Momen Natal dan Tahun Baru, ASDP Bidik Pendapatan Rp 4,4 Triliun

Rabu, 14 Desember 2022 - 17:26 WIB
loading...
Momen Natal dan Tahun Baru, ASDP Bidik Pendapatan Rp 4,4 Triliun
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menargetkan pendapatan hingga Desember 2022 sebesar Rp 4,4 triliun. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menargetkan pendapatan hingga Desember 2022 sebesar Rp 4,4 triliun. Target tersebut diperkuat oleh okupansi penumpang kapal ferry selama libur panjang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (nataru) .

Direktur Keuangan, IT dan Manajemen Resiko ASDP, Djunia Satriawan menjelaskan, momentum nataru mendorong adanya peningkatan pendapatan perusahaan tahun ini.

"Setelah Nataru mungkin sekitar Rp 4,4 triliun, tapi kan sudah disampaikan perkiraan laba sekitar Rp 559 miliar karena Oktober saja sudah Rp 533 miliar," ungkap Djunia saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022).



Hingga Oktober tahun ini, ASDP Indonesia mencatatkan laba Rp 533 miliar. Jumlah tersebut naik 90 persen dibandingkan target yang sudah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Sehingga, perusahaan optimis dapat meraup laba senilau Rp 533 miliar hingga Desember 2022.

"Kinerja ASDP sampai Oktober ini, Alhamdulillah secara konsolidasi mencapai Rp 533 miliar labanya. Ini growth cukup signifikan hampir 90 persen bahkan dari target ini sudah double, hampir double dibanding target yang ditetapkan," ucap dia.

Meski membukukan kinerja keuangan yang positif, ASDP masih bimbang mencatatkan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023. Perkaranya bayang-bayang resesi ekonomi global.



Djunia mengatakan, IPO akan tetap dilakukan, hanya saja pihaknya masih menpertimbangakn kondisi makro ekonomi saat ini. Sehingga, aksi korporasi tersebut belum dipastikan dilakukan.

Menurutnya, upaya pencatatan saham perdana di pasar modal harus mempertimbangkan kondisi atau situasi eksternal. Misalnya kenaikan suku bunga, inflasi, dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Faktor-faktor tersebut memberi pengaruh besar terhadap psikologi investor di bursa saham dalam negeri.

"Itu masih on track, hanya saja kita melihat kondisi makro saat ini ya, di mana inflasi juga cukup tinggi, suku bunga juga meningkatkan, nilai tukar naik juga, kita melihat ketika kenaikan suku bunga, jadi kita melihat timing yang tepat," tuturnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2017 seconds (0.1#10.140)