech Festival (SFF), di hall utama itu menampilkan bank yang sudah established player. Sementara, di bagian paling ujung masih berupa ide yang sudah mulai dilaksanakan. Pada 2019, mereka yang masih berupa ide ini sudah mulai masuk ke bagian tengah hall. Mereka (Singapura) sendiri sudah tahu bahwa masyarakat akan pindah ke digital. Makanya, mereka kasih lisensi untuk dua tipe bank. Kita di Indonesia enggak bisa bilang izin digital bank. Izinnya tetap bank umum, tetapi kita melayani secara digital.
Bank Jago menggunakan solusi core banking system yang berjalan di cloud. Pada 2019, untuk mencari solusi itu, kami berupaya setengah mati. Tapi sekarang, itu sudah mulai masuk ke pemain besar. Adopsi teknologi cloud kini menjadi hal yang biasa.
Teknologi adalah teknologi, jadi sejak awal kita harus tentukan teknologi mana yang mau digunakan dan kita terapkan secara konsisten. Tapi, teknologi hanyalah enabler. Yang paling penting dari itu adalah orang orangnya, para penggunanya.
Di Bank Jago, kami ingin membangun teknologi yang membawa kami kepada dua hal, yaitu memberikan kemudahan kepada nasabah dan di saat yang sama menjadi competitive advantage perusahaan. Dua hal ini yang mendorong kami bikin sendiri. Ini kekuatan kami. Kalau kami beli, enggak ada bedanya dengan yang lain. Makanya, apa yang kami lihat sebagai ide sendiri, itu kami bangun sendiri.
Apa sebenarnya yang membedakan bank digital dengan bank konvensional?
Membandingkan bank digital dengan bank konvensional itu kurang tepat. Bank is a bank dengan tiga fungsi dasarnya; yakni tempat menyimpan uang (menabung), memindahkan uang (transfer/pembayaran) dan meminjamkan uang (kredit).
Lagipula, hampir semua bank juga telah meng-upgrade teknologinya. Jadi, semua bank akan menjadi bank digital pada waktunya.
Yang membedakan itu adalah bagaimana (how to) kita menjalankan banknya. Sejak awal, kami sudah menegaskan Jago adalah bank teknologi (tech-based bank) yang tertanam dalam ekosistem. Kami bisa tertanam dalam ekosistem GoTo, Bibit.ID, dan ekosistem lainnya. Integrasi ini bisa terwujud karena digital capability yang kami miliki dan keberanian kami dalam mencoba hal hal baru yang belum ada sebelumnya.
Kami melihat bank digital itu sebagai penopang dari semua digital ekonomi ke depan. Kalau digital ekonomi maju, bank berbasis teknologi berpeluang lebih cepat mengimbangi. Digital ekonomi itu membutuhkan layanan keuangan yang berbeda dengan yang ada pada umumnya.